Chereads / Satu Akar Dua Mahkota / Chapter 2 - jvttufidyx

Chapter 2 - jvttufidyx

Sebelum Zayyan benar-benar keluar dari ruang rawat Kayla, Zayyan sempat menoleh dari bibir pintu melihat wanita yang sempat ia cintai dahulu.

Ditatapnya perempuan berambut panjang dengan bibir yang memucat dan bola mata yang sudah sendu.

Dari hati yang terdalam, Zayyan merasa kasihan melihat Kayla terkapar di rumah sakit itu. Tapi seolah-olah dendam telah membutakan segalanya,hingga Zayyan pun tak mau lagi mendengar apa kata hatinya yang mengucapkan bahwa dirinya itu menyukai Kayla.

"Sedang apa lagi kamu di sana? Pergi sana! aku nggak mau melihat kamu, kalau kamu datang hanya untuk membuat kekacauan saja!" teriak Kayla di balik ranjangnya.

Zayyan memusatkan pandangan, lalu ia terlihat sangat fokus pada wanita itu.

"Aku hanya ingin mengingatkan kalau Igho tidak baik untuk kamu. Igho sama sekali tidak mencintai kamu."

"Tidak! Igho sangat mencintai aku! Aku pun begitu, aku mencintai dia dengan sepenuh hati," kembali Kayla melontarkan semua unek-uneknya.

"Kalau benar-benar Igho pria yang baik, dia tidak mungkin menghancurkan ayahnya sendiri. Bahkan dia sama sekali tidak perduli pada orang-orang terdekatnya. Bisa saja suatu hari nanti dia akan mencampakkan kamu sama seperti dia mencampakkan Alyn!"

"Jangan samakan aku dengan wanita itu. Karena aku tidak sama seperti Alyn yang hanya bisa mempengaruhi Igho hal yang tidak baik. Kamu harus tahu kalau Igho tidak akan bisa begitu sama aku karena kita sama-sama saling mencintai," elak Kayla semakin geram dengan sikap Zayyan yang terus mengompori saja.

"Okai kalau menurut kamu seperti itu, kita akan buktikan nanti. Alyn menggugat Igho untuk segera menceraikannya. Jika setelah mereka bercerai lalu Igho meminangmu jadi istrinya, aku akan ikut bahagia dengan hubungan kalian, tapi jika semua itu sebaliknya, maka aku akan jadi orang yang paling puas melihatmu. Karena aku telah memberi tahu kamu sebelumnya, tapi kamu sama sekali tidak mau mendengarkan aku kan?"

"Aku gak mau perduli pokoknya Igho mencintaiku."

"Igho tidak mencintai kamu!"

"Dia cinta aku!" teriak Kayla malah semakin menaikan lagi nada bicaranya.

Sedangkan Zayyan tak mau berhenti mengalah dengan menyebut ," Igho tidak mencintai kamu! Igho hanya memanfaatkan kamu!"

"Pergi dari sini! Pergi!" jerit Kayla sudah tak kuat lagi melihat Zayyan yang terus mengomporinya.

"Aku akan pergi, tapi aku pergi bukan karena diusir oleh kamu. Aku pergi karena aku sudah bisa memberitahu kamu sebenarnya meskipun kamu tak mau mendengarkan aku lagi."

Brak!

Zayyan yang ikut kasar langsung melempar pintu ruangan kamar rawat inap Kayla.

Saat itu Zayyan hanya berpikir kalau wanita yang ada di dalam kamar itu hanya sakit dengan kepura-puraannya saja.

Tanpa ia ketahui kalau di dalam sana, Kayla terlihat termangu setelah Zayyan keluar dari kamar itu.

Tanpa ia sadari kalau hidungnya meneteskan sebuah cairan merah yang masih segar.

Rasa asin seperti terasa di kerongkongan Kayla, hingga perlahan Kayla merasa tubuhnya semakin aneh.

Ia meraba dasar hidungnya yang sudah terasa becek. Ketika Kayla sudah melihat seluruhnya, barulah kunang-kunang melingkar di atas keningnya dan Kayla tak sanggup melihat cucuran darah dari hidungnya itu semakin menjalar banyak.

"Dokter! To- tolong!"

Kayla yang semakin melemah, akhirnya terjatuh dari atas bantal putihnya dan semua tetesan darah segar itu sudah menjalar ke seluruh tubuhnya hingga bau amis mendominasi semuanya.

Lain dengan keadaan di kediaman Manaf siang itu.

Setelah Igho mengetahui posisinya telah habis karena di pecat di perusahaan Masterindo Corp, Igho berjalan lesu masuk kedalam rumah itu.

Rasa ragu seperti melingkupi perasaannya untuk masuk kembali ke rumah itu.

Igho menelan salivanya kasar, lalu ia memberanikan diri untuk segera masuk kedalam ruangan itu.

"Tuan?" sapa Bi Tini yang selalu mengharapkan kedatangan majikannya sedari dulu hingga saat ia dalam keadaan terendah seperti itu.

Bi Tini selalu perduli, dan jadi pembantu rumah tangga paling setia di rumah itu.

Banyak teriakan Igho yang selalu menyakitinya, tapi hanya Bi Tini orang sabar dalam menyikapi majikannya yang cukup keras kepala itu.

"Bi Tini?" Igho melihat pembantunya membuatkan pintu lebar untuknya.

"Silahkan masuk tuan!"

"Makasih Bi."

Bi Tini heran kenapa bisa-bisanya ia melihat pria angkuh itu tiba-tiba luluh seperti itu.

"Apa yang bisa bibi bantu tuan? Apa mau di bikinkan makanan atau minuman oleh Bi'Tini?" tawar pembantu rumah tangga paling terpercaya itu.

"Enggak usah Bi. Saya sedang tidak nafsu makan."

"Kalau begitu baiklah."

Bi Tini nampak heran dengan kelakuan baru tuannya, langsung bergegas hendak pergi. Namun Igho menahan langkah Bi Tini saat ia mengingat sesuatu.

"Bi, tunggu! Bi Tini. Apa kamu lihat Alyn? Apa kamu sudah memindahkan semua barang Alyn ke kamar pengantin?" tanya Igho dengan suara tipis tak bergairah.

"Nona Alyn?" Bi Tini melihat sekitar lalu ia sadar akan sesuatu bahwa dia belum melihat majikan perempuannya sedari hari kemarin.

"Maaf tuan, sepertinya nona Alyn tidak pilang dari semalaman. Lalu aku gak berani mengemas barang nona Alyn ke kamar sebelah karena Nona Alyn sendiri yang menolaknya. Ia bilang kalau barangnya tak usah saja di pindahkan, begitu tuan."

Igho memejam matanya seolah tak faham dengan apa yang di pikirkan oleh istrinya itu.

Yang jelas Igho faham kalau belakangan ini Alyn terus saja menghindarinya.

"Baiklah, kalau begitu gak apa-apa Bi. Makasih!"

Bi'Tini pun bergegas masuk kedalam ruangan khususnya di samping dapur besar rumah itu.

Belum juga Igho ikut masuk untuk pergi ke kamarnya, Igho melirik sebelah mata di sampingnya.

Di lihatlah pria gagah bertubuh tinggi besar memakai jas kantoran masih menenteng tas hitam berukuran sedang.

"Ayah? Apa ayah tidak mau menyapaku?" tanya Igho saat ia melihat kalau ayahnya masuk tanpa menghiraukan dirinya.

Manaf melangkah seperti melihat Igho bagai bayangan saja. Ia sama sekali tidak memperlakukan Igho sebagaimana mestinya.

Igho yang merasa aneh lalu menahan kembali langka Manaf yang hendak melaluinya bagai angin.

"Apakah ayah membenciku hingga ayah sama sekali tidak mau melihatku sedikit saja?' tanya Igho nampak sangat tak terima dengan apa tingkah ayahnya yang hanya mencuekannya saja.

"Terus ayah harus bilang apa? Ayah tidak tahu harus berbicara bagaimana lagi pada kamu."

"Kenapa ayah tidak marah saja pada Igho? Ayah mau marah kan? Ayo marah saja! Ayah mau menyalahkan aku kan? Ayo lakukan saja!" tantang Igho nampak sangat kesal.

"Aku tidak akan melakukannya. Aku hanya ingin bertanya pada kamu, apakah kamu sudah selesai membalaskan dendam itu pada ayah dan Alyn? Kalau kamu sudah selesai melakukan semuanya hingga hancur, ayah mohon berhentilah! berhenti melukai perasaan kita lagi!" ucap Manaf nampak sangat berbesar hati.

Igho masih terpaku mendengar pertanyaan itu karena ia tak mampu menjawabnya sendiri atas pertanyaan yang membuat Igho sangat bingung itu.

"Kamu tahu, kalau karena ulahmu ini, kamu sudah berhasil menyakiti kita semua. Kalau kamu mau menyakitiku saja, silahkan! Tapi, jika kamu hendak menyakiti Alyn dan perusahaan juga masa depannya, ayah tidak terima. Ayah mohon hentikan semua ini karena ayah sudah sangat lelah."

Manaf benar-benar berbicara seolah ia pasrah dan tak bisa mengatakan apapun lagi selain hal yang di utarakan ya tadi.

Saat ini, Manaf berada di posisi yang paling terrendahnya. Hingga Manaf sudah malas melihat wajah anak laki-lakinya itu yang sudah ia ketahui kalau Igho bukanlah anak kandungnya.