Suasana kelas 12-3 saat ini hanya ada satu orang murid yang membaringkan kepalanya diatas meja. Saat ini baru saja jam 06:30 dan Rafa tidur di kelas karena dia kesulitan tidur tadi malam, tetapi bangun cepat. Dia tidak bisa lanjut tidur di rumah, akhirnya bangun dan langsung berangkat karena tidak tahu mau berbuat apa sepagi ini di rumah.
Ajaibnya dia langsung merasa ngantuk saat tiba dikelas. Sehebat itulah kekuatan kelas bagi anak murid. Tadi malam Rafa terus memikirkan tentang mimpinya. Apakah dia harus bertemu dengan Ilona? Lalu selanjutnya? Apa yang harus dia lakukan setelah itu? Jawaban dari pertanyaan itu masih belum dia dapat hingga sekarang.
Pada jam 06:49 sudah lumayan banyak orang yang datang ke kelas, begitupun dengan Joni, temannya. Joni yang melihat temannya sudah datang saat jam segini dan malah tidur di kelas, menghampirinya.
"Oi!"
Rafa tidak memedulikan dan tetap tidur, dia mengubah posisi kepalanya menghadap ke kanan. Joni yang diabaikan temannya, merasa tidak terima. Dia duduk di kursi sebelah Rafa.
"Kemarin lo pergi kemana buru-buru begitu? Padahal lo sudah janji mau kenalan sama gebetan gue."
Rafa masih diam. Joni terus berbicara. "Pokoknya nanti jam istirahat lo harus mau ketemu."
"…"
Joni sudah mulai hilang kesabaran. "Oi. Lo dengar gue gak sih?!"
Rafa menghela napas. Dia mulai bangun dan duduk bersandar. "Lo kenapa ngebet banget sih pengen gue ketemuan sama gebetan lo? Lo gak takut dia suka sama gue?"
Joni mendecih. "Pede amat lo. Gini-gini gue gak kalah ganteng dari lo ya."
"Yah intinya gue lebih ganteng daripada lo."
Joni mendelik. Temannya ini kenapa menyebalkan sekali. "Gue pengen pamer aja kalau gue yang gantengnya kurang dari lo ini punya pacar cantik." Katanya dengan penekanan pada kalimat tertentu.
Rafa mendelik tajam. "Yakin amat lo dia bakal jadi pacar lo?"
Joni tersenyum bangga. "Emangnya siapa yang bisa nolak gue?"
Rafa menepuk dahinya. Temannya sudah tak tertolong lagi.
***
Saat ini Rafa dan Joni sedang berada di kantin. Mereka janjian ketemu jam istirahat kedua, karena saat jam istirahat pertama Serena –gebetan Joni- mengerjakan tugas yang lupa dia kerjakan dan akan dikumpulkan setelah jam istirahat pertama. Rafa dan Joni sedang makan bakso sambil menunggu Serena datang.
Beberapa menit kemudian, Joni melambaikan tangannya pada seseorang yang baru masuk ke kantin. Serena pun menghampiri mereka dan meminta maaf karena lama datang yang dibalas Joni dengan senyuman seolah berkata tidak apa-apa.
Serena melihat Rafa. Rafa yang mengerti kemudian memperkenalkan dirinya. "Gue Rafa."
"Serena."
Setelah itu, Serena permisi sebentar untuk membeli makanan yang di iyakan oleh Rafa dan Joni. Joni melihat kepergian Serena, kemudian menyenggol lengan Rafa menyebabkan sendok yang dipegangnya hampir jatuh.
Rafa berdecak sebal. "Apa sih."
"Cantikkan pacar gue?"
"Dia belum jadi pacar lo."
"Aminin aja sih."
"Hmm. Amin."
"Intinya tugas gue sekarang sudah selesai."
Rafa mengernyitkan dahi. "Tugas apa maksud lo?"
"Ada lah."
Belum juga Rafa bertanya lebih lanjut. Serena sudah datang dengan membawa mie ayam yang di belinya.
Rafa melihat es jeruknya yang dia bawa ada dua pun bertanya,"lo kehausan?"
Serena melihat Rafa yang memperhatikan minuman yang dibawanya pun mengerti. "Ah. Yang satu ini punya teman gue. Bentar lagi dia datang kok."
"Teman lo?"
"Iya. Namanya—"
"Serena. Sorry gue telat." Mereka bertiga menoleh ke pemilik suara tersebut.
Serena tersenyum melihat temannya sudah datang, dia menepuk kursi disebelahnya agar temannya duduk disitu dan memberikan es jeruk padanya. "Gak papa. Nih, gue sudah pesanin es jeruk buat lo. Tapi, gak masalah lo gak makan? Lo kan gak makan apa-apa tadi saat jam istirahat karena temani gue kerjain tugas."
"Gak papa. Gue lagi gak nafsu makan. Saat ini gue cuman lagi haus aja."
"Hai Ilona." Sapa Joni yang daritadi hanya medengarkan percakapan mereka.
Ilona melihat dua laki-laki yang berada di hadapannya. Dia tersenyum. "Hai."
Ilona kemudian melihat Rafa yang terdiam kaget melihatnya. Joni yang melihat hal tersebutpun kemudian menyenggol lengan Rafa hingga akhirnya Rafa kembali sadar. Melihat Rafa yang masih saja tidak memperkenalkan dirinya dan terus terdiam pun membuat Joni tersenyum kikuk pada Ilona.
"Ini teman gue, namanya Rafa." Joni memperkenalkan Rafa pada Ilona. Sedangkan, Rafa hanya melihat Ilona tanpa bicara apapun.
Ilona menatap balik Rafa dan tersenyum. "Gue tahu."
Rafa mengernyitkan dahi heran dan akhirnya bicara. "Lo tahu?"
Ilona mengangguk menjawab pertanyaannya.
"Kenapa bisa?"
Ilona menopangkan dagunya dengan kedua tangannya yang ditautkan diatas meja, menatap Rafa dan tersenyum. "Bukannya aneh kalau gue gak tahu jodoh gue sendiri?"
"…"
Perkataan tersebut mengejutkan ketiga orang yang berada di meja tersebut. Serena memakan mie ayam berpura-pura seakan tidak mendengarkan perkataan temannya. Joni meminum es tehnya agar tidak tersedak. Sedangkan, Rafa menatap aneh Ilona.
Apakah memang begini kepribadiannya Ilona? Itulah yang dipertanyakan Rafa saat ini. Rafa tersenyum canggung.
Ilona yang melihat respon mereka pun tertawa. Dia meminum es jeruknya sambil terus menatap Rafa dengan tersenyum. Rafa yang terus ditatap seperti itupun merasa tidak nyaman. Dia kembali memakan baksonya yang mulai terasa aneh karena dia terus saja ditatap oleh Ilona. Ilona hanya duduk menyilangkan tangannya di dada dan terus menatapnya.
Saat Rafa selesai memakan baksonya dan meminum setengah es tehnya, dia mulai hilang kesabaran. "Berhenti liatin gue terus."
Ilona menaikkan kedua alisnya dan tersenyum. "Kenapa? Jantung lo berdebar?"
Rafa menghela nafas. Dia mulai kesal. "Gue gak nyaman."
"Lo harus terbiasa."
"Kenapa gue harus terbiasa?"
"Karena cuman lo yang akan gue tatap seumur hidup gue. Tidak ada yang lain dan hanya lo, Rafa."
"Lo… gila?"
"Mungkin. Saat ini gue lagi tahap hampir gila karena lo. Jadi, lo jangan kabur dan harus tanggung jawab. Kalau gak, gue bisa gila beneran."
"…"
Kenapa dia harus memimpikan cewek gila kayak gini sih?!
***