"Gaji saya memang tidak besar, tak bersanding dengan putra Anda. Tapi selama dia dan saya bisa mengatur keuangan, ditambah lagi kami saling mencintai, apakah itu belum cukup meyakinkan Anda?"
Dua orang di ruangan itu hanya mengerjapkan mata berulang kali. Ada yang tidak paham situasi. Tidak hanya itu, Yorris dan ibunya kaget.
"Jaga sopan santunmu, Laras." Suara rendah Yorris terdengar mengusai keadaan. Yorris pikir ia salah pilih orang untuk menjadi istri kontraknya, akan tetapi mereka sudah sampai sejauh itu.
Kalau gagal, kemungkinan besar Yorris sulit menjalankan misinya membalaskan dendam kepada perempuan yang seharusnya menjadi istrinya.
Nasib Yorris memang sangat miris. Ia diselingkuhi oleh calon istri.
"Maafkan aku." Laras menjawab kikuk. Ia tersenyum tak enak pada Yorris dan nyonya Sarmas.
Nonya tersebut mengangguk paham. Ia mengerti situasinya.
"Oh, baiklah. Kalau begitu kau diterima. Aku tidak suka sikap tidak sopanmu, meski begitu aku menyukai keberanianmu bicara. Pernikahan kalian akan dilangsungkan pekan depan. Sebelum itu aku ingin tahu."
Laras menunggu kira-kira apa yang akan dikatakan oleh calon ibu mertuanya. Sebelum mendengar ucapan orang tua itu, Laras belum ingin senang dulu. Masih ada banyak hal menganggu pikirannya.
"Kalian belum akan punya bayi, kan?"
Laras mengalihkan pandangan ke samping begitu pula Yorris. Keduanya saling lihat. Tak perlu diundang, secara alamiah muncul semberuat merah di masing-masing pipi Laras dan Yorris.
Yorris merasa harus menghentikan pembicaraan tak masuk akal tersebut. Ia muak. Dalam hati Yorris menyumpahi Laras. Tidak mungkin ia tergiur tubuh rata seperti papan milik Laras?
No!
Selera Yorris orang cantik dan punya lekukan tubuh gitar spanyol. Sikap Laras dan cara bicaranya yang kasar membuat perempuan itu tidak punya point tambahan apapun.
Segala hal buruk mengumpul sepenuhnya pada Laras.
"Cukup Mom. Aku tahu aturan, kalaupun kami melakukannya, aku pasti akan berhati-hati agar tidak kecolongan sehingga ada bayi antara kami."
Laras kelepasan bicara. Ia tidak suka Yorris bicara kotor mengenainya. Seks bukan hal baik untuk mereka pikirkan.
"Hey, jaga mulutmu. Aku bukan perempuan gampangan menyerahkan tubuh pada orang bukan suamiku. Ingat ya, kamu baru calon, belum menjadi suami."
"Hahaha."
Terdengar suara tawa yang diikuti tepuk tangan. Kehebohan antara Yorris dan Laras terhenti detik itu juga.
Kedua makhluk Tuhan berbeda jenis kelamin tersebut jadi salah tingkah. Bayangkan, ibu Yorris tertawa melihat kelakuan Yorris dan Laras seolah melihat pertunjukan teater yang sangat menyenangkan tertajuk drama komedi.
"Tenanglah Laras. Mom hanya memastikan, maaf Mom menyinggung perasaanmu. Tolong jangan dimasukkan ke hati."
"Sangat tidak ramah," pungkas Laras dalam hatinya. Ia sangat ingin mengoceh. Kalau bukan ingat orang di hadapannya itu adalah calon ibu mertua, sangat mungkin Laras marah-marah.
"Baiklah Mom."
Tanpa ragu kalimat 'mom' keluar begitu saja dari mulut Laras. Tindakan tersebut mengundang senyum tipis Yorris.
"Benar, aku tidak salah pilih. Dia akan sangat berguna untukku," ucap Yorris dalam hati. Semangat memancar jelas dari tubuhnya hingga menguar mirip api terbakar membara. Yorris sudah tak sabar menunggu skenario pembalasan dendam epik untuk ia lakukan.
"Bagus!"
Laras menenangkan Yorris, tiba-tiba lelaki itu bangkit dari tempat duduknya kemudian mengacungkan kepalan tangan ke atas. Yorris bersikap bodoh, Laras yang malu.
"Jangan bersikap bodoh. Kau mau aku bunuh?" ucap Laras sembari menatap tajam. Tidak hanya itu, rusuk Yorris juga disenggol.
Tatapan Yorris mengarah ke sang mommy. Lelaki tersebut tersenyum setengah memaksa melihat wajah tak bersahabat mommynya. Lelaki itu lebih takut ketahuan sang ibu ketimbang ancaman Laras yang baginya terdengar bodoh.
***
"Itu perempuan yang aku bicarakan. Dia cantik, tidak sepertimu."
Laras menatap tanpa berkedip perempuan bergaun warna biru muda. Kecantikan di perempuan mengalihkan fokus Laras sehingga tidak sempat tersinggung atas ucapan Yorris.
Selain cantik perawakan si perempuan anggun. Terlihat sangat mempesona. Di tengah-tengah gaun yang dipakai perempuan anggun nan cantik tersebut terdapat pita kecil yang selaras dengan warna gaunnya. Rambut pirang, mata berwarna biru dan wajah oval semakin menambah daya tarik.
Andai Laras adalah seorang perempuan, ia pun juga akan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Cukup satu kali melihat penampilan perempuan tersebut, dapat ditarik kesimpulan jikalau perempuan tersebut bukan berasal dari Indonesia. Si perempuan pirang berasal dari negara barat.
Laras sangat terkesan, Yorris punya mantan pacar dari negara di luar tempat tinggal. Perempuan itu sangat cantik.
"Kau benar, dia seperti bidadari," ujar Laras. Matanya tak lepas dari perempuan mantan kekasih suaminya sendiri.
Soal penilaian, Laras memberi penilaian subjektif. Laras tak menampik walau ia cukup sakit hati atas ucapan Yorris.
Bisa-bisanya, di hari pernikahan mereka, suami tidak tahu diri bernama Yorris Sarmas menghina sekaligus membandingkan istrinya dengan perempuan lain.
Laras bangkit dari keterpurukan setelah dibandingkan oleh suaminya. Sembari menghela napas, Laras rolling eyes lalu tersenyum miring.
"Pantas saja dia menduakanmu, tampang cantik begitu banyak yang suka, saiganmu ada di mana-mana."
"Ck."
Laras terkekeh berhasil membalas hinaan Yorris. Terbukti dari decakan kesal lelaki tersebut. Meski begitu, hati Laras masih sedih. Selain ia tidak pandai bergaya, tidak stylish, wajah Laras juga tidak cantik. Jika dibandingkan dengan si perempuan, Laras hanyalah kotoran kecil.
"Hah." Laras menunduk ibarat tengah meratapi nasib.
"Apa yang aku harapkan? Hidungku mirip babi. Aku jorok, hitam dan dekil. Aku mirip gembel. Dua tahi lalat besar di wajah semakin memperburuk penampilanku."
"Bersyukurlah, kalau kau cantik, aku tak mungkin memilihmu."
Ternyata Yorris mendengar ucapan Laras. Alhasil Laras hanya menatap tanpa ekspresi. Kedua kalinya ia direndahkan. Yorris masih punya niat merendahkan Laras.
"Yah, kau benar." Laras mendongkrak, menatap lurus ke arah tamu undangan. "Ada juga sisi positif atas penampilanku. Terima kasih sudah mengingatkan," ucap Laras. Senyum muncul di wajahnya.
Satu persatu tamu undangan naik ke altar pernikahan, orang-orang itu memberi selamat, doa dan restu atas pernikahan Yorris dan Laras. Detik itu, menit dan hari tersebut Laras resmi menyandang status sebagai istri sah Yorris. Di belakang namanya bertambah satu suku kata. Awalnya hanya Laras saja berubah menjadi Laras Sarmas.
"Selamat, Yorris. Aku sungguh sangat menyesal. Ku harap kau mau memaafkanku."
"Maaf?" Yorris bertanya, sebelah alis terangkat seolah tak percaya.
Laras melihat Yorris dan si perempuan mantan kekasih suaminya berjabat tangan sangat lama. Sejenak Laras terkesan akan kemampuan bahasa Indonesia si perempuan pirang. Laras tahu jikalau perempuan di hadapannya pintar.
Akal sehat Laras kembali, ketimbang terpesona akan kecantikan dan kepintaran si gadis, ada hal penting yang harus Laras urus tuntas. Hal itu mengenai hidup dan matinya.
Sangat jelas Laras dengar percakapan antara kedua orang tersebut. Andai Yorris mengatakan ia memberi maaf pada si perempuan, pertanyaannya, bagaimana nasib Laras?
Laras seketika bersmirk.
"Sial, kalau begini, aku akan menyandang gelar istri satu hari. Kehadiranku hanya sebagai umpan. Tidak boleh! Aku tak akan membiarkannya." Laras berucap dalam hati. Di otaknya muncul sinyal siaga satu. Saraf-saraf bekerja memikirkan ide menjauhkan dua orang manusia di hadapannya itu agar Yorris tidak sempat bilang 'iya.'
Laras punya rencana.
*****