Chereads / Rebirth : New Life / Chapter 3 - Chapter 3 : kenapa aku harus melakukannya?

Chapter 3 - Chapter 3 : kenapa aku harus melakukannya?

Ibu ku tampak terdiam sejenak menatap ku dengan tatapan yang sulit di artikan namun juga tampak bingung. Apa pertanyaan ku sulit?

"nggak, nanti kita jemput ya" ucap ibu ku, aku hanya menjawab dengan anggukan dan aku segera pergi dari sana setelah aku mengatakan aku harus kembali ke kelas ku.

Saat aku ingin kembali ke kelas aku melawati lapangan, banyak anak-anak yang bermain ayunan, prosotan dan permainan lainnya, aku memutuskan mengabaikan mereka dan kembali memasuki kelas ku, lagi pula diluar sangat panas.

Aku duduk di kursi ku, tidak ada anak lain selain aku di sini, semua ada di luar untuk bermain, tapi di luar panas menyengat, aku benci itu, bisa membakar kulit ku. aku membuka buku tulis ku di kertas yang paling belakang.

Saat ini, aku kembali ke masa lalu, masa di mana aku masih sangat polos dan tidak menyadari bahwa dunia ini sangat kejam. Aku selalu berfikir lebih baik aku tidak di lahirkan, jika tau aku hanya akan jadi beban, dulu saat aku masih menjadi sel sperma aku hanya akan diam sambil ngopi, melihat yang lain berusaha.

Yah itu pemikiran konyol ku dulu karena tidak sengaja melihatnya di jejaring sosial, sekarang aku di berikan kesempatan ke dua, jika aku tidak memanfaatkannya, kurasa tuhan akan benar-benar mngutuk ku dan malaikat itu akan mengumpati ku dengan kata-kata kasar.

Haha... membayangkan malaikat itu dengan wajah kesal saja membuat ku ingin tertawa, jika ia tau apa yang ku fikirkan saat ini, mungkin ia akan muntah darah. 'haahhh.... ntah kenapa aku merindukannya'

Sudah lah, sekarang aku harus fokus dengan kehidupan ku di masa ini, aku harus memperhatikan banyak hal dan yang terpenting adalah, aku harus membangun pundi-pundi uang.

Bagaimana caranya mendapatkan uang tanpa ketahuan? Tidak akan ada yang percaya dengan anak kecil seperti ku, dan lagi aku tidak bisa membuka akun bank, aku juga tidak bisa menggunakan milik orang tua ku, jika mereka tau, mereka bisa memarahi ku dan menyuruku hanya fokus dengan sekolah ku.

Aku tidak mengerti, kenapa mereka malah marah jika anaknya berusaha mencari uang dan bukannya malah bangga? Saat aku lihat di internet banyak sekali anak kecil yang sudah berpenghasilan, sudah memiliki usaha kecil dan orang tua mereka bangga pada mereka.

Aku mengusap dahi ku yang berdenyut.

'bikin sakit kepala aja'

Apa aku menjadi penulis saja?

Sebenarnya menjadi penulis adalah cita-cita ku, dulu aku bisa menulis ceritaku di laptop butut ku itu, sekarang, jangan kan laptop, ponsel pun aku tidak memilikinya. Sebenarnya aku tau ada warnet di sekitar sini, tapi aku tidak yakin dengan itu.

'aku tetap butuh uang untuk ke warnet'

bahkan di kehidupan ku sebelumnya, pertama kali aku pergi ke warnet saat kelas 4 SD, sekarang aku belum bisa untuk pergi ke warnet. Sedangkan jika aku menulisnya, bisa saja ibu ku menemukannya dan membacanya.

Jadi ingat dengan cerita sepupu ku, ia membuat cerita 18+ di buku tulisnya dan ibu nya tidak sengaja menemukannya, untung saat itu ibunya hanya membacanya sekilas pada awal cerita dan kembali meletakan buku itu jadi cerita laknat itu tetap aman. Sepupu ku langsung menghapus cerita itu keesokan harinya.

Tidak bisa di bayangkan bagaimana perasaan sepupu ku itu saat melihat ibu nya hampir membaca ceritanya, aku yakin ia hampir kejang-kejang.

Aku tertawa dalam hati.

"Yuki, kamu ngapain di sini sendiri?" tanya ibu ku yang tibatiba masuk dan bicara di belakang ku.

Aku kaget dan reflek menoleh dengan cepat ke arah ibu ku di belakang. Astaga, jika aku punya menyakit jantung, ku rasa aku akan benar-benar mendapat serangan jantung.

"mama ngagetin aja, ngapain si?" tanya ku agak sedikit kesal, aku benar-benar lupa jika aku anak umur 6 tahun saking kesalnya, jantung ku masih berdetak kencang.

Ibu ku menatap ku dengan tatapan bingun "kamu yang di panggil dari tadi nggak nyaut, kamu ngapain di sini sendiri? Temen-temen mu kan pada main di luar" ucap ibu ku juga terlihat agak sedikit kesal.

"panas" aku kembali mencoba akting ku untuk menjadi anak polos dan tentu saja memandang ibu ku dengan mata ku yang bulat menggemaskan ini.

"keluar sana main, biar banyak temannya" tegur ibu ku

"nggak, panas banget" jika aku berkulit sama putihnya dengan Jay, akan dengan senang hati aku bermain di luar, tapi ini bahkan belum tengah hari dan matahari sudah sangat terik.

"gimana si, kamu nanti nggak punya temen lho!"

"lebih baik daripada gosong kena matahari" jawab ku tidak peduli, terbakar matahari hanya dengan berdiri di bawahnya satu jam, untuk membuatnya putih lagi butuh waktu bertahun-tahun, hell, aku tidak punya gen kulit yang sangat putih seperti Jay, jadi lupakan.

Saat ini saja kulit ku tidak seputih itu, aku ingat di umur ku segini aku sangat suka berenang, sekarang itu jadi hal yang paling tidak ku sukai.

"gimana si kamu!"

Haahh.... ibu ku mulai mengomel, terimakasi atas kekhawatiran mu aku tidak memiliki teman ma, tapi bahkan pembicaraan ku dengan mereka saat ini sangat jauh dan lagi aku memang tidak suka tempat panas.

"ya udah terserah kamu lah!" setelah memarahi ku untuk terakhir kalinya saat ini, ibu ku pergi beranjak dari kelas ini. Aku berbalik kembali dan mengambil air mineral yang memang ku letakan di atas meja di depan ku, aku meminumnya.

Aku kembali merenung tentang kesempatan kedua ku ini.

Sampai mana tadi?

Ahh, sampai bagaimana aku harus menulis cerita ku.

Aku benar-benar kehabisan ide, jika benar-benar tidak bisa kurasa aku harus menunggu hingga aku SD dan baru mencari cara baru.

Tapi apa yang bisa di lakukan anak SD kelas 1?

Sudah lah, jika ada ide lagi aku akan memikirkannya lagi nanti, karena saat ini benar-benar buntu, aku akan membuat kerangka cerita saja dulu dan mengasah banyak kemampuan ku di beberapa bidang.

'walaupun aku tidak yakin dengan... ahhh stop, jangan pesimis dulu'

Dulu aku selalu berfikir, aku tidak bisa melakukan ini, tidak bisa melakukan itu, bahkan sebelum aku bisa mencobanya, jadi untuk saat ini, aku ingin mencoba dulu, setidaknya aku sudah mencoba.

Aku mendengar bel masuk berbunyi dan kelas kembali berjalan.

Aku pulang bersama ibu ku dan kami menuju sekolah kakak ku. aku fikir ibu ku akan pergi ke sekolah kakak ku, menunggunya pulang dan baru menjemput ku.

Aku ingat saat aku benar-benar seumuran ini ibu ku telat menjemput ku dan aku berfikir mungkin mama tidak bisa menjemput ku dan aku harus pulang sendiri, jadi saat itu, aku langsung pulang sendiri tanpa menunggu ibu kuk, lagi pula jarak TK dengan rumah ku tidak jauh, tapi ternyata ibu ku hanya telat menjempu ku dan saat sampai rumah ia memarahi ku.

Kami sudah sampai di sekolah kakak ku dan tenyata kakak ku juga sudah pulang, jadi kami memutuskan pulang bersama.

Sesapainya di rumah aku segera mengganti baju ku dan pergi ke meja ku, mencari buku kosong dan mencoba menuliskan ide-ide ku.

Sejujurnya aku penahsaran, saat ini karena aku kembali ketubuh ku di masa ini pengelihatan ku kembali di mana masih normal, bagaimana dengan kinerja otak ku ya? Aku berharap kinerja otak ku juga akan kembali, haha, bagaimanapun juga kinerja otak ku di masa ini masih sangat bagus.

Kita lihat itu nanti, sekarang aku harus fokus menghimpun pundi-pundi uang.

Kalian bertanya kenapa aku sangat terobsesi membangun pundi-pundi uang?

Jaman sekarang apalagi masa yang akan datang uang sangat di butuhkan, realistis saja, mau cantik harus pakai uang, mau pintar butuh uang, bahkan untuk membantu orang lain saja terkadang butuh uang, untuk menyumbang contohnya?

Aku ingat di sebuah pembicaraan di internet aku pernah mendengar kata-kata, jadilah kaya maka kamu akan bisa membantu orang lain dengan lebih banyak, kurasa kata itu bukan kata yang buruk.

Sekarang kalian tau kan kenapa aku sangat ingin membangun pundi uang?

Setidaknya untuk saat ini aku ingin membangun pundi uang agar orang tua ku tidak terbebani lebih lagi di masa depan, aku tau orang tua ku sudah menyimpan uang untuk biaya pedidikan aku dan juga kakak ku, tapi bukan lebih baik kalau aku bisa membayar uang pendidikan ku sendiri? Dengan begitu orang tua ku bisa menabung lebih banyak lagi untuk biaya masa tua mereka kelak.

Ayah ku sudah cukup tua, ia seharusnya sudah pensin namun tetap harus bekerja, untung saja ia masih kuat.

Lagi pula kakak ku sangat tidak bisa di andalkan, tidak sesuai dengan ekspektasi orang tua kami, setelah lulus dari kuliahnya, kakak ku memang bekerja, tapi ia bahkan tidak bisa membantu keuangan keluarga apalagi membantu orang tua ku untuk membeli rumah.

Impian orang tua ku ingin bisa membeli rumah sendiri dan banyak bergantung dengan kakak ku, tapi ternyata, harapan besar ibu ku terhadap kakak ku hilang begitu saja, kakak ku untuk biaya pernikahannya saja tidak mampu.

Bukan berarti gaji di kantornya dulu sangat buruk, malah sebenarnya cukup baik. Dulu kakak ku bekerja di bagian pertambangan, gaji sangat besar memang, tapi ia tidak sanggup menjalani kehidupan di tambang yang berat jadi ia di pindah hanya bekerja di kantor.

Uang dari tambang di belikan sepeda motor, laptop, tv dan itu sudah habis, di kantor bahkan gajinya turun drastis dan ia bahkan tidak bisa menyimpan uang gajinya sendiri, bahkan sekarang ia lagi-lagi di pindahkan ke kantor cabang dan mendapat gaji yang lebih sedikit lagi.

Ia juga harus mengumpulkan biaya untuk pernikahannya dan itu bahkan sangat kurang untuk biaya pernikahan sederhana, belum lagi saat setelah menikah mereka harus menabung untuk biaya kehidupan mereka dan anak-anak mereka, kurasa kakak ku tidak berfikir sampai ke sana.

Ibu ku sudah menyerah dengan kakak ku jadi ia tidak berkomentar apapun, ia bahkan tidak mau mendengarkan omongan ibu ku, jadi itulah sebabnya, setidaknya walaupun kakak ku tidak bisa membantu kelak, aku yang akan membantu masalah finansial keluarga kami di masa depan.

Aku sudah memikirkan banyak hal, tapi aku tidak yakin apa aku mampu menemukan media yang bisa ku gunakan.

'haahhh.... jika sedang buntu gini biasanya aku akan mendengarkan lagu dari grup Jay....' aku menyandarkan punggung ku 'jadi kangen Jay'

Aku mati karena menyelamatkannya. Sebenarnya kematian bukan sesuatu yang aku prediksi saat aku berlari ke arahnya, aku hanya tidak menduga wanita laknat itu langsung mau menusuk.

'sudah gila...' aku memijit pelipis ku.

Jika ia saat itu menusuk ku secaraa tidak sengaja, itu artinya targetnya yang sebenarnya adalah Jay. Sudah gila manusia itu, memang Jay punya salah apa sampai ia ingin membunuhnya? Jika memang kau menyukainya, hanya, biarkan dia bahagia.

'bikin sakit kepala saja....'

Tapi... kenapa aku harus menolongnya ya? Aku tau aku sangat menyukainya sampai pada tahap aku merasa sakit saat melihatnya walau tidak secara langsung, tapi kenapa aku malah memberikan nyawa ku secara Cuma-Cuma padahal sudah jelas dia akan melupakan ku cepat atau lambat, bahkan di kehidupan ku saat ini, ia tidak mengingat ku sama sekali.

'aku pasti sudah gila'

Aku mencium bau masakan dan saat ku lihat jam, aku melihat ternyata ini sudah cukup sore, ku rasa ibu ku mulai memasak.

Aku melihat beberapa catatan di buku ku, aku sudah menulis beberapa ide, dan beberapa plan yang ingin ku lakukan, aku tak tau apa ini akan bekerja, biasanya jika aku membuat sebuah plan, maka itu tidak akan benar-benar berfungsi

'setidaknya aku sudah mencoba apa yang bisa aku coba'