Ritual Pemanggilan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang punya kemampuan khusus. Hanya ada beberapa gelintir orang yang punya kemampuan khusus seperti ini. Putri Calon Arang adalah salah satu dari sedikit orang itu. Citra pernah melakukannya dulu kepada Eyang Halimun. Nyai Halimun juga satu dari sedikit orang yang memiliki kemampuan seperti itu.
Mada dan Putri Calon Arang memperhatikan sampai angin berhenti berhembus di kamar pemujaan. Asap dupa meliuk-liuk seolah menarikan tarian mistis meskipun angin sedang mati di kamar itu. Lalu lamat-lamat terdengar deburan ombak dari kejauhan. Padahal Istana Kepatihan ini sangat jauh dari pantai.
"Apa yang Paduka kehendaki Mahapatih?" suara deburan ombak yang semakin jelas disertai suara merdu wanita tanpa wujud.
Mada tahu risikonya sangat berat kalau sampai minta bantuan Ratu Laut Utara. Urusannya akan sangat panjang dan melibatkan banyak nyawa tak berdosa di dalamnya. Tapi tidak ada pilihan lain. Meminta bantuan Ratu Laut Selatan malah mustahil dilakukannya. Mada menghela nafas panjang.
"Paduka Ratu, terimakasih sudah bersedia dipanggil. Aku sedang menghadapi kesulitan besar dengan seseorang yang sangat tangguh. Aku tidak bisa menyelesaikannya sendiri. Bisakah Paduka Ratu membantuku?" Mada berkata pelan. Tidak percaya dengan ucapannya sendiri yang berniat mengorbankan rakyatnya untuk urusan ini.
"Urusan apa Paduka Mahapatih? Dengan siapa? Dan apakah Paduka Mahapatih sudah paham harus membayar dengan apa?" Suara merdu itu terdengar dingin sekali. Seperti es.
"Aku tahu harus membayar dengan apa dan aku tahu itu tidak bisa ditawar sedikitpun. 5 orang setiap tahunnya." Mada memaki dirinya sendiri dalam hati. Ini tidak sesuai sama sekali dengan batinnya.
"Hmm, baiklah kalau kau sudah setuju dengan syaratnya. Siapa orang yang Paduka maksud?"
"Seorang pemuda bernama Raja. Dia sekarang berada di penjara bawah tanah Istana Galuh Pakuan. Apakah Paduka Ratu bisa menembus penjagaan Resi Gunung Sagara?" Mada ingin memastikan satu hal.
"Bisa saja. Tapi tentu aku tidak ingin bentrok dengan orang tua itu Paduka. Tunggu sampai pemuda itu keluar dari lingkungan Istana Galuh Pakuan. Aku akan menghadang dan menghabisinya sesuai permintaan Paduka Mahapatih."
"Baiklah. Kalau begitu aku akan mencoba membebaskannya. Setelah itu Paduka Ratu bisa menyeretnya ke alam baka dan aku akan membayar syarat Paduka Ratu setiap tahunnya."
"Kita sepakat Paduka Mahapatih." Suara debur ombak itu makin menjauh dan tak lama kemudian menghilang. Kamar pemujaan juga kembali berangin. Lilin-lilin kembali menyala.
Putri Calon Arang memandang junjungannya yang nampak merasa sangat bersalah. Dia sendiri adalah datuk hitam yang tidak segan melakukan berbagai macam kejahatan, tapi Putri Calon Arang tahu persis junjungannya ini tidak. Hanya satu yang ada dalam benaknya. Kejayaan Majapahit dan rakyatnya.
Di kamarnya yang mewah dan megah, Citra berjalan mondar mandir dengan gelisah. 3 hari lagi keberangkatan menuju ibukota Majapahit akan dilakukan. Meski pikirannya sudah mantap menjalani ini semua tapi Citra gelisah memikirkan bagaimana Raja bisa keluar dari penjara bawah tanah dan membayanginya dalam perjalanan?
Dia sudah coba menelisik keterangan dari dayang kepercayaannya. Raja diperlakukan selayaknya tahanan yang lain. Tapi dayang itu juga mendengar selentingan kabar bahwa besok Resi Gunung Sagara akan datang atas undangan khusus Baginda Raja Lingga Buana. Maksud undangan itu adalah meminta bantuan Resi Gunung Sagara untuk memperkuat pagar gaib di lingkungan istana. Baginda sangat khawatir pemuda bernama Raja itu bisa membobol keluar dan melarikan diri lalu menimbulkan masalah bagi kerajaan sebelum terjadinya seserahan. Kekhawatiran Baginda Raja dipicu oleh pembicaraannya dengan Resi Papandayan dan Resi Pangrango belum lama ini.
"Pemuda itu entah berasal darimana dan dari peristiwa apa tapi dia sangat sakti Paduka. Hamba tidak heran jika dia berhasil membobol penjara bawah tanah istana dengan kemampuannya yang sangat tinggi itu. Mohon Paduka mempertimbangkan untuk memperkuat pagar gaib di lingkungan Istana Galuh Pakuan untuk menjaga segala kemungkinan."
"Hmm, itu berarti aku harus mohon bantuan Resi Gunung Sagara, Paman." Baginda Raja membayangkan sosok aneh yang jarang sekali berkunjung ke istana kecuali jika ada hal-hal yang sangat mengancam Kerajaan Galuh Pakuan.
"Benar sekali Paduka. Tidak ada pilihan selain Mahaguru Resi Gunung Sagara." Resi Papandayan dan Resi Pangrango bersama-sama mengiyakan.
Resi yang sangat sakti itu kali ini tidak bisa menolak permintaan Baginda Raja Lingga Buana. Hal ini memang biasa dilakukannya semenjak dahulu. Sebuah kewajiban yang wajib dilakukan olehnya sebagai pelindung istana. Sang Resi berkata kepada utusan khusus Baginda Raja Lingga Buana bahwa dia akan datang besok pagi tepat saat tengah hari.
Citra sangat percaya keterangan yang diterima dayangnya ini sangat akurat. Gadis ini menjadi sangat resah. Jika pagar gaib diperkuat oleh Resi Gunung Sagara, dia tidak yakin Raja bisa menembusnya. Mungkin bisa dalam bentuk harimaunya, tapi Citra sudah mengingatkan Raja agar tidak lagi menjelma menjadi harimau kecuali dalam keadaan sangat genting saja. Raja selalu terbawa hawa kemarahan yang luar biasa setelah menjelma menjadi harimau. Pemuda itu tidak segan-segan menurunkan tangan maut bagi orang-orang yang berlawanan dengannya.
Setelah perjalanan ke Ujung Kulon tempo hari, Raja sama sekali tidak mau merubah wujudnya menjadi harimau meskipun Citra yang coba mengujinya, merengek-rengek minta digendong oleh harimau itu karena sangat kelelahan. Sekarang masa dia harus minta Raja merubah wujudnya yang berarti sama saja dia menyuruh Raja membunuhi orang saat mengawalnya nanti. Citra bergidik ngeri. Tidak!
Di penjara bawah tanah yang pengap dan lembab, Raja berpikir hal yang sama. Dia tidak mau membunuh orang lagi karena didorong oleh kemarahan. Padahal dia harus keluar dari sini setidaknya besok atau paling bagus hari ini karena Raja juga mendengar bisik-bisik para penjaga bahwa rombongan Raja Galuh Pakuan akan berangkat ke Istana Majapahit 3 hari lagi. Raja memperhatikan sekeliling penjara yang agak gelap itu dengan seksama. Mungkin ada cara lain untuk keluar dari penjara ini tanpa harus menjelma menjadi harimau?
Sesuai pengetahuan yang dibacanya dari buku-buku, istana kerajaan manapun pasti punya lorong rahasia atau semacamnya. Berjaga-jaga apabila Raja dan keluarganya dalam bahaya. Sebuah jalan rahasia seperti yang terdapat di Bubat sebagai alternatif evakuasi Raja dan keluarganya.
Apalagi ini istana yang sangat besar. Raja yakin lorong itu pasti ada. Tapi di mana? Raja meneliti kembali jeruji dan dinding tebal penjara ini baik-baik. Ada yang aneh di sini. Raja menjadi bersemangat. Sebagai lulusan Arkeologi dia tahu apakah sebuah bangunan atau ruangan dirancang sedari awal atau tidak.
Dinding sel tahanan ini tidak sekusam dinding luar tempat penjaga itu sedang bersandar. Raja tersenyum lebar. Berarti benar dugaannya. Lorong rahasia itu justru adalah penjara ini!
Kalau saja tidak menerbitkan kecurigaan para penjaga, ingin rasanya Raja berteriak, Banzaiii!
---