Chereads / Direktur, Ayo Cerai / Chapter 71 - ##Bab 71 Bergandengan Tangan

Chapter 71 - ##Bab 71 Bergandengan Tangan

Kehangatan itu menerpa ujung jari hingga membakar hati Febi. Bulu mata tebal yang lentik itu sedikit bergemetar, seolah-olah karena gugup dan jari-jarinya menjadi kaku. Bagaimana Febi masih bisa merasakan sakit di punggung tangannya?

Apa yang terjadi pada Febi? Sebelumnya saat Nando menggenggam tangannya, dia tidak pernah segugup ini.

"Lukanya lumayan parah." Saat melihat punggung tangannya yang memerah, Julian mengernyitkan alisnya. Tangan Febi jika dibandingkan dengan telapak tangan Julian yang besar, jadi tampak ramping dan lembut. Begitu tangan Febi jatuh ke telapak tangan Julian, hanya perlu genggaman pelan, tangan Julian sudah menggenggam seluruh tangan Febi. Jari-jari Febi seputih kertas dan kukunya seperti batu giok, hingga bagian lepuh yang ada di punggung tangannya itu benar-benar merusak kecantikan tangannya.

"Kamu mengemudilah dengan baik," ucap Febi untuk mengingatkannya.

Julian mengalihkan pandangannya ke jalan, tapi tangannya masih menggenggam tangan Febi, "Bukankah saat berurusan denganku, kamu sangat kejam, kenapa saat berurusan dengan orang lain kamu menjadi pengecut?"

"Siapa yang kejam padamu?" Febi membantah tuduhan Julian, tanpa menyadari saat ini betapa ambigu keduanya berpegangan tangan, mereka bagaikan pasangan yang sedang jatuh cinta.

Julian sedikit menyipitkan matanya, dia memainkan ujung jari Febi dengan santai, "Febi, kamu adalah orang pertama yang berani menamparku."

Febi seakan mengingat kembali apa yang terjadi pada hari itu, dia tidak bisa menahan tawa, "Hari itu karena situasi khusus, aku sedikit kejam, tapi kamu yang memprovokasiku!"

Julian meliriknya dalam-dalam, "Kalau sebelumnya aku tahu konsekuensinya akan seperti itu, aku ...."

"Lupakan, jangan bicarakan hal itu lagi." Febi memotong kata-katanya dengan tegas. Sama seperti Julian, saat mengingat pertama kalinya itu, Febi bukannya tidak menyesalinya dan bukan tidak sakit hati. Namun, Febi masih berusaha tegar dan berpura-pura tersenyum dengan santai, "Aku sudah lupa tentang masa lalu, jangan mengungkitnya lagi!"

Tatapan Julian berhenti di wajah Febi untuk waktu lama. Tatapan matanya begitu dalam sehingga membuat jantung Febi berdetak kencang. Febi berpaling dan menyadari dia malah membelokkan mobilnya.

"Hei , kamu salah jalan!"

"Tidak salah." Julian memutar setir dengan satu tangan, gerakannya itu terkendali dan rapi.

"Tapi restorannya ada di sana." Febi menunjuk ke suatu arah.

Julian bukan hanya tidak pergi ke arah itu, dia malah menepikan mobilnya.

"Tunggu aku di mobil, aku akan segera kembali," pesan Julian. Tangan yang sebelumnya terus memegang tangan Febi sudah dilepaskan. Suhu jari-jarinya yang panjang telah menghilang, Febi terkejut sejenak. Saat ini, dia baru menyadari mereka ternyata ... terus berpegangan tangan sepanjang jalan.

Astaga!

Apa yang sedang terjadi?

Sebelum Febi bereaksi, Julian sudah keluar dari mobil. Tatapan Febi seolah dirasuki setan, dia terus-menerus melihat Julian. Tubuh ramping itu dengan tenang melewati arus lalu lintas yang tak berujung. Bahkan orang-orang berlalu lalang, Julian masih memiliki gaya dan keunggulan yang berbeda dari yang lain.

Julian ....

Bagaimana bisa pria seperti ini masuk ke dunia Febi tanpa alasan?

Sebuah truk besar melaju melewatinya dan bayangan itu tiba-tiba menghilang dari pandangan Febi. Di dalam hati Febi, ada rasa kehilangan yang tak bisa dijelaskan, sampai Julian kembali muncul, hatinya baru terasa membaik. Sudut bibirnya tanpa sadar menyunggingkan senyuman.

...

Julian duduk kembali di mobil. Mobil itu seakan dipenuhi dengan aroma maskulinnya. Sebelum Febi bertanya, Julian sudah berkata, "Berikan tanganmu."

Julian meletakkan kantong kecil di tangannya ke pangkuannya sambil memerintahkan Febi. Saat Febi melihat ke bawah, dia baru menyadari ada beberapa obat lepuh di dalam kantong plastik kecil.

Jadi, barusan ... dia sengaja datang ke sini untuk membeli obat pada Febi?