Chereads / Rebirth : New Life / Chapter 30 - Chapter 30 : New project

Chapter 30 - Chapter 30 : New project

Hari di mana penilaian datang, Yuki memutuskan untuk maju pertama dan ia bisa bernyanyi dengan baik untuk lagu pertama, lagu yang wajib, sedangkan untuk lagu kedua.

Yuki memutuskan menggunakan lagu dari vocaloid, ia hanya menggunakan iringan piano, lagu yang tadinya cukup bersemangat, berubah menjadi agak lambat.

"saya mau nyanyi lagu lain bu, boleh kan?" tanya Yuki saat sudah selesai menyanyikan lagu pertama.

"ya, boleh, tapi kamu harus ada iringan alat musik lho, ibu nggak mau ngiringin lagu lain selain yang kemarin." Ucap guru itu mengingatkan kembali.

"iya bu, tenang aja..."

Yuki berdiri di belakang keyboard yang ada di meja guru, ia sedikit mengatur suara dari keyboardnya, ia faham dengan menggunakan alat musik yang satu ini, walaupun sebenarnya ia lebih menyukai piano klasik, tapi mentornya dulu juga pernah mengajarkannya menggunakan alat ini.

Setelah penyesuaian, Yuki memainkan musiknya dengan lancar, ia juga bernyanyi dengan baik. Yuki sudah 2 tahun berlatih vokal dan teknik vokalnya sudah cukup baik. Mentor vokalnya mungkin akan terjun jika ia tidak memiliki perubahan setelah 2 tahun.

Teman sekelasnya dan juga guru keseniannya memperhatikannya dengan baik, mereka tidak menyangka Yuki mampu bermain musik dan bernyanyi secara bersamaan.

Setelah selesai dengan lagunya, tepuk tangan memenuhi ruang kelas mengingatkan Yuki dengan saat ia ada di atas panggung untuk bermain piano.

"bagus banget, kamu bisa main piano dengan baik." Guru itu tersenyum dengan keterkejutan dan kekaguman dimatanya.

"mm... ya, lumayan bu..." Yuki menjawab dengan baik.

Jam pelajaran kesenian sudah akan usai setelah Yuki dan beberapa kelompok maju dan bernyanyi dengan baik, guru kesenian itu mengucapkan beberapa kata, setelah itu, mereka bebas dan keyboard itu masih terpasang, beberapa anak memainkannya dengan asal.

Satu anak laki-laki yang Yuki ingat sangat pendiam mencoba memainkan sebuah lagu.

"itu lagu yang lumayan susah." Ucap guru kesenian itu "ibu yang ngajarin" Yuki ingat anak ini adalah anak paduan suara di sekolah ini, beberapa hari ini Yuki sama sekali tidak terlalu perduli dengan clubnya karena ia sibuk dengan lomba dan juga Jay yang datang kemarin.

Anak itu hanya bisa menyelesaikan setengah dari lagunya dan mengatakan bahwa ia tidak bisa melanjutkannya.

Yuki maju dan mencoba memainkan salah satu lagu kesukaannya.

Romantic Fur Elise-Beethoven.

Yuki bermain dengan sangat indah, sedangkan yang lain melihat dan mereka terpana, termasuk guru kesenian mereka.

Lagu ini bukan lagu yang sangat sulit, tapi Yuki menyukainya karena sangat terdengar damai.

Selesai dengan musiknya, mereka kembali bertepuk tangan.

"kamu belajar dari mana?"

"hmmm, tutor... tapi saya udah lama berhenti."

"dari kapan kamu belajar piano?"

"saya lupa, dari TK? Mungkin?" Yuki berucap tidak yakin, itu memang sudah lama dan ia tidak ingat dengan kapan pertama kali ia menyentuh piano, sepertinya sekitar itu.

"siapa nama kamu?" guru keseniannya melihat absen yang di pegangnya.

"Yuki..." ibunya tidak memberinya nama panjang, hanya Yuki.

"YUKI!!! Aahhh... pantesan nggak asing... kamu pianis yang menang lomba berturut-turut kan? Sayangnya kamu udah lama nggak muncul lagi..." wanita itu terlihat sangat menyayangkannya.

"iya, saya kan persiapan ujian kelulusan waktu itu bu," jawab Yuki "lagian minggu lalu saya udah ikut lagi, mungkin ibu pas nggak liat."

"ahh yang kemarin ibu emang nggak dateng karena ada urusan, anak juga nggak bisa di tinggal."

"Yuki pianis?" tanya seorang anak terlihat sangat terkejut dengan pembicaraan mereka.

"iya, Yuki itu pianis, dia sudah ikut lomba dari jaman dulu dan lagunya selalu bagus, ibu suka banget sama permainan pianonya, tapi karena udah lama banget kamu nggak ikut dan sekarang udah gede banget, ibu jadi pangling pas liat kamu pertama."

"wihhh mantep banget Yuki, udah pinter jago main piano lagi kan...."

"boleh lah ikut lomba atas nama sekolah..." gurunya tampak sedikit antusias mencoba membujuk Yuki, wanita itu tau, Yuki sangat baik dalam bermain piano, setiap ia memainkan piano seperti ia menceritakan sebuah kisah, semua mengalir dengan indah.

Yuki tampak mempertimbangkan di matanya, walau tidak terlihat serius.

"nggak bu, terimakasih... hahaha, bukannya ada Heri ini? Dia lumayan bagus..." Yuki menatap anak laki-laki yang barusan memainkan piano sebelumnya.

"iya si... tapi dia baru belajar, butuh waktu untuk latihan biar jadi bagus..." ucap wanita itu.

"haha... perjalanan mu masih panjang Heri... memang benar, aku baru ikut lomba saat SD, padahal aku latihan dari TK, butuh beberapa tahun buat bisa sampai ke tahap ini... tapi kalo kamu memang berminat, belajar aja terus." Ucap Yuki santai.

"iya.... tapi jangan kamu jadiin beban, susah kalo kamu jadiin beban," guru itu beralih pada Yuki "kenapa si kamu nggak mau ikut buat sekolah?"

Banyak yang Yuki pertimbangkan, ia memiliki les vokal, pekerjaannya, di tambah dengan projectnya dengan Jay yang belum selesai, ia bahkan sudah menjadwalkannya.

Tidak masalah jika ia mau ikut lomba untuk nama sekolahnya, tapi apa untungnya? Setelah ia lulus ia tidak akan mendapat untung apapun, ia hanya membuat sekolahnya menjadi di kenal.

Ia tidak lelah dan menikmati apa yang ia lakukan saat ini, ia hanya tidak berminat saja dengan membawa nama sekolah, jadi lupakan saja.

"ada beberapa hal yang harus saya lakukan..." selain itu, Yuki mempertimbangkan beberapa hal yang ingin ia lakukan.

Contohnya, ia merasa bahwa ia kurang bugar, jadi ia memutuskan untuk melakukan beberapa olahraga outdoor, ia memilih berkuda, ia sudah bicara dengan orang tuanya.

Awalnya mereka terkejut dengan keinginannya, tapi bahkan mereka sudah menyerah dengan apa yang ingin di lakukan Yuki.

Jika kakaknya sangat suka berenang, Yuki tidak terlalu suka walaupun ia sebenarnya bisa walaupun bukan profesional, jadi ia ingin hal yang berbeda.

Sejak ia kecil kakaknya selalu di ajak bersenang-senang dengan bibinya, mereka akan belajar berenang dan Yuki tidak akan di ajak, jadi kenapa jika ia ingin berkuda sebagai gantinya?

Tidak masalah, ia bisa bersenang-senang sendiri tanpa bantuan orang lain.

Yuki sudah memutuskan, jadi ia akan menikmatinya, ia sudah mendaftar dan akan memulai sesinya setiap sabtu dan minggu, semakin ia tidak punya waktu untuk hal lain bahkan club PMR nya akan terbengkalai.

Tapi ia bahkan lebih tidak perduli, walaupun mungkin sesekali ia akan datang, lagi pula PMR hanya sebentar, ia akan melakukan sesinya sore hari, jadi ia memiliki waktu saat pagi hari.

Percayalah, tidak ada yang menarik dari club PMR mereka, pelajaran yang mereka lakukan hanya itu-itu saja dan Yuki sudah hafal di luar kepala, ia sampai bosan.

Jadi bagaimana ia bisa ikut lomba untuk sekolah jika jadwalnya saja sudah sangat padat, lupakan saja.

"sangat di sayangkan." Guru keseniannya terlihat kecewa.

Yuki hanya menggunakan senyum dan tatapan tidak berdaya, apaboleh buat.

Kenapa Yuki tampak sangat ingin menguasai semuanya? Jawabannya adalah, tentu tidak, sudah di katakan ia hanya ingin melakukan apa yang ingin ia lakukan, ia suka berkuda, bahkan setelah melepas les vokalnya ia sangat ingin belajar ice skating.

Karena ia menyukainnya juga, jadi sejak saat ini ia sudah belajar beberapa hal tentang ice skate.

Apa ia akan menjadi atlet? Tentu tidak juga, ia hanya menimbun kemampuan saja, siapa yang tau mungkin suatu saat skill ini semua bisa di gunakan di saat yang tepat.

Walaupun tidak menguasainnya secara profesional, setidaknya ia bisa melakukan beberapa trik.

Sebenarnya sangat banyak yang ingin ia lakukan, berkuda, memanah, anggar, ice skate dan beberapa lainnya, namun ia memutuskan untuk melakukannya secara satu persatu.

Setidaknya ia berpengalaman, ntah akan berguna atau tidak.

.

.

.

"Yuki, aku boleh nginep di rumah kamu nggak?" Suvi bicara dengan Yuki saat mereka sedang istirahat bersama.

"kapan?"

"sabtu minggu."

"..." Yuki terdiam sejenak dan mempertimbangkan.

"sabtu abis ekstrakulikuler, kita langsung ke rumah kamu." Usul Suvi.

"nggak bisa..." setelah beberapa saat Yuki terdiam, ia memutuskan ia tidak bisa bermain dengan temannya ini, ia harus pergi untuk berkuda, jadi lupakan saja "aku ada urusan."

"ohh ok."

Saat hari sudah mencapai sabtu, ia harus tetap bangun pagi untuk berangkat ke sekolah, untuk kegiatan ekstrakulikuler yang sangat membosankan.

Sore harinya, ia di antar oleh ayahnya lagi untuk berkuda, kelas di lakukan hanya sebentar, sekitar 1 jam, karena ia masih pemula, pelajaran masih sangat ringan, keesokan harinya di pagi hari, Yuki mengerjakan projectnya dengan Jay.

Sama seperti sebelumnya, sore harinya ia kembali berlatih, seperti itu terus hingga beberapa bulan kedepan.

Project Yuki dan Jay sudah hampir selesai setelah selesai dengan beberapa bagiannya, semua jika di total sudah 80% pengerjaan, hanya karakter virtual yang tersisa, itupun tidak banyak.

Saat project sudah selesai, mereka mencoba membuat beberapa lagu dengan suara karakter visaual yang mereka buat.

Mereka senang dengan hasilnya, tidak buruk,yang paling sulit lagi adalah saat mereka harus membuat gerakan untuk karakter virtual mereka, menjadi gerakan yang halus seperti manusia normal, untuk saat ini standart mereka sampai ke vocaloid.

.

.

.

"paman mau ke korea?"

"iya, mereka mau ke sana, sekeluarga, anak mantu."

"..." Yuki memang ingat bahwa mereka memang akan ke korea saat Yuki masih SMP, Yuki pertama kali ke korea saat ia sudah kuliah.

Saat ini karena Yuki bahkan bukan dari kelurga yang berada jangan kan berlibur ke luar negeri, untuk makan pun harus berhemat.

"udah, ini di cuci." Ibunya menyuruhnya untuk mencuci piring.

Yuki ingat dulu saat ia selalu ada di rumah, ia selalu di suru ini dan itu, Yuki melakukannya, ia melakukan apa yang di suru, walaupun saat ibunya bercerita ke saudaranya, ia akan mengatakan hal yang berbeda tentangnya.

Ibunya akan bercerita bahwa Yuki tidak melakukan apapun dan bermalas-malasan, padahal Yuki selalu membantu ibunya masak di dapur, mencuci dan menjemur pakaian, menyapu rumah, membersihkan meja makan, mencuci piring, membersihkan rak piring. Tapi bahkan ibunya akan mengatakan hal buruk tentangnya pada para saudaranya dan tentu saja berakhir mereka menganggap buruk Yuki.

Di keluarganya, mereka menganggap Yuki tidak bisa melakukan apapun pekerjaan rumah, mereka sama sekali tidak menganggap Yuki, mereka akan bilang Yuki terlalu tidak peka, tidak perduli, terlalu pendiam dan hal buruk lainnya.

Yuki memang tenang dan pendiam, ia tidak terlalu suka berbicara jika ia berbicara atau bertanya sesuatu akan di anggap mengganggu atau semacamnya, jadi serba salah baginya.

Jadi yang bisa Yuki lakukan adalah tetap diam dan tidak mendengarkan apa yang mereka katakan, mereka tidak suka dengan Yuki, lalu kenapa memangnya?

Sekarang, karena ia masih anak-anak, mereka tidak mengatakan sesuatu hal yang buruk tentangnya, karena hal yang wajar jika ia masih bergantung pada orang tuannya.

Berbeda dengan Yuri, ibunya tidak mengatakan sesuatu hal yang buruk tentang Yuri. Dulu jika ada yang salah, maka Yuki yang akan kena marah, semua akan menjadi salahnya, sedangkan saat Yuri di rumah dan tidak bekerja, ia hanya akan bersantai di rumah, hanya membantu untuk mencuci baju, selebihnya semua adalah tugasnya.

Yuki hanya bisa diam dan tidak mengatakan apapun jika mereka sudah menyalahkannya, jika kakaknya yang berbuat salah, ibunya bahkan tidak mau memarahinya.

Yuki sangat ramah dan terdengar jarang marah, bahkan di kalangan temannya di sekolah, karena Yuki tidak ingin menambah masalah dan hanya akan diam jika mereka menyalahkannya atas sesuatu.

Walaupun pernah suatu ketika, Yuki memblock akun temannya tanpa mengatakan apapun dan mendiamkan ibunya selama beberapa hari karena lagi-lagi mereka melampiaskan apapun pada Yuki. Jadi Yuki bahkan akan lebih diam, tidak akan mengeluarkan ekspresi apapun pada ibunya dan tidak menerima kontak apapun dari temannya lagi.

Setelah Yuki sudah bisa melepas kekesalannya dengan mendiamkan ibunya beberapa hari, ibunya melakukannya lagi, karena itu, Yuki menjadi jauh lebih pendiam saat sudah kuliah ketimbang dengan saat ia masih sekolah.

Yuki sudah menyelesaikan acara cuci piringnya dan kembali ke kamar, saat ia baru mendudukan dirinya ke kursi, ibunya kembali memanggilnya dan menyuruhnya untuk melakukan beberapa pekerjaan.

Saat sudah selesai akhirnya Yuki bisa kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya.

Alasan kenapa di tengah pekerjaannya Yuki masih bisa melakukan pekerjaan rumah adalah karena ibunya pernah memarahinya karena ia tidak melakukan pekerjaan rumah, saat itu Yuki ada keperluan di kampusnya dan ia harus pergi, ibunya mengatakan seharusnya sebelum berangkat Yuki harus mengerjakan pekerjaannya.

Lalu mengatakan Yuki sangat egois karena ia hanya mementingkan keperluannya sendiri dan tidak perduli dengan apa yang terjadi dengan orang Tuannya, tapi saat kakaknya yang seperti itu, ibunya akan mengatakan bahwa Yuri bekerja dan tidak sempat melakukannya.

Jadi Yuki meninggalkan ibunya saat ibunya memintannya mengganti sprei kamar kakaknya.

'siapa dia? Emang aku pembantunya, cih, lakuin aja sendiri.'

Saat Yuki yang membutuhkan sesuatu, mereka tidak akan membantunya, mereka akan menyuruh Yuki berfikir jalan keluarnya sendiri, sangat berbeda dengan kakaknya.

Saat ibunya merasa sakit hati karena kakaknya tidak perduli dengan orang tua, ibunya akan bercerita dan mengeluh padanya.

Yuki selalu bilang berkali-kali ke ibunya, biarkan dia melakukan pekerjaannya sendiri, dia tidak akan menjadi mandiri dengan mereka terus memberikan bantuan saat kakaknya membutuhkan.

Lalu bagaimana dengan Yuki? Saat SMA, Yuki memerlukan sebuah laptop karena harus mengerjakan pekerjaan rumah di sana, sistem belajar anak-anak mengguanakan ppt dan word untuk membuat makalah, tapi Yuki bahkan tidak memiliki laptop atau setidaknya ponsel yang bisa di gunakan untuk itu.

Ponselnya saat itu hanya ponsel lama bekas kakaknya yang bahkan batrainya sudah tidak berfungsi dengan baik, walaupun masih bisa di gunakan.

Sebelumnya, Yuki mendapat Notebook bekas dari kakaknya, tapi karena umur notebook itu sudah cukup lama, notebook itu juga tidak bisa berfungsi dengan baik, jadi ibunya mencoba mereparasinya di tempat lain.

Saat Yuki benar-benar membutuhkannya, ia bertanya pada ibunya, walaupun sayangnya ia malah bertengkar dengan ibunya kaarena ibunya itu berfikir Yuki minta di belikan laptop baru.

"masa mama harus beliin kamu juga!! Yang bener aja!"