Setelah berbincang cukup lama, Pangeran Arsana memutuskan pergi mandi dan berganti pakaian, dirinya kemudian berbaring dan mengisi tenaga yang lama terkuras karena berpikir. Untung saja Putri Avana berjanji membantu dirinya memecahkan teka-teki yang mungkin saja berhubungan dengan kerajaannya. Pencarian Putri Avana diawali dengan mengumpulkan semua perhiasan miliknya dan Putri Amarily yang memiliki embos megamendung, ia juga menemukan kantong emas yang dibicarakan Pangeran Arsana. Kantong miliknya yang ia gunakan untuk menyimpan giwang pemberian Putri Anora dan benar saja, giwang itu pun memiliki embos megamendung ditengah permata kecil yang terdapat ditengah giwang. Tidak salah lagi, embos megamendung ini memang embos dari Kerajaan Gadha, kerajaan dari Putri Anora. Namun, Putri Avana tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan, dirinya menyembunyikan semuanya dari Pangeran Arsana sebelum dirinya benar-benar memastikan kebenaran akan hal itu. Diutusnya salah satu pelayan istana untuk memberikan kain sutra yang ia tenun sendiri sebagai hadiah untuk Putri Anora.
Pangeran Arsana yang sedang melamun dikagetkan dengan kedatangan seseorang yang ia pikir seorang pelayan dan membuatnya bersembunyi dibawah ranjang, karena seperti rencananya bahwa dia tidak boleh terlihat disekitar kerajaan. Tentu saja raja akan membuat penjagaan yang ketat jika mengetahui Pangeran Arsana telah kembali dan tidak akan membiarkan Pangeran Arsana kembali hilang. Mana ada seorang raja yang akan membiarkan pangeran mahkotanya hilang, pangeran mahkota yang kelak akan melanjutkan kedudukannya menjadi seorang raja menggantikan dirinya.
"Ini aku" ucap Putri Avana memasuki ruangan.
"Ah, kamu rupanya. Aku kira siapa, hampir saja jantungku lepas" jawab Pangeran Arsana keluar dari kolong ranjang dan berjalan menghampiri Putri Avana yang kini duduk diruang tamu ruangan Pangeran setelah sebelumnya mengunci pintu.
Seorang putri yang selalu memperhitungkan langkahnya, selama lebih dari 17 tahun hidupnya tidak sekalipun Putri Avana gagal memperhitungkan tindakannya, dalam hal kecil seperti mengunci pintu sekalipun. Karena itulah Putri Avana dikenal sebagai putri yang sempurna dari Kerajaan Bramala.
Pandangan mata Pangeran Arsana kini tertuju pada semua perhiasan yang dibawa oleh Putri Avana, ia juga langsung merebut kantong emas yang memiliki embos megamendung disemua sisinya. Dirinya yakin betul bahwa kantong perhiasan itu sama dengan milik Gendhis, dirinya pun bertanya-tanya, bagaimana kakek Gendhis mendapatkan kantong dengan embos megamendung yang sama seperti kantong yang ia pegang saat ini.
"Kamu bisa jaga rahasia ini?" tanya Pangeran Arsana kembali memastikan.
Putri Avana hanya mengangguk dan disusul dengan Pangeran Arsana yang tiba-tiba menggandeng Putri Avana keluar dari istana dengan sesekali Putri Avana mengalihkan perhatian para pelayan dan penjaga yang bisa saja mengetahui keberadaan Pangeran Arsana. Keduany berlari kearah hutan tanpa penjagaan dan kuda. Keduanya benar-benar layaknya rakyat biasa yang pergi memasuki hutan terlarang. Dipintu masuk hutan terlarang yang dipalang tombak, Putri Avana membeku dan tak bisa melangkah, dirinya takut akan sesuatu yang bisa saja mencelakai dirinya dan kakak sulungnya. Namun, sebagai kakak yang baik. Pangeran Arsana berusaha meyakinkan adiknya bahwa tidak ada apa-apa yang akan terjadi pada dirinya dan Putri Avana. Dilangkahkannya kedua kakinya secara bergantian memasuki gua, pelan tanpa suara diikuti Putri Avana dibelakangnya. Namun, keajaiban yang ia pikirkan tak terjadi padanya. Dirinya benar-benar berada didalam gua tanpa berpindah dunia. Dicobanya lagi hingga ebberapa kali, hingga suatu ketika Putri Avana merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan kakak sulungnya. Tatapan Putri Avana berubah menjadi kesal karena kakak yang ia percaya seakan berbohong kepadanya, Putri Avana pun berjalan berbalik arah meninggalkan gua. Namun, seperti sebuah keajaiban, Pangeran Arsana tersedot masuk kedalam gua dan meninggalkan Putri Avana didepan gua sendirian.
"Kakak!! Kakak Arsana!!" seru Putri Avana mengitari gua, keluar masuk ia lakukan untuk mencari kakaknya. Akhirnya Putri Avana percaya dengan perkataan kakaknya dan kini dia merasa bersalah karena sempat menyepelekan kakaknya. Dengan bingung dan serba tak tahu, Putri Avana berjalan keluar hutan meninggalkan kakaknya. Ditengah jalan setapa hutan yang amat rindang dengan seruan hewan hutan membuat suasana semakin mencekam bagi seorang putri yang biasa hidup terjaga di kerajaan. Betul saja, seekor macan putih menghadang langkahnya. Menatap lapar kearah putri yang nampak bagaikan potongan daging segar. Putri Avana berjalan mundur berusaha meninggalkan macan kelaparan itu, namun nahas. Kakinya tersandung akar batang yang menjulur keatas dan membuatnya jatuh hingga pingsan.