Chereads / Arthur : Si Keturunan Dewa Poseidon / Chapter 4 - Chapter 4: Rahasia yang di sembunyikan

Chapter 4 - Chapter 4: Rahasia yang di sembunyikan

Monster itu hendak menancapkan kukunya ke tubuh Arthur namun tiba - tiba sebuah tubuh monster itu terlempar seperti ada seseorang yang menyerangnya.

"Kau tidak apa - apa?"

Arthur membuka kedua matanya dan melihat sosok Gio yang sudah ada disampingnya.

"Cepat kita harus lari disini, sebelum monster itu menyerang kita."

Gio langsung membantu Arthur untuk berdiri dan mengajaknya berlari sebelum monster itu bangkit menyerang mereka.

Dan benar saja, setelah mereka keluar dari kelas monster itu telah bangkit dan hendak mengejar mereka.

"Kau tak akan bisa kabur dariku!"

Kami berlari sekuat tenaga tetapi monster itu lebih cepat di banding mereka. Monster itu terbang dengan sangat cepat di atas kita, pada saat itu juga monster itu langsung menyerang kami hingga membuat kami terpental.

Untung saja kami berhasil menghindar namun tubuh kami terbentur lemari cukup keras. Monster itu kini sudah berada di depan kami Gio langsung bangkit dan berdiri di depan Arthur.

"Sudah kuduga kau adalah Guardian, Gio Maxwell."

"Bu Sri tidak kusangka kau adalah Belphegor, seharusnya aku menyadari hal itu sejak awal."

Arthur merasa tidak asing, dia seperti pernah mendengar nama Belphegor sebelumnya di pelajaran sejarah. Belphegor adalah nama makhluk dunia bawah yang dikurung dan tidak boleh keluar melewati batas Netherworld.

Belphegor sendiri merupakan makhluk yang jahat dan sulit diatur tak ada satupun orang yang bisa mengaturnya bahkan dewa sekalipun. Akhirnya para dewa terutama Hades yang merupakan penjaga atau penguasa dunia bawah mengurung mereka semua di tempat yang sangat tersembunyi.

Bahkan tempat itu konon katanya lebih kejam dan seram melebihi Netherworld. Bisa dikatakan tempat itu berada di paling bawah, di bawah Netherworld.

Tak disangka sekarang Arthur bisa melihatnya secara langsung.

Keanehan ini membuat Arthur kebingungan, mendengar kalau ayahnya seorang dewa Poseidon saja Arthur masih tak percaya dan sekarang dia melihat makhluk mitologi yang memberitahu siapa ayahnya dan mencoba membunuhnya.

"Apa maksud semua ini?" tanya Arthur pada Gio.

"Simpan pertanyaan mu nanti, kau tak lihat di depan kita ada monster yang siap menyerang kapanpun."

Sekarang Arthur mengalihkan pandangannya ke monster kelelawar yang sudah berdiri tegak di depannya. Semakin lama dia berjalan mendekati mereka berdua.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Tak ada jalan lagi mereka berdua kini sudah terpojok di sudut ruangan, mereka tak bisa melarikan diri. Satu - satunya jalan mereka hanyalah ke depan tetapi monster itu sudah menghalangi jalan mereka.

"Belphegor kenapa kau bisa ada disini, bukannya dewa Hades sudah mengurung kalian?"

"Dia memang sudah mengurung kami semua tapi kami semua telah berhasil keluar dari sana."

"Keluar? hanya Hades yang tahu dimana para Belphegor di kurung dan hanya Hades yang bisa membuka pintu tersebut."

"Memang benar hanya Hades, tapi bukan dia orangnya."

"Lalu siapa?"

"Tentu saja aku tidak akan memberitahumu siapa orangnya."

Arthur yang tidak paham dengan apa yang mereka bicarakan hanya bisa diam mendengarkan mereka. Monster mulai mendekat ke arah kami membuat kami semakin terpojok tak bisa kemana - mana.

Mulut monster kelalawar itu kemudian terbuka lebar ke arah kami, entah mengapa perasaan Arthur merasa tidak enak seperti akan ada sesuatu yang akan keluar dari mulut monster itu.

"Gio, lakukan sesuatu."

Semburan api keluar dari mulut monster, Arthur menutup matanya dengan lengannya. Namun dia merasa ada yang aneh, tubuhnya sama sekali merasa terbakar. Perlahan Arthur membuka matanya dan melihat di depannya Gio sedang mengangkat tangannya, di atas tangannya terdapat sebuah perisai yang menahan semburan api.

"Wow."

Arthur menganga kagum melihat sebuah barrier yang membentuk perisai menahan semburan api naga.

"Aku tiba bisa menahannya lebih lama lagi. Arthur gunakan kekuatanmu."

"Kekuatan? kekuatan apa? aku tidak punya kekuatan."

"Kau anak Poseidon, kau memiliki kekuatan seperti dirinya. Cobalah."

"Ba-bagaimana caranya? aku saja tidak tahu kekuatan apa yang kumiliki!"

"Angkat tangan mu ke depan, penjamkan matamu lalu kau fokuskan pikiranmu terhadap tanganmu."

Arthur melakukan apa yang Gio minta, dia memenjamkan mata lalu mengangkat tangannya kedepan. Namun tidak terjadi apa - apa, semburan api monster itu semakin lama membuat perisai milik Gio retak.

"Cepatlah!"

"Sabar! Aku sedang mencobanya."

"Coba kau fokus ke tanganmu saja, Arthur."

"Ya aku tahu itu tapi ini sangat sulit!"

"Jangan terus bicara, fokus saja ke tanganmu!"

Kemudian Arthur kembali mencobanya, kali ini diam benar - benar diam dan memfokuskan dirinya ke tangannya. Perlahan tubuh Arthur seperti ada sesuatu yang mengalir dalam dirinya. Kemudian energi itu semakin lama semakin besar, kini sebuah bola air muncul dari telapak tangan Arthur.

"Oi!"

Gio yang berada di depan melihat bola air itu kemudian melepaskan perisai dan segera menghindar. Air yang sangat kencang keluar dari tangan Arthur menghantam semburan api monster.

Semburan air itu semakin lama memadamkan api monster hingga akhirnya menghantam mulut monster tersebut. Monster itu mengaum kesakitan karena efek semburan air yang cukup keras mengenai matanya membuat dia tidak bisa melihat apapun.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" teriak Arthur panik. Dia terkejut karena air keluar dari telapak tangannya.

Sayangnya air itu tidak bisa bertahan lama, tekanan air semakin lama mulai menghilang dan sang monster terlihat sangat marah. Semburan air dari tangan Arthur pun menghilang.

"Lakukan lagi Arthur!"

"Sedang kucoba!"

Arthur mencobanya sekali lagi namun air itu tidak keluar lagi, dia sangat panik karena monster itu sekarang sudah bersiap - siap menyerang mereka berdua.

Saat monster itu terbang ke arah mereka, tiba - tiba sayapnya terpotong membuatnya terjatuh.

"Cepat lari!" teriak seorang pria yang ternyata adalah Tenert, kepala sekolah.

Tanpa pikir panjang Arthur dan juga Gio berlari mengikuti Tenert. Sebelum itu Arthur melihat ke arah Belphegor yang sayapnya sudah terpotong. Betapa terkejutnya dia melihat monster beregenerasi, kini sayapnya telah kembali ke tubuhnya dan siap mengejar mereka.

"Arthur cepat lari!"

"Apa yang sedang terjadi?! Makhluk itu... sayapnya."

"Dia Belphegor, makhluk dunia bawah, para dewa mengurungnya karena monster inilah yang dulunya menghancurkan langit, percuma menghadapi monster seperti itu, mereka akan beregenerasi dengan cepat!" jelas Gio sambil berlari.

"Tapi kenapa dia ada disi-"

"Sudah kubilang simpan pertanyaanmu nanti, kita harus lari dari sini. Nanti kujelaskan!"

Kami semua menaiki sebuah mobil milik Tenert kemudian pergi meninggalkan sekolah.

"Kemana kita akan pergi?" tanya Arthur.

"Pertama - tama kita harus memberitahu Zendaya kalau tempat ini sudah tidak aman. Kita harus membawamu ke Akademi, Arthur."

"Akademi?"

"Akan kujelaskan nanti selama di perjalanan, monster itu pasti sudah menyadari keberadaanmu sejak lama. Mereka pasti hanya menunggu waktu, dan inilah waktunya. Kita harus pergi dari sini."

Mobil kemudian melaju sangat cepat bahkan Arthur sendiri tidak sadar kalau sekarang dia sudah di depan rumahnya.

"Kita turun."