Aku yang berubah jadi kecil! Ini tubuh ku saat aku masih kecil.
Aku menolehkan kepala ku dan melihat disana ada cermin dan melihat tampilan ku saat ini, aku mendekati cermin dan menatap anak kecil itu. Ini benar-benar aku.
"hey!" aku terkejut dan reflek menoleh, melihat ibu ku berdiri di depan pintu kamar "ngapain kamu malah ngaca? Ayo mandi!" ibu ku memarahi ku, aku berkedip sejenak dan mengikuti ibu ku untuk mandi.
Aku melihat ibu ku ikut membuka bajunya membuat ku terdiam sesaat dan ingat jika di masa ini aku masih mandi dengan ibu ku untuk menghemat waktu.
"mama ngapain?" tanya ku dengan nada aneh.
"mandi lah, cepetan kamu juga, nanti telat masuk kelas" ibu ku membantu ku membuka pakaian ku dan aku menghentikannya sebelum ibu ku benar-benar membuka baju ku.
"mama duluan aja deh, aku mandi abis mama"
"kenapa? Biar cepet, lagian emang kamu bisa mandi sendiri?"
"bisa, udah mama dulu aja" aku lari dari sana menghindari paksaan. Bagaimanapun juga, walaupun tubuh ku anak-anak, jiwa ku tetap wanita dewasa berumur 23 tahun!
"heh! Nanti kalo telat jangan salahin mama ya!" aku mendengar ibu ku berteriak di belakang ku.
"iya!" karena aku sudah jauh jadi aku juga meninggikan suara ku.
Setelah lepas dari cengkraman ibu ku, aku tidak melihat ayah ku, tapi ku lihat lampu kamar mandi yang satunya menyala, artinya ia sedang di kamar mandi. Kebiasaan yang sudah ada dari dulu. aku juga melihat kakak ku sedang menyantap makanannya.
Jujur saja aku tidak terlalu ingat dengan rutinitas pagi kami saat ini.
"ko nggak mandi?" tanya kakak laki-laki ku sembari menyantap mie nya.
"mama lagi mandi" aku mendudukan diri ku di sebelahnya sembari menunggu ibu ku selesai mandi aku bicara dengan kakak ku ini "kamu sarapan? Nggak mules kah?" tanya ku memulai pembicaraan dengan kakak ku yang masih sangat bulat, seingat ku di masa depan ia memiliki tubuh yang cukup kecil sedikit kurus terutama saat SMK dan di perkuliahan, lucu juga melihat ia masih bertubuh agak gempal ini, belum lagi bedak bayi berwarna putih yang benar-benar membuat kakak ku ini terlihat seperti kue mochi berjalan.
"kadang mules, kadang nggak" ucapnya singkat. Astaga, suaranya pun juga masih tinggi, aku berusaha menahan tawa ku dengan tersenyum dan kami membicarakan beberapa hal kecil, rasanya seperti bicara dengan bocah pada umumnya, aku harus mengimbanginya, walaupun aku tidak yakin bagaimana saat aku sampai di TK ku itu.
Ya, barusan aku melihat kalender dan melihat ini masih tahun di mana aku bahkan belum sekolah dasar.
Beberapa saat kemudian aku melihat ibu ku keluar dari dapur, dimana di sana memang ada kamar mandi yang biasa di gunakan untuk mandi.
"dah sana mandi" ucap ibu ku.
Aku beranjak dari duduk ku dan berjalan menuju kamar mandi dan aku merasa ada yang mengikuti ku, aku berbalik dan menatap jengah ibu ku "mama ngapain si?"
"ya mandiin kamu lah, siapa suru kamu di ajak mandi tadi nggak mau?" jawabnya kesal.
"aku bisa mandi sendiri, mending mama dandan aja sana, aku bisa urus sendiri" aku kembali berjalan dan memasuki kamar mandi dan menutup rapat pintu kamar mandi yang masih bobrok ini, bagimana tidak? Bagian bawah pintunya bolong, karena pintu ini terbuat dari kayu, jadi bagian bawahnya sudah lapuk.
Bikin sakit kepala aja, apa gunanya ada pintu?
Terserah lah, aku membuka baju ku dan melihat ke bawah "astaga perut apa ini?" aku menyentuhnya, dulu perut ku buncit ya? Aku juga belum memiliki dada, ya walaupun rasanya sama saja karena aku juga bukan wanita yang memiliki dada yang besar.
Aku menghela nafas "sudah lah"
Aku membersihkan tubuh ku, aku harus cepat karena jika telat, ibu ku akan marah, besok lagi jika ingin membangunkan ku bisakah lebih pagi?
Setelah membersihkan diri, aku keluar kamar mandi dengan handuk yang membalut tubuh ku, pagi-pagi gini masih dingin dan dengan hebatnya, aku mandi air dingin.
Aku kembali ke kamar orang tua ku dan aku melihat ibu ku di sana sudah menyiapkan baju ku.
"....." aku diam dan hanya bisa menatap ibu ku.
"ngapain kamu malah diem di situ? Sini cepet pake baju, nanti kamu masuk angin"
"mama nggak masakin aku sarapan gitu?" tanya ku mengalihkan pembicaraan.
Gantian ibu ku yang terdiam "kamu mau makan?"
"iya lah" ucap ku secara tidak langsung sebenarnya aku ingin mengusir ibu ku, lagi pula bagaimanapun juga aku memiliki kebiasaan untuk makan sebelum berangkat sekolah atau kuliah.
"kamu emang bisa pake baju sendiri? Mama pakein baju dulu sini, baru nanti mama masakin" ucapnya.
"aku bisa pake sendiri, mama mending masak aja ma, menghemat waktu"
Mendengar ucapan ku wajah ibu ku berubah "siapa yang suru tadi nggak mau mandi barengan aja?"
"besok lagi kayanya mama harus bangunin aku lebih cepet, udah sana aku ganti baju sendiri" kali ini kata-kata ku bukan lagi secara tidak langsung, tapi memang mengusir ibu ku.
"kamu yakin?"
Aku menatap ibu ku datar "ya"
"ya udah" ibu ku pergi dari sana dan aku mulai mengeringkan tubuh ku yang masih sedikit basah dengan handuk yang sedari tadi membungkus tubuh mungil ku dan mulai menggunakan pakaian ku sendiri.
Aku menatap cermin setelah selesai menggunakan pakaian ku dan merasa sangat aneh. Kemeja putih lengan pendek dengan rok pendek kotak-kotak berwarna hijau, aku ingat baju yang selalu di gunakan oleh karakter chibi maruko itu, bentuknya persis sama dengan milik ku saat ini. Tapi aku ingat ini adalah seragam favorit ku saat aku TK.
Aku menyisir rambut ku yang pendek ini dan menghela nafas, aku tidak suka rambut pendek, membuat ku tampak seperti anak-anak, itu yang selalu ku fikirkan jika aku memotong rambut ku hingga menjadi sangat pendek, karena itu saat aku memasuki masa SMA, aku bahkan tidak pernah memotong rambut ku jika bukan karena acara kondangan dan aku harus berdandan, jadi dulu rambut ku sangat panjang.
Aku menguncir setengah rambut ku, setidaknya aku tidak tampak terlalu seperti anak-anak. Aku mengambil bedak yang aku tau itu adalah bedak bayi –astaga- dan menuangkan sedikit ke tangan ku dan aku mengusapnya ke wajah ku dan merapikannya. Aku ingat ibu ku jika memberi ku bedak seperti membuat kue mochi, aku jadi teringat wajah kakak ku dan aku harus menahan tawa ku.
Aku melihat sekeliling meja rias ibu ku lagi dan tidak menemukan lipbalm yang biasa ku gunakan dan teringat 'ahh... aku belum memilikinya' aku ingat membeli lipbalm itu di korea saat aku melakukan perjalanan ke sana.
Aku menyerah dan keluar dari kamar, aku melihat ibu ku sdaang meletakan piring di atas meja yang ku duga itu untuk ku.
"lho? Udah selesai?" tanya ibu ku heran, bahkan aku sudah berdandan dengan rapi, bahkan aku mengikat sendiri rambut ku, ku rasa aku berlebihan, mana ada anak umur 6 tahun bisa mengikat rambutnya sendiri dengan rapi.
Aku hanya diam dan duduk di depan ibu ku, menunggu ibu ku menyuapi ku. tidak masalah, bahkan saat semester pertama aku kuliah aku juga masih di suapi, jadi ini bukan sesuatu yang memalukan bagi ku.
Ibu ku duduk di sebelah ku dan mulai menyuapi ku, etelah selesai dengan kegiatan pagi yang aku tidak terlalu ingat ini aku berangkat ke TK ku dan memasuki kelas di antar ibu ku, aku pernah dengar setelah aku agak sedikit besar, dulu saat aku TK ibu ku akan memilih untuk menunggu kakak ku di SD nya daripada menjaga ku di TK.
Aku tidak terlalu perduli si, ibu ku selalu bilang jika ia memang lebih mengutamakan kakak ku karena ia laki-laki dan tanggung jawab laki-laki jauh lebih besar. Aku setuju dengan itu, tapi bukan berarti malah di manjakan, kurasa karena itulah sifat kakak ku jadi jauh kekanakan, bahkan Jay yang lebih muda setahun dengan kakak ku terlihat jauh lebih dewasa.
Aku duduk di bangku ku, aku duduk di kursi paling depan, ada beberapa baris ke samping dan tidak memiliki jarak, walaupun di tengah kelas ada jarak yang cukup jauh. Aku melihat sekeliling. Ada banyak anak-anak di sekitar ku, jujur saja aku kurang bisa akrab dengan anak-anak saat aku sudah dewasa, aku mulai merasa agak canggung.
"mama tinggal ya?" tanya ibu ku yang ternyata masih ada di sebelah ku.
"ya" jawab ku singkat.
"bener?" tanyanya lagi, aku menatap ibu ku "biasanya kamu nggak mau di tinggal"
"....." aku lupa dengan hal mendetail semacam ini, jadi aku memutuskan untuk tidak menjawab lagi.
"mama tinggal kalo gitu"
"ya"
Tidak lama setelah kepergian ibu ku, bangku-bangku di sebelah ku mulai penuh, aku hanya diam dan memperhatikan sekitar ku, aku lihat mereka datang dengan ibu mereka masing-masing bahkan menunggu hingga guru datang, aku mengangkat kedua alis ku dan memutuskan untuk tidak peduli, hell, lagipula aku sudah dewasa.
Aku memutuskan untuk meletakan kepala ku ke atas meja dengan bantakan lengan ku, jujur saja aku sudah lupa dengan nama mereka, sudah puluhan tahun aku tidak melihat mereka, aku hanya ingat mereka yang akan menjadi teman sekelas ku saat SD, sisanya bahkan aku tidak ingat pernah bicara dengan mereka atau tidak.
Aku tetap pada posisi ku sampai guru masuk, aku ingat nama guru ku ini, namanya Bu Nia, karena aku ingat ia masih berhubungan dengan ibu ku hingga kematian ku, bahkan aku melihatnya saat pemakaman ku, ia masi terlihat sedikit muda.
"baik lah anak-anak, seperti biasa kumpulkan buku membaca kalian ya..." aku melihat anak lain mengeluarkan buku dari tas mereka dan satu persatu guru itu berkeliling untuk mengambil buku-buku itu, tentu aku juga memberikannya.
"sekarang kalian keluarkan buku elok kalian dan di kerjakan ya, halaman 6" aku ingat di kelas ini ada asisten untuk membantu bu Nia, benar saja, ada wanita yang tampak lebih muda berkeliling dan membantu anak-anak lain untuk membuka halaman yang di maksud, sayangnya aku bahkan sudah membuka halaman yang di maksud sebelum ada yang membantu ku.
Aku langsung mengerjakan apa yang di minta oleh bu Nia dan tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya sebenarnya dalam waktu 30 menit atau kurang aku bisa menyelesaikan satu buku ini, tapi itu akan sangat mencolok, jadi lupakan saja.
Setelah selesai aku jadi sedikit bosan "ihhh kamu ko nggak ngerjain?"
Aku menatap anak prempuan di sebelah ku ini, siapa ya namanya? Gita?
"aku udah selesai ko?" ucap ku, aku bicara dengan nada anak-anak seumuran ku saat ini. Ya ampun, aku benar-benar seperti tante-tante yang sedang bicara dengan anak-anak, walaupun begitulah kenyataannya.
"ihhh boong!! Ko cepet banget?" siapa nama anak yang menyahut ini? Rika? Aku ingat mereka sekelas dengan ku saat SD.
"bener ko, udah selesai, tuh" aku menunjukan buku ku yang sudah ku kerjakan.
"boong, pasti udah ngerjain di rumah! Buuuu!!! Yuki udah ngerjain di rumah bu!!!"
Astaga mereka ini masih kecil tapi jiwa iri dan dengkinya benar-benar patut di acungi jempol, lagipula ini bukan hal yang penting kan? Yang penting aku sudah selesai dengan tugas yang di berikan, daripada mengurusi urusan orang lain, bukankah mereka hanya perlu mengurusi urusan mereka?
Haahhhh.... sudah lah, percuma bicara dengan anak kecil seperti ini, nanti mereka malah menangis. Aku sedikit memijat pelipis ku dan menghela nafas.
Seorang wanita muda menghampiri kami "ya? Kenapa Rika?"
"Yuki curang bu!! Dia udah ngerjain dari rumah!!" tunjuknya kearah ku.
Wanita itu berbalik menatap ku sembari tersenyum, jujur saja kau tidak peduli kan aku mau mengerjakannya di manapun?
"mana coba ibu lihat?" aku hanya menyerahkan buku ku pada wanita yang bahkan aku lupa namanya ini dan ia melihat pekerjaan ku, membalik beberapa halaman dan memberikannya kembali pada ku "besok lagi jangan kejakan di rumah ya, kerjakan di sekolah saja"
What the-
Aku berusaha mengontrol wajah ku agar tetap polos "tapi tulisannya rapi ya, bagus" ia hampir mengusap rambut ku sebelum aku reflek menghindar.
Aku melihat senyum guru itu agak sedikit kaku. Ups... maaf, itu reflek, aku memang tidak suka ada yang menyentuh rambut ku, jadi aku hanya menatapnya polos dan ia juga menarik kembali tangannya yang tadi ingin menyentuh rambut ku.
"nggak masalah dimanapun aku ngerjainnya, yang penting aku selesai" ucap ku polos.
"ihh!! Itu namanya curang!!"
"iya! Itu curang!"
Ada beberapa lainnya yang ikut bilang kalau aku curang, guru itu ingin melerai kami tapi ku sudah mendahuluinya "siapa suru kalian nggak ngerjain dari rumah kaya aku, kalian nggak pernah coba belajar nulis?" ucap ku masih dengan nada kekanak-kanakan ku yang ntah terlalu terlihat atau tidak.
Mereka terdiam "haha,ketauan kalian nggak pernah belajar! Yeee" ejek ku.
"aku belajar ko!!"
"iya, aku juga!!"
"mana buktinya?" astaga, aku merasa lucu sekali menggoda anak-anak ini, mereka masih sangat polos bahkan saat ini mereka tidak bisa menjawab pertanyaan ku dan mata mereka tampak kebingungan.
Aku hanya bisa tertawa dalam hati. Jika aku meneruskannya, aku yakin mereka akan menangis.
"Yuki" aku mendengar nama ku di panggil, tanpa peduli dengan bocah-bocah ini, aku segera beranjak dan pergi kedepan.
Sesampainya aku di depan aku melihat buku yang sepertinya milik ku dan guru itu membuka nya dan berhenti di suatu halaman "kemarin Yuki sudah sampai mana?" bu Nia bertanya pada ku.
"sini" aku hanya menunjuk sebuah tanda yang kurasa itu adalah tanda terakhir aku membaca.
"bagus" ucapnya dengan nada senang "sekarang baca ini ya" ia memegang pensil dan menunjuk kata dengan tulisan yang cukup besar.
Aku ingat belajar membaca adalah hal yang membuat ku sangat stress, sekarang aku stress bukan karena aku tidak bisa membaca tulisan disana, tapi stress karena malu aku harus membaca hal semacam ini.
Aku terdiam sejenak dan hanya menatap tulisan itu, aku ingin menghela nafas, tapi menghela nafas hanya biasa di lakukan saat dewasa, di umur segini menghela nafas lelah itu terlalu ekspresif.
Aku hanya membaca dan menyelesaikannya dengan cepat, agar malu ku cepat selesai.
"Yuki pinter ya, membacanya lancar" ucap guru itu sembari menyerahka kembali buku belajar membaca itu dan aku hanya mengangguk dan menghindar saat lagi-lagi guru ini berniat meletakan tangannya untuk mengusap ku.
Aku juga hanya menatapnya polos sembari tersenyum juga dengan kepolosan dan kembali ke bangku ku.
'aku ingin cepat SD' ratap ku dalam hati.
Setelah akku kembali ke tempat duduk ku, aku hanya diam dan memperhatikan sekitar ku dengan tenang, aku melihat jam di depan kelas dan melihat bahwa jam istirahat masih cukup lama jadi aku memutuskan menidurkan kepala ku ke atas meja lagi.
Bosan.
"nanti main di ayunan yuk" teman sebelah ku bicara, namun bukan dengan ku, tapi dengan sebelahnya lagi.
"iya yuk"
Dan aku mendengar mereka berbicara dengan bahasan anak-anak yang membosankan di telinga ku.
Aku memutuskan untuk diam sampai jam istirahat di mulai, sebelum istirahat tugas di kumpulkan dan anak-anak berhamburan keluar kelas, aku menunggu sebentar sembari membereskan meja ku, memasukan pensil dan penghapus yang tadi kugunakan.
Aku keluar kelas dengan santai dan tidak peduli, di kejauhan aku bisa melihat ibu ku, aku bingung, ibu ku tidak ke sekolah kakak ku?
Aku memutuskan tidak peduli dan berjalan mendekati ibu ku "mau jajan?" ibu ku menawari ku jajanan.
"ya" aku haus.
"mau apa? Nggak boleh permen ya" aku juga tidak ingin makanan manis saat ini, aku hanya ingin minuman dingin jadi aku melihat apa yang ada di kulkas di sana. Tidak banyak yang ada di sana, aku ingin kopi tapi mana ada kopi di kulkas kantin TK?
Tanpa pikir panjang aku mengambil air mineral gelasan.
"ini aja?" tanya ibu ku dan aku hanya mengangguk mengiya kan. Aku melihat ibu ku membayarnya dan aku berfikir, dengan uang segitu masih bisa untuk beli air mineral gelasan? Wow, di masal depan bahkan uang itu hanya menumpuk seperti tidak berharga.
Ibu ku memberikan sedotan pada ku dan aku langsung menusukan sedotan itu ke gelas dan meminum air segar itu "mama nggak pergi ke sekolah kakak?" tanya ku bermaksud berbasa basi.
Ibu ku tampak terdiam sejenak menatap ku dengan tatapan yang sulit di artikan namun juga tampak bingung. Apa pertanyaan ku sulit?