Earl Dunkins memacu kudanya dengan kencang.
Di tengah malam yang dingin ini, hewan berkaki empat yang berlari di jalan setapak melintasi lebatnya hutan sama sekali tidak melihat ujung jalan. Penunggang kuda berjubah hitam di atas punggungnya kelihatan sedang serius menggeluti gelapnya malam hari ini.
Earl datang ke sebuah bar terkenal di Remington. Kenalannya, seorang pemilik bar dan resto, Jimmy Jill merasa iba dengan apa yang dialami langganannya. Selain jadi pelanggan dengan kartu member, ia juga peminum kelas berat yang mampu mengalahkan si jagoan minum Billy Jill. Anaknya sendiri.
"Earl, kalau boleh tau, apakah kau pernah menakutinya ?" Earl menggeleng. "Menyakitinya?" menggeleng lagi. "Atau membentaknya hingga menangis?"
"Tidak!"
Seketika pengunjung bar yang duduk disebelahnya terperanjak diam. Segelas bir jumbonya tak jadi diminum, melainkan sungkan dan pindah dari sisi Earl dan Jimmy.
"Kau santai saja, Earl. Jangan membentak - bentak," melayangkan permintaan maaf kepada para pelanggannya.
"Ya. Aku harus bagaimana lagi. Istriku tidak mau memberiku anak. Lantas, aku harus kemana di tengah tekanan Ratu?"
"Aku ada ide."
Jimmy punya segudang kontak pertemanan di Remington. Mulai dari gubernur sampai keluarga gembel pun, ia punya. Jarinya tinggal memilah - milah kartu nama itu dengan kebutuhannya.
Temannya, Earl, membutuhkan seseorang yang bisa memberinya bayi. Surrogate mother atau ibu pengganti kelihatannya cocok untuk Earl. Wanita - wanita cantik, punya kualitas bangsawan dan berbakat. Pilihannya jatuh kepada Anastasia. Seorang penari berbakat, cantik dan berbayar mahal di karavan saxpire.
Kebetulan, malam ini, karavan itu memberikan pertunjukkan terakhir.
Di malam saat Earl menjumpainya, ia baru saja melayani laki - laki terakhir.
Terlihat, seorang lelaki paruh baya berkalung emas tersenyum bahagia sambil melihat kertas yang berisikan cap lipstik merah miliknya.
Saat memasuki tenda merah karavan itu, Earl berpikir, ia akan langsung dibegal. Uang dan barang berharga di dalam sakunya pasti akan lenyap dalam satu kedipan mata.
"Nona Anastasia?"
Begitu namanya disebut.
Susunan bantal - bantal sofa semerah darah itu perlahan - lahan bergerak. Seorang wanita tinggi, langsing dan berpakaian terbuka sedang bangkit manja dari tidurnya. Kulitnya yang kuning keemasan, mata hijaunya dan rambut merah bata yang menghipnotis mata mampu membuat Jimmy tersandung. Sementara Earl masih tegap dan tidak bereaksi apa - apa.
"Siapa kalian berdua?"
"Aku Jimmy."
Lirikan mata Anastasia sudah tidak sudi. Melihat orang gendut itu saja sudah membuat ia jijik. Jadi, ia berganti ke lelaki yang sebelahnya. Kelihatannya lebih menarik. Tampan dan sopan.
"Lalu, kau. Siapa?"
"Namaku Dunkins, Nona. Earl Dunkins."
"Oh. Jadi. Kau adalah bangsawan?"
"Benar."
"Apa maumu, Yang Mulia?"
"Aku mau seorang anak darimu."
Penghibur utama. Bintang dari karavan timur tengah ini tentu saja tertawa terbahak - bahak mendengarkan permintaan Earl. Terdengar tak masuk akal bagi wanita penghibur seperti Anastasia, dipilih menjadi seorang ibu bagi keturunan bangsawan.
Anastasia biasanya menjadi penidur hangat bagi lelaki kesepian di jalanan. Dibayar mahal untuk lima belas menit. Sisanya, memberinya harga murah dan diganti perhiasan mahal.
"Hentikan tawamu, Anastasia. Dia tidak berbohong!"
Teguran Jimmy membuat Anastasia terdiam perlahan. Tawa dari pemilik paha mulus menggoda itu perlahan - lahan menjadi alat komunikasi perjanjian yang memberikan tarif pelayanan termahal yang pernah ia buat.
Delapan kotak perhiasan, rumah, kebebasan dan jaminan. Perempuan cantik itu menginginkan segalanya malam ini. Bila Earl yang meminang tubuhnya ini tidak bisa mengabulkannya maka dengan sadar dia harus menyuruh keduanya melangkah keluar dari tenda karavan.
Bagi Earl Dunkins, persyaratan segitu bukanlah apa - apa. Anne lebih parah dibandingkan apa yang diminta Anastasia. Bak satu anting emas dilawan dengan sekotak berlian di tangan istrinya.
Malam itu, dengan bantuan Jimmy, Earl mengurus pembebasan Anastasia. Perempuan yang suka warna merah itu dinyatakan telah menjadi wanita bebas. Dia tidak ada di bawah kontrak karnaval dan bisa melakukan segalanya tanpa ada cambuk peringatan.
"Kau sudah bebas sekarang. Kapan kita bisa memulainya?" melempar kunci emas kepada Anastasia. Perempuan itu merasa bangga sekali rantai di kakinya bisa dilepas.
"Malam ini, Yang Mulia."
Jimmy berlari keluar dari tenda karavan. Pemilik bar itu tersenyum lebar. Kemudian, dia meminta tanda peringatan dan penjagaan ketat di sekitar karavan itu.
*
Di rumah, Anne sedang duduk termenung. Perbuatannya kepada suaminya tadi siang sepertinya tergolong berlebihan. Selain merendahkannya, ia juga tak langsung telah menghina seorang Earl yang terhormat.
Janet dan teman - teman pelayan wanita pribadinya bergegas menemui Anne. Mereka mendengar rumor di pasar bahwa Earl telah menghabiskan malam dengan seorang wanita karavan. Pemilik bar telah menjadi saksinya.
"Jaga mulutmu, Janet!"
Anne terbakar marah. Dia membentak para pelayan agar diam dan tak bilang macam - macam soal suaminya.
"Tuan bisa saja hanya berkunjung dan minum dengan temannya. Kalian jangan menggoreng rumornya."
"Kami benar - benar serius, Nona."
Kabar rumor yang menyeret - nyeret nama suaminya terjawab dengan kepulangan Earl di pagi hari. Bersama dengan kudanya dan selerangkat dokumen berpita merah, lelaki berjubah hitam yang masih segar bugar di usia kepala empatnya itu tersenyum pada Anne yang menghampirinya.
"Selamat pagi, Anne!"
"Apa yang aku dengar itu benar, Tuan?"
Tak menjawab salam hangatnya, Earl mulai merasa. Anne telah mendengar kebersamaannya dengan Anastasia. Padahal, di karavan itu, mereka hanya sekedar berdekatan. Mengapa Jimmy jadi meluap - luapkan kebiasaan lelaki pada umumnya ini jadi trending topik.
"Memangnya, apa yang kau dengar, Anne?"
"Tuan bermalam dengan seorang wanita karavan. Teganya Tuan melakukan itu kepada saya?!"
Sikap istrinya selalu saja berlebihan seperti ini.
Rumor kesekian kali yang telah menyeret namanya dengan wanita ini tidak pernah dipermasalahkan oleh sang ibu. Melainkan, ia mendukung kebiasaan buruk putranya agar lebih mengenal wanita.
Earl menangkap. Istrinya telah menggangap itu sebagai alasan sakit hati. Seperti merasa tidak diperhatikan sampai tidak menghargai keberadaannya di rumah, Earl jadi mempertanyakan tentang keloyalitasan Anne di dalam kehidupan berumah tangga.
"Kalau kau perempuan waras dan berpikiran modern, maka menjadi ibu bukanlah dosa," bentak Earl menyalahkan Anne.
"Loh! Kenapa Tuan yang berbalik menyalahkan saya?" Anne mengejar langkah cepat lelaki itu. "Saya ada di sini karena ibu Tuan."
"Dia hanya melaksanakan perintah Ratu."
"Tapi permintaan itu tidak harus berakhir kepada saya."
Lagi - lagi, Earl dibuat merasa bersalah oleh Anne. Sikapnya yang masih kekanak - kanakan membuat lelaki dewasa ini harus berhenti mengejar dan membujuknya. Mungkin, rumor yang tersebar luas bersama Anastasia bisa membuat Anne sadar.
***