Pada akhirnya saat ada yang mengatakan hal yang tidak masuk akal lagi, Yuki mencoba menelpon Jay, saat ini Jay masih libur, jadi Jay ada waktu untuk mengangkatnya.
"hallo..."
"hai..."
Bocah laki-laki yang sedang mencoba bicara dengan Yuki terdiam, samar-samar ia mendengar suara laki-laki dari arah ponsel yang di pegang Yuki.
"kenapa? Ada masalah?"
"yeaahhh... sedikit..." Yuki agak memaksakan senyumannya.
"? Kenapa?" Jay bertanya sembari berfikir sejenak "ada yang aneh?"
"siapa? Ini yang katanya deket sama kamu itu?"
Jay mendengar ada suara bocah laki-laki lain, ia faham sekarang.
"kamu bisa menggunakan speaker jika mau..." Jay menyarankan dengan suara yang agak sedikit besar, membuat bocah itu mendengar suarannya lagi.
Bocah laki-laki itu menatap dengan rasa tidak suka sedangkan Yuki kembali bicara dengan bahasa inggris yang sangat fasih, tanda bahwa mereka berdua memang terbiasa menggunakan bahasa asing itu.
"tidak masalah, dia akan menjauh nanti, dia juga tidak mengatakan sesuatu yang aneh, aku sudah menolaknya sebelumnya, kenapa dia tetap bicara dengan ku dengan cara yang akrab?"
"hahaha... Yuki, bisa saja dia memang hanya ingin dekat dengan mu, coba saja ubah cara berfikirmu sedikit." Jay terdengar sedikit mengejek Yuki membuat wanita itu berdecih pelan.
"tadinya iya, sekarang... sudah lah..."
Yuki kembali berbincang dengan Jay sampai bel berbunyi, sudah banyak yang berusaha mencuri dengar dengan apa yang mereka bicarakan, tapi bahkan mereka tidak bisa menangkap kata-kata dengan jelas karena Yuki menggunakan bahasa inggris yang sangat fasih, Yuki sengaja melakukannya, jika ia berucap lamban, akan ada kemungkinan mereka mengerti dengan pembicaraan apa yang mereka lakukan, sedangkan Jay memang pengguna bahasa inggris yang juga sama fasihnya dengannya karena ia sudah di amerika sejak ia masih kecil.
Semenjak itu, kabar bahwa memang Yuki sudah memiliki kekasih tersebar, mereka mengatakan bahwa itu ternyata bukan bualan belaka di tambah Hana yang juga mengatakan bahwa ia sudah pernah melihat wujud dari Jay.
Yuki tidak ingin mempermasalahkan hal semacam itu lagi, jadi ia hanya fokus dengan latihan pianonya.
Ia sudah berlatih lagu yang akan ia tampilkan saat lomba nanti.
Jay bilang padanya bahwa ia akan datang, jadi Yuki meminta tiket untuk 3 orang, Jay mengatakan padanya, ia akan pergi bersama kedua orang tuannya.
Sampai tiba harinya, Yuki menggunakan dress cantik berwarna ungu soft, rambutnya di ikat setengah seperti biasa dan sisanya di urai dengan cantik.
"teman mu belum tampil?" seorang wanita cantik yang di kenal sebagai ibu Jay duduk di bangkunya sembari melihat ke atas panggung, ia juga bisa bermain piano dan saat putranya mengatakan temannya dari indonesia akan ikut lomba dan ia ingin datang, ia akhirnya setuju dengan permintaan putra satu-satunya ini.
Tiba giliran Yuki maju, mereka mengalihkan atensi mereka dan terpaku pada anak perempuan yang cantik dengan riasan tipis, rambut hitam lurus dan panjang hampir melebihi pinggangnya yang sangat ramping, tubuhnya mungil dan ramping, kulitnya putih ke kuningan, mata hitam dengan bulu mata yang lentik juga pipi dan bibirnya merona di poles dengan sedikit lipbalm agar bibir itu tidak kering.
Yuki tampak membungkuk sejenak ke arah penonton dan meletakan kertas yang di bawanya. Ia mulai memainkan pianonya dengan lihai.
Alunan lembut di awal dan semakin lama semakin agresif, seperti biasa, alunan yang Yuki berikan ntah kenapa jika Yuki yang membawakannya seperti Yuki sedang berusaha menceritakan sebuah cerita yang menyedihkan, Yuki membawakannya tidak menggunakan banyak ekspresi di wajahnya, bahkan wajahnya hampir hanya membuat wajah tanpa ekspresi, tapi sangat berbeda dengan matanya dan sosoknya yang terlihat kesepian, walaupun sang pencipta lagu membuat lagu ini dengan tema cinta, jika yang memainkannya Yuki auranya akan terlihat berbeda.
Kesepian, kesedihan, kekecewaan, keputus asaan.
Hanya aura semacam ini yang selalu di berikan Yuki.
Baru kali ini Jay melihat secara langsung bagaimana sosok kesepian Yuki terlihat, ia sudah pernah mendengar permainan piano Yuki tapi ia tidak pernah melihatnya secara langsung dan ia bertanya-tanya, apa Yuki selalu seperti ini saat ia sedang bermain piano.
"wahh, aura yang keluar dari anak ini... berbeda dengan tema yang seharusnya sedang jatuh cinta." Ibunya tampak serius melihat bagaimana anak perempuan yang adalah teman anaknya ini memainkan nada yang seharusnya berbunga dan bingung karena cinta, menjadi nada kesepian dan kesedihan "anak ini selalu seperti ini?"
Jay terdiam sejenak "ntah lah, aku memang pernah mendengarnya bermain piano, tapi tidak pernah melihatnya langsung seperti ini, ini baru kali pertama."
Sampai akhirnya, Yuki menyelesaikan musik yang ia bawakan, tepuk tangan meriah menyambutnya.
Yuki segera bangkit dari sana dan membungkuk kembali untuk para penonton yang sedang memberinya tepuk tangan hingga Yuki menghilang ke belakang panggung.
Sudah saatnya pengumuman pemenang lomba dan nama Yuki di panggil untuk menerima juara satu, Yuki selalu mendapat juara 1 secara berturut-turut, Yuki juga sama sekali tidak berharap bahwa ia akan mendapat peringkat 1 terus menerus, tapi ini cukup bagus.
Selesai acara, Yuki menemui orang tuannya, sampai Jay dan keluarganya datang ke arah mereka.
"Yuki..." Jay mendekat kearahnya, seperti biasa Jay terlihat sangat casual dan tampan, ia juga melihat 2 orang dewasa yang Yuki tebak sebagai orang tua Jay juga sedang menatap ke arahnya.
"selamat... aku tau kamu bisa menang" Jay memberikan hadiah yang sudah di persiapkan dan Yuki hanya menerimanya.
"terimakasih Jay, siapa yang sangka kau akan datang untuk melihatku, aku bahkan tidak bisa bermimpi semacam ini di masalalu." Yuki tesenyum kecil dan ia benar-benar sangat senang saat melihat Jay.
"selamat ya Yuki... kamu sangat berbakat!" wanita cantik yang Yuki katahui sebagai ibu Jay memberinya ucapan selamat juga disusul ayah Jay yang juga memberinya selamat.
"terimakasih paman dan bibi... terimakasih juga sudah menyempatkan diri untuk datang." Yuki tersenyum sangat manis.
Yuki akhirnya memperkenalkan Jay dan ke dua orang tuannya pada ibu dan ayahnya, mereka berbicara beberapa hal lagi dan memutuskan untuk pergi bersama karena Yuki mengatakan ingin menghabiskan waktu untuk temannya yang sudah jauh dari korea.
Ibunya menyanggupi dan mereka akhirnya makan bersama di sebuah restoran khas masakan indonesia.
"setelah ini, kalian akan kemana?" tanya Yuki bicara dengan Jay, mereka duduk berhadapan.
Jika mereka saat ini berada di umur mereka saat sebelum mereka meninggal, orang yang melihat mereka pasti seperti sedang acara perjodohan.
"ke beberapa tempat wisata dan bersantai di beberapa tempat."
Mereka membicarakan beberapa tempat yang menarik di indonesia, jujur saja di sini tidak banyak tempat wisata alam, apalagi ini adalah tengah kota, jika ingin wisata alam, mereka bisa pergi ke daerah yang lain.
Jadi kedua orang tua Jay berkata, mereka hanya menghabiskan waktu di tempat ini, saat ini juga di korea sedang berada di musim panas yang cukup panas, mereka tidak menyangka indonesia memang panas saat ini, tapi tidak sepanas korea saat di puncak musim panas, jadi mereka merasa nyaman dengan cuaca yang stabil.
"Yuki kamu cantik banget..." mereka sudah menyelesaikan makan mereka dan saat ini sedang berbincang random.
"ahh, terimakasi bibi, bibi juga cantik..." ucap Yuki kembali menyanjung ibu Jay yang memang pada kenyataannya cantik, ayahnya juga tampan, tidak heran Jay memiliki wajah yang sangat tidak manusiawi, berbeda dengan Yuki.
Bukan Yuki bilang orang tuannya tidak goodlooking, hanya biasa saja.
"Yuki mau ikut jalan-jalan?"
Yuki berfikir sejenak "hmm, saya harus sekolah."
"ahh.... sayang sekali, padahal bibi sangat ingin banyak berbicara dengan mu..." wajah wanita itu terlihat sedikit menyesal, padahal ia sangat ingin mengenal lebih jauh anak perempuan ini, dulu ia sangat ingin memiliki anak perempuan, tapi tuhan tidak memberinya anak perempuan.
Jadi saat melihat betapa imut dan manisnya Yuki, ia sangat ingin mengenalnya.
"Jaemin sering sekali bercerita tentang mu..." wanita itu tersenyum dengan sedikit menggoda "kalian.. sudah sampai sejauh mana?"
"uhh? eomma bicara apa? Tentu saja kami berteman..." Jay menatap ibunya dengan tatapan aneh.
Yuki sedang bicara dengan kedua orang tuanya, menjelaskan apa yang mereka bicarakan, kedua orang tuannya tidak faham dengan bahasa yang mereka gunakan, walaupun mereka hanya menggunakan bahasa inggis, tapi kedua orang tua Yuki tidak bisa berbahasa inggris, jadi sedari tadi saat orang tua Jay berbicara dengan orang tua Yuki, Yuki akan mentranslate ucapan mereka.
Ibu Jay bahkan meminta kontak Yuki dan orang tuannya, agar kedepan mereka bisa tetap saling berhubungan dengan baik.
Sampai akhirnya mereka berpisah dan hari berganti menjadi senin, Yuki harus kembali berangkat ke sekolah dan ini agak sedikit merepotkan, ia sangan malas bangun di pagi hari, ia masih ingin bergelung di bawah selimut yang hangat, tapi sayang sekali, alarm ponselnya memaksanya untuk membuka matanya yang terasa sangat berat.
Yuki bersiap untuk berangkat ke sekolahnya, selesai mandi dan mengenakan seragamnya, Yuki menyisir rambutnya dengan cermat dan mengepangnya dengan asal menyapirkannya ke bahu.
Ia berangkat sekolah saat jemputannya sudah datang dan Yuki memasukinya.
Jujur ia masih sangat mengantuk, Yuki mendapat telepon dari ibu Jay dan mereka bicara banyak hal yang mereka tidak bisa bicarakan tadi saat mereka makan bersama dan di sela-sela pembicaraan ibunya mengatakan bahwa ia ingin Jay pergi sementara, agar mereka bisa honeymoon bersama.
Jadi Yuki memberikan alamat rumahnya, agaknya ia sedikit tercengang, ia tau ibu Jay sangat ingin memiliki anak ke 2, tapi Jay yang ia tau memang hanya anak tunggal, ia tidak memiliki kakak atau adik.
Tapi ia tidak mengatakan apapun juga, Jay sudah setuju dan kedua orang tuannyapun juga sudah setuju, jadi hari ini Jay akan menginap di rumahnya sampai mereka kembali ke korea.
Cukup lama juga.
Kakaknya memiliki kasur cadangan di kamarnya, jadi Jay bisa tidur dengan Yuri, walaupun kamar Yuri tidak seluas kamar Yuki, setidaknya cukup untuk 2 orang anak.
"kamu di mana?"
Jay menelponnya saat ia sedang di sekolah, ia sedang beristirahat saat ini.
"sekolah, kenapa?"
"berikan alamat sekolah mu, aku akan ke sana."
"huh? Kenapa tidak langsung ke rumah ku, aku sudah memberikan alamat rumah ku kemarin."
"iya, tapi aku akan bosan jika hanya di rumah, kau tau aku kesini untuk liburan, jadi aku ingin ke sekolah mu dulu untuk melihat-lihat, bawaan ku tidak banyak, hanya tas ransel biasa."
"yakin? Aku baru aja istirahat, aku pulang jam 3 mungkin, kamu nanti nunggu lama."
"tidak masalah, aku akan melihat-lihat."
"sekolah ku sekolah baru, jadi bangunannya belum bagus dan sekolah ku sempit."
"tidak masalah..." Yuki sudah tidak bisa melarang Jay lagi, ia tidak enak jika Jay harus menunggunya, tapi ia bilang tidak masalah.
"ok, aku kirim alamat sekolah ku."