BUKAN SEBENARNYA KAMU
"When a person looked so cold-hearted. Sometime it just they efforts to covering million pain you've ever made."
***
Entah siapa penyebarnya.
Tidak perlu waktu lama, berita putusnya Dai dan Bas menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Membuat para siswi yang sejak lama sudah menantikan hal ini terjadi bersorak gembira.
Meski banyak siswa yang menganggap Bas itu cowok cupu, tak sedikit juga siswi yang terpikat pada pesonanya. Bas memiliki daya tarik tersendiri yang takkan pernah bisa dimengerti oleh kaum sejenisnya.
"Huft."
Kantin penuh lagi hari ini. Tapi anehnya, Dai merasa menjadi pusat perhatian sejak tadi. Membuatnya memilih kembali ke kelas membawa cilor dan cireng isi yang tadi sempat dibelinya. Berniat memakan semuanya di dalam kelas saja.
Meninggalkan Ran yang berjubel di warung bu Ida, Kis yang entah menghilang kemana bersama Jul dan Sad yang malesin karena sedang flirting mepetin Salsa.
Namun langkah riang Dai tersendat saat melewati koridor menuju kelasnya. Matanya menangkap sosok Bas disana, berjalan menunduk sambil membaca kertas entah apa.
Dalam hati Dai menerka-nerka bagaimana perasaannya saat ini. Saat melihat wajah itu lagi setelah beberapa hari ini tidak bertemu, tidak terlibat dalam sebuah obrolan, diskusi, candaan bahkan chat sekalipun.
Meski cowok itu ingin menghindar. Tapi sekali lagi, Dai akan mencoba peka terhadap hatinya dan berharap kali ini akan memahami perasaannya sendiri.
Dai hanya ingin memastikan sesuatu.
"Bas!"
Cowok itu menatap lurus kedepan saat menyadari seseorang mamanggilnya. Matanya sempat bertemu dengan manik milik Dai meski sekilas. Karena setelahnya pandangannya teralih pada sosok di belakang Dai yang sedang berlarian kecil menuju kearahnya.
"Gue cariin dari tadi ternyata lo disini." Keluh cewek yang memanggilnya barusan. Sedangkan Bas hanya diam sambil sesekali melirik kearah Dai.
"Kenapa? Tumben lo cari gue?"
Disaat Bas teralihkan Dai buru-buru meringsek sembunyi dibalik tikungan.
"Ayo ke kantin. Gue traktir lo karena udah kasih nyontek gue tugas Kimia tadi." Bas pun mengangguk.
Otomatis kedua tangan cewek itu langsung merangkul lengannya Bas. Erat. Nempel banget. Persis banget kayak uler keket menclok di pohon. Sedangkan Bas kelihatan santai aja gitu tanpa penolakan.
"Oh iya, anak-anak lagi rame banget loh sama gosip yang beredar tentang lo."
Bas hanya diam.
"Jadi bener lo putus sama Daina?"
Dai belum pergi, dia masih terdiam di tikungan sana. Bisa mendengar pertanyaan cewek itu saat mereka berdua semakin berjalan mendekat.
"Kenapa emangnya?" Bas malah bertanya balik.
"Nggak pa-pa. Yang lain bilang kalian putus karena Daina ada yang lain ya?"
"Oh."
"Bener?"
Dan entah kenapa jantung Dai tiba-tiba berdetak begitu cepat. Telinganya siaga menunggu apa yang akan dikatakan Bas setelahnya.
"Lagian jadi cewek kok gatel banget. Pacarannya sama lo. Nempelnya malah sama cowok lain."
Namun belum sempat cowok itu menjawab, keberadaan Dai sudah terciduk lebih dulu oleh keduanya.
"Eh Daina. Lo kok ada di sini sih?"
Dai sempat terkejut meski kemudian kembali berusaha stay cool, "Kenapa emang?" Tanya Dai balik. Meski rasanya dia lebih suka untuk diam seribu bahasa.
"Lo beneran putus dari Bas karena ada yang lain?" Tembak cewek itu tanpa sungkan sambil masih terus meluk lengannya Bas yang kelihatan dingin.
"Kalau emang bener. Orang itu bukan Ran kan?"
Dan apa urusannya sama lo?
Inginnya Dai berteriak begitu. Tapi sayang, ada yang lebih mengganggunya.
Ya, Bas. Sejak kapan seorang Basqi Arshoka jadi sedingin itu padanya. Entah dari tatapan ataupun sikapnya.
Dai jadi bertanya-tanya. Kenapa perubahannya bisa sedrastis itu dalam waktu singkat.
Padahal yang Dai tahu, Bas adalah cowok baik-baik yang hangatnya Subhanallah sekali jika menyangkut tentang Dai.
Dilema. Awal yang berusaha ia sembunyikan tapi kenapa malah harus berakhir menjadi sorotan?
"So?"
Dai kembali ke situasinya lagi setelah bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya.
Mata Dai berpapasan dengan mata Bas dan terkunci di sana. Entah ada sorot apa, Dai merasa ada yang janggal tapi dia tidak bisa menemukan apa itu. Sampai akhirnya...
"We aren't a couple anymore..."
Pandangannya sama sekali tak teralih. Berusaha menangkap maksud dari kata-katanya barusan.
"... Jadi jangan pernah sangkut pautin lagi hal tentang gue sama Daina. Karena urusan gue sama sekali nggak ada urusannya sama Daina. Begitu juga sebaliknya."
Tapi sampai detik terakhir kalimat itu terucap. Dai tidak berhasil juga menemukannya. Yang ia temukan hanya sorot mata tanpa keteduhan seperti yang biasanya Bas berikan pada Dai. Disana hanya ada rasa sakit yang diam-diam menelusup ke hati.
"Begitu kan, Dai?"
"Ah?"
Blank.
Dai bingung harus menjawab apa. Dia bingung karena menemukan Bas yang seperti ini. Bas yang seperti bukan Bas yang ia kenal.
Tapi bisakah seseorang berubah secepat itu?
Jika iya.
Itu berarti tanpa sadar Dai memang telah menyakitinya begitu dalam.
"Bagus deh. Berarti kita bisa dong jadi pacar."
When a person looked so cold-hearted. Sometime it just they efforts to covering million pain you've ever made.
***