Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Aku dari Game RPG

Mikuru_Natsuki
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.4k
Views
Synopsis
Sao keluar dari dunia game. Memasuki tubuh seorang anak laki-laki 11 tahun yang memiliki nama sama dengannya. "Tempat di mana orang-orang berbakat berkumpul dan dilatih." "Akademi Monster." Diawali ucapan Master Vernon, perjalanan Sao di dunia baru dimulai! Memasuki sebuah akademi yang dipenuhi anak-anak berbakat— dan bermasalah. "Bagaimana kau sangat jago dengan pedang?" "Aku dari game RPG." Dimulai sejak Sao melangkah memasuki gerbang akademi, seluruh petualangan dan pertarungan sudah disiapkan! Teman-teman baru, musuh, dan masalah! Mereka selalu mengikuti Sao. Dan saat segalanya hampir selesai, jiwa kekuatan yang dimiliki tubuh ini bangkit! Lantas mengubah segala alur menjadi lebih menakutkan. "Seharusnya kekuatan di tubuh ini tidak bangkit. Aku bisa jika hanya dengan pedangku." Sao menggeram lelah. Sejak saat itu, semuanya berantakan.
VIEW MORE

Chapter 1 - Awal Mula dengan Teleportasi

Sebuah planet hijau berpenghuni. Tempat seluruh makhluk hidup tinggal. Mereka menyebutnya, dunia. Planet Aqua.

Secara misterius … di dalam dunia, sebuah hal menghilang. Kemudian muncul kembali dalam keadaan berbeda?

[Pergantian berhasil!]

[Mendownload sistem!]

[Memasukkan memori!]

[Success!]

"Sao!"

Dia menoleh. Sebuah tangan dewasa telah berada di pundak Sao. Menepuk keras beberapa kali. Diiringi tawa aneh.

"Bagus, bagus! Seharusnya dari dulu aku mengetahuinya. Kalau aku tahu, pasti sekarang aku tak lagi hidup susah dengan menambahmu sebagai beban! Cepat, sana! Orang itu sudah datang! Rajinlah di tempat barumu, hasilkan aku banyak uang!"

Gol Yi. Ayah Sao Yi dengan wajah buruk dan rambut gondrong berantakan. Seperti biasa, pagi ini dia sudah minum-minum.

Bau menyengat tersebar di mana-mana. Tapi, senyum lebar Gol Yi jauh lebih menyeramkan. Sangat bringas.

"Hei?" Tawa Gol Yi mulai mereda. Tangannya mengguncang pundak Sao. "kenapa malah diam? Jangan malas!"

Sao berjalan ke arah pintu kayu yang setengah terbuka. Udara pengap, ruangan gelap, lembab. Beginilah kondisi rumah.

Gol Yi senang. Dia mendekati putranya meski sambil berdecak. "Tidak apa-apa. Sombonglah sedikit. Haha!" Tawa menyebalkan itu kembali bergema.

Sao berhenti melangkah. Ditatapnya sang ayah yang berada di samping. Tajam menusuk sampai membuat Gol Yi terdiam. Tidak. Sao tidak seperti anaknya yang biasa. Aura kuat mencengkam penuh kengerian.

"Bagaimana aku bisa keluar dari game?" Itu suara Sao. Namun, ada yang berbeda. Ya, berbeda.

Gol Yi terkesiap. "Maksudmu?" Dia berusaha untuk tidak membuat getaran. "ah, sudahlah! Jangan membual!"

Gol Yi menyambar lengan Sao dan menariknya keluar melewati pintu kayu.

Udara segar merembes masuk. Sao menghirupnya kuat-kuat. Kedua matanya terpejam, menikmati semburan perasaan alam.

Ini … dunia. Planet Aqua.

Bukan sebuah dunia keajaiban di dalam mesin.

Gol Yi menautkan kedua telapak tangan dan mengusap-usap penuh harap. Senyum lebarnya menjijikkan. "Master, nah. Cepat bawa putra saya ini."

Senyumnya lebih melebar begitu setumpuk uang berada di atas telapak tangannya. Pemberian master, berkat putranya yang memiliki jiwa kekuatan.

Sao membuka kedua matanya. Sekarang penglihatan tertuju di depan.

Lelaki sehat dengan tinggi semampai. Menyamai pucuk dahan pohon di sampingnya.

Master Vernon. Tersenyum ramah dengan tatapan melembut. Celana panjang usang berwarna hitam yang senada dengan baju berbahan keras dan tertekuk. Sesungguhnya, atasan itu tak terlalu terlihat. Karena tertutup oleh jubah hitam layaknya penyihir. Menutup bahu, lengan atas, memanjang menghalau leher hingga belakang siku kaki.

"Ayo."

Tekanan volume itu mengguncang Sao. Suara Master Vernon membuatnya merinding.

Orang ini kuat.

"Oh, ngomong-ngomong, Master. K–kapan aku akan mendapat uang lagi …?" Gol Yi berbinar penuh harap setelah selesai menghitung lembar demi lembar uang.

Master Vernon menjentikkan jari. Lantas, sebuah kertas muncul tiba-tiba di hadapan Gol Yi dan mendarat di punggung tangannya.

"Anda bisa membacanya, Ayah Sao. Bolehkah aku membawa putra Anda sekarang?"

Mulut Gol Yi membuka melihat kekuatan magis. Cepat-cepat dia mengangguk. "Tentu, tentu, Master!"

Sao tidak bisa melakukan apapun saat Master Vernon kembali menatap ke arahnya. Lelaki itu memiringkan kepala, memandang Sao dari atas hingga bawah.

Kernyitan di dahi timbul. Meski anak rambut hitam acak-acakan nya menutupi.

Gol Yi masuk ke dalam rumah setelah mendapatkan kertas. Pria mabuk-mabukan itu sudah tidak sabar membacanya. Menghitung berapa hari lagi dia akan mendapat uang kembali.

Tersisa antara Sao dan Master Vernon di pelataran hijau depan rumah kayu lapuk. Keduanya berdiri, saling berhadapan dengan tinggi badan yang sangat jomplang.

Sao hanya bisa setinggi bawah dada Master Vernon. Usia 11 tahun, dengan tubuh kurus kerempeng nyaris menunjukkan tulang.

"Ah, tubuh dan penampilanmu masih sama seperti yang kulihat seminggu lalu. Tapi, kenapa auranya terasa berbeda, ya?" Master Vernon menatap anak laki-laki di hadapannya. Sungguh, penampilan yang mirip seperti anak tak terurus.

"Karena saya bukan Sao Yi." Anak laki-laki itu mendongak. "namaku, Sao. Hanya Sao."

Master Vernon tersenyum. "Baiklah, Sao. Kemari. Mendekat padaku."

Sao merasakan kekuatan magis begitu berada tepat di samping Master Vernon. Pria itu lebih tinggi darinya, menjulang hingga harus mendongak untuk melihat wajah Master.

Tangan dengan jari-jemari kaku menyentuh pundak kiri Sao. Lalu merambat ke wajah Sao, dan telapak tangan dewasa itu menutup kedua mata Sao. Dingin.

"Perjalanan teleportasi magis, dimulai."

"Kita akan menuju ke Akademi."

Sao mendadak menahan napas. Sebuah tenaga terasa kuat mendorongnya. Keringat dingin di sekitar dahi terus bercucuran.

Dia membuka kedua matanya. Membelakak begitu telapak tangan Master Vernon telah menyingkir.

Sao menghembuskan napas berkali-kali melewati mulut.

Dia mendongak. Tubuhnya bergetar penuh keterkejutan.

"Ba–bagaimana bisa?"

Sao menganga. Dia tadi berada di depan rumah, di lapang hijau lepas. Ta–tapi? Tapi sekarang?

Sao sudah berdiri di atas alas berpasir. Memperhatikan gerbang menjulang tinggi di hadapannya. Dijejeri oleh tembok bata kokoh memanjang, yang entah ujungnya berada di mana.

Master Vernon tersenyum. Tangannya mengacak rambut kaku Sao. "Tempat di mana orang-orang berbakat berkumpul dan dilatih."

"Akademi Monster," ucapnya.

Sao menoleh. "Dan, tadi? Skill apa yang kau gunakan?"

Master Vernon menjauhkan tangannya. "Maksudmu?" Dia menahan senyum. Kata yang aneh baginya.

"Itu kekuatan magis. Teleportasi. Kau tahu?"

Sao menggeleng. "Aku tahu. Tapi aku tidak paham dengan konsepnya."

"Mudah saja. Jangan terlalu dipikirkan. Dan .…—" Master Vernon memandangi Sao. "kau murid kedua yang memanggilku tanpa sebutan 'Master'."