Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Division A : The Mission Of Antartica

Rimiku_miku
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.4k
Views
Synopsis
Ada yang pergi untuk ambisi. Ada yang pergi untuk janji. Ada yang pergi karena tanggung jawab. Ada yang pergi karena misi. Ada yang pergi untuk mengungkap misteri. Semua itu disatukan dalam Division A. Sebuah ledakan besar terjadi di Antartika, para peneliti menghilang begitu saja, setelahnya dunia gelap selama 2 hari. Setelah sekian tahun tidak ada yang berani menginjak benua dingin itu, sekarang sebuah lembaga bernama ISCA kembali mengirim beberapa orang peneliti ke neraka dingin tersebut. Mereka membawa satu misi, yaitu untuk menemukan imortal serum yang hilang. Sebuah serum untuk menyembuhkan jutaan orang, karena wabah penyakit yang semakin berevolusi menjadi lebih berbahaya.

Table of contents

Latest Update1
prolog1 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - prolog

Tahun 2023,sebuah ledakan di dasar Antartika terdeteksi oleh World Meteorological Organization (WMO). Setelah ledakan itu,dunia mendadak gelap selama 2 hari dan para peneliti di Antartika hilang begitu saja.

NASA mengatakan bahwa mereka menemukan keanehan, pada udara di Amerika Serikat dan beberapa negara bagian.

Rupanya bukan hanya Amerika, namun beberapa negara lain juga mengalami hal serupa. Seperti Chili, Ekuador, Norwegia, Rusia dan beberapa negara bekas pecahan Uni Soviet lainnya. Bahkan beberapa Negara-negara di Asia, terutama Asia Barat, Asia Tengah dan Asia Tenggara ikut mengalami hal serupa.

Jutaan orang mengalami penyakit aneh, penyakit yang membuat sistem kekebalan imun menurun drastis, bahkan sampai mengganggu sistem motorik. Namun penyakit aneh ini hanya menyerang usia 45 ke atas, sehingga banyak juga pemimpin negara yang harus ikut terjangkit.

Semua orang mendesak NASA untuk menciptakan sebuah obat bagi penyakit ini, karena wabah ini yang sudah berlangsung selama 2 tahun. namun tentu saja tidak semudah itu bagi NASA.

PBB mulai merundingkan hal ini, kemudian lahirlah sebuah lembaga sains dunia yang bernama ISCA (international sains center Agency) yang dalam waktu 1 tahun, mampu menciptakan sebuah vaksin sekaligus alat untuk menyaring zat buruk di udara.

Media televisi mulai mengangkat ISCA menjadi topik panas, hingga nama ISCA mencuat sebagai wadah bagi para manusia-manusia ajaib paling cerdas di muka bumi.

Di samping berita itu, media juga menyalipkan beberapa teori dari para pakar ilmu pengetahuan, yang mengatakan bahwa sebab dari "udara kematian" Itu, adalah ledakan di dasar Antartika yang melepaskan beberapa virus atau gas beracun dan sejenisnya.

Orang-orang mulai menduga bahwa ledakan itu adalah semacam senjata biologis, yang dikembangkan secara diam-diam oleh negara lain, untuk perlahan menguasai dunia.

Demi mengamankan reputasi negaranya, 7 negara yang sempat mengklaim Antartika adalah wilayahnya, mendadak menghapus klaim mereka. 7 negara itu antara lain, Argentina, Australia, Brazil, Britania Raya, Chili, Ekuador, Norwegia, Peru, Prancis, Selandia Baru dan Uruguay.

Sampai sekarang wabah "udara kematian" Itu masih ada, bahkan terus berevolusi menjadi semakin berbahaya. Hal ini mengharuskan ISCA untuk terus menciptakan vaksin yang lebih kuat dan kuat, demi mempertahankan kehidupan manusia.

"Tek!" Seorang gadis mematikan siaran di layar kaca besar itu.

"Terimakasih Hana" Kata Hendrick yang mulai mengaktifkan sebuah hologram yang mencakup wilayah Antartika.

"Seperti yang kita tahu, bahwa wabah ini terus bermutasi menjadi lebih berbahaya. Sejauh ini kita telah bertahan selama 16 tahun sejak 2026, Kita tidak tahu akan sampai mana manusia bertahan, Satu-satunya harapan kita adalah Immortal serum-"

"Kau yakin itu bukan mitos? " Sela seorang pria paruh baya, dengan kepala plontos - Carl.

Hendrick tersenyum "aku yakin, "

"Lalu? Langsung ke intinya. " Carl mulai jenuh.

"Kita akan mengirim sekelompok peneliti lagi, untuk mencari immortal serum itu. " Jelas Hendrick.

Carl menatap sinis, pada raut wajah ramah Hendrick.

"Bahkan setelah kita kehilangan 12 peneliti 9 tahun yang lalu di neraka dingin itu? Kau mau mengorbankan manusia lagi? " Debat Carl.

Carl membuang napas kasar "immortal serum yang kau bicarakan itu, bisa jadi hanya mitos. namun kematian para peneliti yang akan kau kirim nantinya, adalah fakta. " Tekannya.

Hendrick tidak marah, lelaki muda ini tahu betul cara mengolah emosi dalam dirinya.

"Tenang tuan Carl. 9 tahun yang lalu, para peneliti sempat mengirim sebuah pesan melalui radio yang terhubung langsung ke pangkalan, mereka mengatakan bahwa mereka telah menemukan sebuah obat yang akan menyelamatkan manusia" Jelas Hendrick.

Carl memutar ingatannya, pada saat itu ia juga berada di pangkalan dan mendengar pesan itu. Namun, para peneliti itu juga menyebutkan bahwa ada semacam kehidupan lain, kehidupan yang mengancam peradaban.

"Tuan Carl? Apa yang kau khawatirkan? Bukankah ISCA memang dituntut untuk mencari obat bagi wabah ini? Tolong jangan kecewakan dunia" Ucapan Gursi membangunkan Carl dari angannya.

Seorang lelaki berperawakan tinggi dan kekar ikut menimpali "jika kau takut akan keselamatan para peneliti, maka kau tenang saja. "

"Aku akan mengirim para pasukan khusus terbaik dari WAOSAPA"

WAOSAPA (World Association Of Security And Peace Agents), sebuah lembaga yang menjadi wadah bagi para Agen terbaik dari seluruh negara-negara dunia, yang termasuk anggota PBB. Lembaga ini berada di bawah naungan UNSC (United Nations Security Council).

*****

Seorang gadis muda dengan surai hitam kemerahan tampak berjalan di Koridor, matanya kini tertuju pada sekelompok peneliti, yang tengah berdiri di depan sebuah mading.

"Hai, Nona Andra. Akhir-akhir ini aku jarang melihatmu" Sapa seorang lelaki yang lebih dewasa — Eros.

Andra tersenyum "oh, hai.. Tuan Eros. Iya..kepala ISCA memintaku dan teman-temanku untuk meneliti tingkat mutasi di udara"

"Ah, ini semakin berbahaya. Aku dan teman-teman hampir botak karena ini" Keluh Andra.

Eros menggeleng "kalian masih pemula, jadi itu wajar saja" Katanya.

"Ada apa itu? Mengapa banyak orang yang berkumpul? " Tanya Andra penasaran.

Eros menjelaskan "ISCA akan kembali mengirim para peneliti yang bersedia untuk pergi ke Antartika. Namun, siapa yang akan bersedia melakukan hal konyol itu bukan? " Kekeh Eros.

Andra menggaruk kepalanya yang tidak gatal "ahahaha.. Emm–"

"Kau tidak berniat untuk mengajukan diri bukan? Andra? " Eros memicingkan matanya.

"Ingat ini Andra. Kau adalah salah satu peneliti muda yang berpotensi disini, aku harap kau tidak macam-macam" Tekan Eros memperingati.

"Ah.. Ya.. Aku baru ingat, aku harus pergi. Sampai nanti tuan Eros" Andra langsung pergi begitu saja, ia segera ingin melarikan diri sebelum Eros menceramahinya.

*****

Ruang penelitian 24.

Tampak 2 orang gadis sedang berjibaku dengan pengamatan mereka, sebuah serum yang sedang mereka kembangkan untuk kepentingan kesehatan tahun ini.

"Sevy. Gifa? Lihat ini" Andra tiba-tiba masuk dan mengagetkan mereka.

Sevy membuang napas kasar "bisakah kau tenang? " Geramnya.

Andra tertawa tidak enak "emm.. Maaf. Tapi lihat apa yang aku bawa" Sebuah formulir pengajuan diri untuk ikut ke Antartika.

Sevy dan Gifa bertukar pandang, sebelum akhirnya pandangan mereka tertuju pada seorang gadis, yang sedang sibuk dengan peralatan robotik nya.

"Dugaanmu 3 jam yang lalu rupanya benar. Clairysta " Kata Sevy.

Clairysta menaikan kacamatanya "tunggu Arga tiba. Aku yakin dua orang gila ini akan membujuk kita mati-matian untuk ikut ke Antartika" Sahutnya.

Tidak begitu lama setelah Clairysta berucap demikian, seorang lelaki berambut coklat datang sembari membawa formulir yang sama seperti Andra.

Clairysta menoleh ke arah Gifa dan Sevy, ketiganya bertukar pandang sebelum akhirnya mendengikkan bahu mereka bersamaan.

Sevy kembali menatap Clairysta "aku rasa kau lebih cocok menjadi peramal dibanding seorang ahli robotik, Clair. " Kekehnya.

Arga sudah bisa menduga kejadian sebelum dirinya tiba, ia cukup senang saat melihat formulir di tangan Andra.

Andra menaruh kertas itu di atas meja "ayolah, ini akan jadi pengalaman yang berharga untuk kita semua"

"Andra benar. Kita ini masih muda, kita harus melangkah lebih maju lagi menuju kesuksesan" Arga ikut menimpali.

Gifa melepas jubah putih penelitiannya "kalau maksudmu melangkah lebih maju menuju kematian, maka aku setuju. " Tanggapnya.

"Itu benar. Pergi ke Antartika sama saja seperti bunuh diri" Kata Sevy.

"Maksudku, memangnya orang gila mana yang akan melakukan sesuatu yang resikonya adalah kehilangan nyawa" Lanjut Sevy.

*

*

*

*

*

Sedangkan itu, baku tembak sedang terjadi di salah satu markas mafia Italia.  3 divisi terbaik dari WAOSAPA, dikerahkan untuk menyelamatkan para warga Amerika Serikat, yang diculik oleh kelompok mafia perdagangan manusia.

Sebenarnya bukan hanya dari WAOSAPA, tetapi juga 20 orang anggota CIA juga ikut diterbangkan ke medan tempur itu. Tapi mereka sudah meregang nyawa, 30 menit yang lalu.

"Ah.. Sial! Jumlah mereka banyak sekali"  Seorang pria menarik sumbu granat dengan giginya, sebelum akhirnya ia melemparkan granat itu ke arah musuh.

Lelaki ini meraih walkie talkie nya "masuk.. Masuk.. Kau dengar hei! Rin? Dasar tuli! "

Kesal karena panggilannya diabaikan, kini ia kembali fokus pada musuh di hadapannya. Setidaknya ia tetap fokus, sampai salah seorang rekannya keluar dari zona aman dan berlari ke tengah medan tempur.

"Ah.. Sial. FAZRIEL..! " teriaknya—Demos.

"Kembali bodoh! " Perintah Demos.

Fazriel menoleh "Sebentar! Dia saudara kita.. " Fazriel berteriak.

Demos kembali meraih walkie talkie nya "masuk!.. Rin? Hei? Keparat! "

"Rin? Apa kau disana? Lihat si bodoh Fazriel itu. Dia kembali bertingkah konyol dengan menyelamatkan saudara muslimnya! " Geram Demos.

"Kalian para muslim memang aneh. Apakah seorang mafia masih pantas kalian anggap saudara? Hanya karena menganut agama yang sama" Racau Demos.

Seseorang di balik walkie talkie itu akhirnya menyahut juga, mungkin ia sedikit geram dengan ocehan Demos.

"Berisik. Akan aku selesaikan! " Sahut Rin.

Demos berdecak kesal, ia kembali menyimpan walkie talkie nya. Namun tidak lama kemudian, sebuah roket launcher diluncurkan dan membumi hanguskan para musuh mereka.

Setelahnya tampak dari dalam bangunan, pasukan divisi 2 keluar dengan membawa para sandera.

"Divisi 1 dan divisi 3 segera ringkus mereka! " Perintah Demos.

Demos menghampiri Fazriel, yang sibuk memberikan pertolongan pada salah satu anggota mafia itu.

Tidak lama kemudian, kapten divisi 2 — Rin menghampiri mereka, "kau tampak kesulitan Demos, mana anggota CIA itu?"

"Mereka mati, bahkan sebelum 1 jam peperangan" Jawab Demos.

"Cih.. CIA.. " Decih Demos merendahkan.

Fazriel berdiri sambil memapah lelaki muslim itu "kau harus bertaubat sebelum kematian menjemputmu, saudaraku" Kata Fazriel.

Demos menatap sinis "yah...semoga tuhanmu mengampunimu"

"Sudahlah. Mari, kita harus kembali ke pusat. Pimpinan mengatakan, bahwa kita akan mendapatkan misi baru setelah ini" Kata Rin sembari menyimpan pistolnya.