Jalan sempit itu selain mendaki juga berkelok-kelok. Di beberapa bagian bahkan sudah tidak berupa jalan lagi karena tertutup oleh tebalnya rumput dan belukar. Cherokee merah itu dengan gerakan anggun terus membelah perbukitan di kaki Gunung Wilis. Melewati ladang dan hutan pinus. Menyusup di bawah rimbun tajuk Jati yang meranggas. Sin Liong juga mesti mengeluarkan kelihaiannya mengemudi karena harus menyeberangi sungai berarus deras namun dangkal.
Setelah menerabas sekian lama sampailah mereka ke jalan pedesaan yang asri. Menyusur jalan tanah, mulus dan berdebu. Dari jauh nampak membentang hamparan luas hutan Jati milik Perhutani. Di balik hutan itu mereka akan kembali menjumpai jalan negara yang menghubungkan Nganjuk dan Jombang.
Ini rintangan terakhir bagi mereka sebelum sampai pada tujuan akhir di perbatasan Jombang-Mojokerto tempat kompleks perumahan bagi mereka telah disiapkan secara instan oleh Babah Liong. Kedasih sempat menghubungi Babah Liong di perjalanan tadi.
"Bunker telah siap Kedasih. Sudah dibersihkan dan siap ditempati. Rombongan penjaga sudah standby di sana beserta perlengkapan besar shooting film. Pimpinan penjaga itu bernama Rakha Wisesa. Mereka sudah melakukan screening di sekitar kompleks perumahan bekas pabrik gula itu dengan teliti. Termasuk meminta izin ke pemerintah desa setempat. Kompleks itu berada di pinggir perkampungan yang berbatasan dengan hutan Jati." Babah Liong berhenti sejenak.
"Peralatan film yang mereka bawa sebenarnya adalah kamera monitor, sensor, dan kabel-kabel yang menghubungkannya di sekeliling kompleks. Perimeter keamanan sedang dikerjakan saat ini. Siapapun tidak bisa masuk kompleks tanpa lolos dari pantauan kamera yang diawasi 24 jam secara terus menerus. Kalian tidak usah ikut sibuk mengatur. Semua sudah dipersiapkan. Paling penting kalian harus harus selalu memerankan bintang film sinetron yang sedang proses shooting apabila ada perangkat desa yang datang."
Wow! Hanya itu yang bisa diungkapkan Kedasih dan kawan-kawannya. Babah Liong sangat terorganisir dan rapi. Mereka membayangkan masing-masing memerankan diri sebagai bintang sinetron. Sungguh kebetulan sekali skenario sinetron itu bertemakan kerajaan zaman dahulu. Citra yang jarang tertawa sampai cekikikan membayangkan.
Hampir separuh hamparan luas hutan Jati mereka lewati. Tidak ada rintangan berarti di jalan. Sin Liong berharap semuanya lancar sampai mereka tiba di Bunker.
Harapan yang kembali sia-sia karena mendadak Sin Liong menekan pedal rem dalam-dalam. Di tengah jalan di hadapan mereka, berdiri bertolak pinggang Panglima Gagak Hitam! Tokoh itu didampingi oleh 3 orang laki-laki setengah tua bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam.
"Hmm, 3 Datuk Hitam Pesisir Selatan. Kenapa mereka sampai bisa direkrut Panglima Gagak Hitam?" Citra berdesis tajam.
"Kenapa Putri?" Kedasih menoleh.
"Tiga orang itu orang-orang tangguh pengawal Ratu Laut Selatan yang menguasai pesisir selatan Parangtritis hingga Cilacap. Mereka bukan orang-orang gaib abdi Ratu Laut Selatan. Aku khawatir jika Panglima Gagak Hitam berhasil membawa mereka menjadi sekutu, itu berarti Nyi Blorong juga akan menjadi lawan kita selanjutnya."
"Kenapa dengan Nyi Blorong, Putri?" Kedasih mulai deg-degan.
"3 Datuk Hitam itu merupakan kerabat dekat Nyi Blorong. Mereka sama-sama Panglima dari Ratu Laut Selatan namun dengan wilayah kekuasaan yang berbeda."
Sin Liong turun dari mobil. Diiikuti oleh Raja. Tempat itu sangat sepi. Cocok untuk sebuah pertarungan tanpa melibatkan korban sampingan penduduk setempat atau orang lain yang kebetulan lewat.
"Wah! Berarti nantinya kita juga akan berhadapan dengan Ratu Laut Selatan?" Suara Kedasih mulai panik.
Keenam orang saling berhadapan. Mengukur keberanian lewat tatapan mata. Saling tidak mau memulai serangan. Menunggu.
"Kalau itu aku pastikan tidak Kedasih. Kanjeng Ratu tidak akan mencampuri urusan ini karena melibatkan keturunan Majapahit dan Mataram di kedua belah pihak." Citra terus menjawab pertanyaan Kedasih tanpa mengalihkan pandangan dari Raja dan Sin Liong di depan sana. Hatinya sedikit berdebar. Panglima Gagak Hitam sangat tangguh. Apalagi Tombak Kyai Turun Sih juga masih di tangannya. 3 Datuk Hitam tidak kalah tangguh dari Panglima Gagak Hitam. 4 lawan yang sengit untuk dikalahkan oleh Raja sekalipun.
Citra bersiap-siap seandainya mereka menyerang dengan ilmu hitam atau sihir. Dia bisa membantu Raja dan Sin Liong menangkalnya. Asalkan tidak tiba-tiba muncul Nyi Blorong di sini. Hati Citra mulai digerogoti rasa cemas.
"Bagaimana dengan Nyi Blorong yang kau sebut tadi Putri? Apakah dia juga akan terlibat?" Kedasih membayangkan seekor ular naga raksasa memenuhi tempat ini. Menumbangkan banyak pepohonan dan siap menelan mereka bulat-bulat. Aih!
Panglima Gagak Hitam mengayunkan tangannya yang memegang Tombak Kyai Turun Sih. 3 Datuk Hitam ikut menyerbu dengan serangan ganas tangan kosong. Sin Liong mengambil alih 2 lawan. Raja juga menghadapi 2 orang. 1 di antaranya Panglima Gagak Hitam.
"Aku tidak yakin Kedasih. Bisa iya bisa tidak. Kanjeng Ratu Laut Selatan tidak akan mencegah atau menyuruh. Nyi Blorong bisa bertindak sesukanya. Dan kesukaannya adalah pemuda-pemuda tampan." Citra tetap fokus. Belum ada pergerakan ilmu hitam di arena.
Kedasih bergidik ngeri. Raja dan Sin Liong tergolong pemuda-pemuda tampan.
Raja dan Sin Liong menemui lawan-lawan yang hebat. 3 Datuk Hitam punya kemampuan setara dengan Panglima Gagak Hitam dalam olah kanuragan. Bisa terbayang kekuatannya saat mereka bergabung melakukan pengeroyokan. Raja berteriak kepada Sin Liong agar mereka saling memunggungi dan melindungi. Terlalu berbahaya untuk berpencar di gelanggang yang berbeda. Tentu Raja mengkhawatirkan keselamatan Sin Liong. Jika mereka hanya menyerang dengan ilmu kanuragan, dia yakin Sin Liong bisa bertahan cukup lama. Tapi apabila mereka sudah menyisipkan ilmu hitam atau sihir dalam setiap pukulan, dia sungguh-sungguh mengkhawatirkan Sin Liong.
Sin Liong mengerti apa yang dimaksud Raja. Segera saja pemuda ini melompat ke dekat Raja dan mulai bertahan dan menyerang bersama sebagai tim.
"Putri, apakah kau yakin mereka bisa bertahan dari gempuran dahsyat 4 orang tangguh itu?" Kedasih tidak bisa melihat secara jelas jalannya pertarungan. Gerakan mereka yang bertempur terlalu cepat baginya.
"Aku tidak khawatir jika pertarungan yang terjadi hanya adu ilmu kanuragan. Tapi aku sangat cemas kalau sampai mereka menggunakan ilmu hitam dan lainnya. Sin Liong tidak akan sanggup bertahan." Citra tiba-tiba merasakan dadanya sedikit terguncang. Firasatnya yang tajam menangkap sesuatu.
Ada seseorang yang sedang menuju kesini dan akan ikut campur dalam pertarungan. Seseorang yang punya kemampuan dahsyat dan mengerikan!
-*******