Chereads / Kelembutan yang Asing / Chapter 126 - ##Bab 126 Tidak Dapat Dipercaya

Chapter 126 - ##Bab 126 Tidak Dapat Dipercaya

Ponselku berdering, itu adalah nomor Candra. Aku tahu Denis sedang mencariku, jadi aku menjawab panggilan itu. Kemudian, terdengar suara lembut, "Bu, Ayah telah memasak banyak makanan lezat, kami menunggu Ibu untuk makan bersama."

"Denis, Ibu ada urusan sekarang. Ibu tidak bisa pergi ke sana. Bolehkah kamu makan dengan Ayah?" bujukku pelan.

Denis sedikit kecewa, tapi dia masih menyetujuinya.

Ketika aku menutup telepon, aku secara tidak sengaja melihat ke atas dan melihat tidak jauh ada seseorang yang bertubuh tinggi berjalan dengan perlahan.

Dia mengenakan setelan sangat indah yang tidak bisa aku sebutkan mereknya. Garis wajah yang sangat tegas itu terlihat sangat tampan hingga membuat orang tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

"Kencan buta lagi?"

Tuan Muda Kelima berjalan kemari. Dia mengangkat kelopak matanya dengan dingin dan melirik prajurit yang berada di sisi berlawanan.

Aku sedikit canggung, tapi masih tersenyum untuk menyapanya.

Tuan Muda Kelima mengangkat kakinya yang panjang. Dia bahkan duduk di meja kopi dengan memunggungi prajurit itu dan menghadap ke arahku, "Clara, demi Candra bukankah kamu hampir berbaring di bawah tubuhku? Kenapa aku tidak melihatmu selama beberapa hari, kamu sudah jatuh cinta dengan orang lain? Candra dan Stella kembali bersama, tidak menginginkanmu lagi?"

Tuan Muda Kelima mencibir hingga wajahku memerah dan pipiku seakan terbakar. Aku yang duduk di sana langsung merasa sangat malu.

Aku tidak tahu di mana harus menyembunyikan wajahku.

Prajurit itu berdiri dengan marah, wajahnya memerah, "Tuan, aku tidak tahu bagaimana Clara menyinggungmu, tolong jangan mempermalukannya seperti ini."

Tuan Muda Kelima mengucapkan kata aduh, lalu berdiri dan berbalik menghadap prajurit itu, "Ternyata masih ada seorang pahlawan penyelamat di sini. Apakah kamu tahu siapa dia? Dia mantan Candra dan mereka masih berhubungan. Dia juga wanita yang menjadi berita utama bersamaku. Bocah, kalau kamu ingin menjadi pria ketiganya, kejar saja dia."

Prajurit itu tercengang dan terpana oleh apa yang dikatakan Tuan Muda Kelima, lalu menatapku dengan tidak percaya. Namun, Tuan Muda Kelima sudah berjalan pergi dengan santai.

Aku merasa sangat bersalah dan membungkuk dengan tulus kepada prajurit itu, "Maaf, apa yang dia katakan benar. Semua salahku, aku seharusnya menolak kencan buta hari ini tapi aku tidak melakukannya, maaf."

Aku merasa sangat malu seakan terjatuh ke selokan dan buru-buru menghilang dari pandangan prajurit itu.

Tuan Muda Kelima sedang membuka pintu mobil. Ketika dia melihatku keluar dari kafe, dia menekan kunci mobil dan berjalan ke arahku.

"Clara!"

Aku tiba-tiba berbalik dan melihat wajah dingin Tuan Muda Kelima. Dia berjalan dengan tangan di sakunya, tubuhnya dipenuhi dengan aura dingin.

"Haruskah aku memanggilmu Clara? Atau memanggilmu wanita yang tidak setia?"

Sudut mulutku berkedut. Pada saat itu, aku hanya bisa menatapnya dan tidak bisa berkata apa-apa.

Tuan Muda Kelima datang ke hadapanku. Tubuhnya yang tinggi seperti awan gelap menyelimuti di atas kepalaku, matanya sinis, "Apakah kamu bisa berhubungan dengan pria mana pun? Clara, kamu benar-benar wanita paling murahan yang pernah aku temui. Tidak ada yang bisa menandingimu."

Senyum sarkastik Tuan Muda Kelima menembus jauh ke dalam mataku. Dia berbalik dan berjalan menuju mobil sport kecil yang diparkir tidak jauh. Mobil sport putih yang memesona itu dengan cepat menghilang dari pandanganku.

Aku merasakan sakit di hatiku seakan ditusuk oleh jarum.

Setelah itu, aku tidak pergi ke tempat Candra, tapi langsung kembali ke apartemen Jasmine. Keesokan harinya adalah hari Sabtu. Aku menelepon Candra untuk menjemput Denis. Dia berkata dia membawa Denis ke perusahaan. Aku langsung pergi ke PT. Sinar Muda.

PT. Sinar Muda akan mengadakan rapat dewan hari ini. Aku mengetahuinya setelah melihat begitu banyak mobil mewah di depan gedung.

Namun, aku juga melihat Stella. Dia berdiri di depan Candra dengan kepala tertunduk, dia jelas sedang menangis. Candra sedikit mengernyit, tapi ekspresinya masih acuh tak acuh. Tampaknya mudah bagi orang untuk berpikir bahwa wanita memiliki perasaaan padanya tapi pria tidak.

Stella berkata sambil menangis, "Candra, aku datang ke sini untuk memberitahumu tidak perlu memedulikan apa yang dikatakan pemegang saham. Meskipun aku pergi memohon kepada Tuan Muda Kelima untuk menghentikan akuisisi saham PT. Sinar Muda, semua ini aku lakukan untukmu. Aku tidak mengharapkan balasanmu, juga tidak mengharapkan kamu memaafkanku dan bersatu kembali denganku. Jangan terpengaruh oleh pemegang saham itu, apa yang aku lakukan benar-benar tidak penting...."

Stella bahkan berkata dialah yang memohon pada Tuan Muda Kelima hingga Tuan Muda Kelima berhenti membeli saham PT. Sinar Muda. Kenapa wanita ini bisa sangat tidak tahu malu?

Saat itu, dadaku terasa seperti tersumbat kapas hingga aku tidak bisa bernapas.

Aku menekan amarah di dadaku, memelototi Stella dan berkata dengan dingin, "Bisakah kamu menjadi lebih tak tahu malu?"

Tiba-tiba mendengar suaraku, punggung Stella jelas membeku sejenak. Candra juga mendongakkan kepalanya dan memanggilku Yuwita.

Stella menatapku tidak percaya, dengan air mata di matanya yang indah, "Kenapa aku tidak tahu malu? Masalah aku memohon pada Tuan Muda Kelima, Tuan Muda Kelima bisa membuktikannya sendiri. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya pada Tuan Muda Kelima."

"Tidak, aku bisa membuktikannya sekarang."

Suara dingin tiba-tiba memecahkan suasana keruh itu.

Aku menoleh dan melihat ke arah mobil sport putih. Tuan Muda Kelima keluar dari mobil. Tubuh dengan aura yang luar biasa itu berdiri tegak dan bibirnya yang tipis tersenyum dingin sambil melirik ke arah kami, "Nona Stella memohon padaku, aku baru berhenti membeli saham PT. Sinar Muda. Candra, kamu harus menghargai wanita seperti itu!"

Tuan Muda Kelima menatapku dengan dingin. Lalu, dia tersenyum, berbalik dan berjalan ke dalam gedung.

Aku tiba-tiba terkesiap.

Sejak kapan Tuan Muda Kelima mulai membantu Stella? Jelas-jelas aku yang memohon padanya. Bagaimana dia bisa mengatakan orang itu adalah Stella? Aku menatap punggung tinggi Tuan Muda Kelima menghilang ke dalam dengan tidak percaya. Untuk beberapa saat, aku tercengang hingga membisu.

"Pak Candra, maafkanlah istrimu. Istrimu telah melakukan banyak hal untukmu dan perusahaan. Tidak peduli berapa banyak kesalahan yang dia buat, dia juga sudah menebusnya."

"Betul."

Beberapa pemegang saham yang kebetulan turun dari mobil saling memberi nasehat.

Aku melihat ekspresi puas di mata Stella. Candra berkata dengan acuh tak acuh, "Aku tahu siapa yang membantuku, kalian tidak perlu mengatakan apa-apa, masuk dan bersiaplah untuk rapat."

Setelah Candra selesai berbicara, dia berjalan ke arahku.

"Denis baru saja dibawa pergi oleh ayahku. Sekarang Denis seharusnya berada di taman bermain. Kamu bisa pergi ke taman bermain untuk mencari mereka."

Setelah selesai berbicara, Candra berjalan masuk ke Gedung PT. Sinar Muda.

Candra menghilang di pintu putar gedung. Stella berjalan ke arahku sambil tersenyum, "Clara, semua orang percaya aku yag membantu Candra, kamu sudah tidak punya harapan lagi."

Bibir memerah Stella sedikit melengkung dan dia berjalan ke dalam gedung dengan bangga.

Aku menoleh ke belakang, tapi aku merasakan hawa dingin yang tak terlukiskan di sekujur tubuhku. Apakah Candra percaya ucapan Stella?

Aku tidak pernah berpikir untuk mendapatkan pujian Candra atau meminta apa pun dari Candra. Aku membantunya hanya untuk membalas kasih sayangnya kepada aku dan Denis.

Namun tak disangka, usahaku malah membantu Stella.

Dengan berat hati, aku naik taksi dan menuju ke taman bermain terbesar di kota. Denis suka bermain di sana.

Di taman bermain, aku masih terus memikirkan hal itu. Dari kejauhan, aku melihat Denis duduk di komidi putar dan Rinaldi berdiri di luar memegang ponselnya untuk memotret Denis.