Nampak Panglima Gagak Hitam dan Puteri Merapi berusaha membuka pintu ruang pusaka yang tergembok rapat. Dua orang lagi entah siapa, berdiri berjaga-jaga di belakang mereka. Seorang bertubuh semampai. Satu lagi tinggi kurus.
Raja terkesiap. Mereka rupanya datang menyatroni sambil membawa bala bantuan. Raja yakin dua orang itu tentu sangat lihai karena telah berani memasuki keraton tanpa izin. Apa yang harus dilakukannya? Ah, apalagi kalau bukan mencegah mereka. Apapun risikonya.
Tanpa berpikir panjang, Raja berseru.
"Hei! Apa yang kalian cari dinihari begini? Saat tuan rumah bahkan masih berada di alam mimpi?!"
Serentak keempat orang itu menoleh ke arah Raja. Mereka tidak menyangka ada yang sanggup terjaga. Padahal tadi Puteri Merapi telah meniupkan mantra sirep tingkat tinggi di sekitar tempat ini. Tapi setelah melihat siapa yang menegur, mereka akhirnya maklum. Pemuda reinkarnasi ini memang punya kemampuan sangat tak biasa.
Raja teringat ucapan Kedasih. Orang-orang yang masih berdarah Mataram tidak akan terganggu oleh pertahanan berbagai benda pusaka keraton dan tetap bisa melakukan serangan gaib atau mistis di lingkungan keraton. Apakah keempatnya masih keturunan Mataram? Raja hanya bisa mengira-ngira.
Selarik pukulan tak berwujud meluncur deras ke arah Raja. Pukulan yang berniat membunuh dalam sekali hantam. Raja hanya merasakan kesiur angin dingin menuju dadanya. Pemuda itu tidak mau melayani adu pukulan. Dia lebih memilih melompat tinggi menghindar. Pukulan itu mengenai tempat sampah besar. Terdengar suara berderak keras. Tempat sampah itu hancur berkeping-keping. Raja bergidik. Puteri Merapi itu memang sangat berbahaya! Tempat sampah itu permanen dan terbuat dari batu bata yang disemen. Fiuuhh!
Puteri Merapi berseru kepada Panglima Gagak Hitam.
"Lanjutkan rencana kita. Biar aku yang menghajar pemuda tengik ini!" Puteri Merapi memberi isyarat kepada Putri Calon Arang dan Mpu Candikala.
Ketiga orang itu mengitari Raja. Mengepung dari 3 penjuru. Siap menghabisi pemuda penghalang terbesar mereka ini. Sementara Panglima Gagak Hitam meneruskan upaya membuka pintu ruang pusaka. Gembok itu memang dimantrai tapi itu bukan masalah baginya. Hanya saja gembok itu memang dari baja pilihan dan sangat besar sehingga dia perlu waktu untuk membuka dengan tenaga fisik.
Diiringi suara melengking nyaring sebagai ciri khasnya, Puteri Merapi memimpin gempuran kepada Raja. Disusul gerakan secepat kilat Mpu Candikala yang mencoba mendaratkan pukulan di kepala Raja. Putri Calon Arang adalah ahli magis yang levelnya sangat tinggi. Bahkan mungkin paling tinggi di antara semuanya. Tapi kemampuan kanuragannya tidak terlalu tinggi. Paling rendah di antara mereka berempat.
Mpu Candikala lah yang memiliki keahlian kanuragan yang sanggup menyamai Puteri Merapi meskipun masih jauh dalam hal kemampuan mistis. Karena itu serangannya juga sangat berbahaya. Mpu ini juga merupakan ahli senjata terutama pedang. Di tangannya sekarang tergenggam sebilah pedang yang memancarkan cahaya kemerahan. Mpu Candikala mencabut senjata andalannya setelah pukulan pertamanya dengan mudah dielakkan oleh Raja.
Terjadi pertempuran dahsyat dinihari di depan ruang pusaka keraton. Selain menyerang dengan olah kanuragan, Puteri Merapi juga menyisipkan pukulan-pukulan mistis. Di antara mereka berempat, hanya Puteri Merapi dan Panglima Gagak Hitam yang bisa mengeluarkan kemampuan mistis di lingkungan keraton karena mereka berdua masih keturunan Mataram. Sedangkan Putri Calon Arang dan Mpu Candikala tidak berdaya mengeluarkan kemampuan mistisnya karena pusaka-pusaka di keraton meredam semua kelihaian magis mereka. Jika tidak, Putri Calon Arang akan menjadi lawan yang sangat mengerikan bagi Raja.
Raja terdesak hebat. Olah kanuragan pemuda reinkarnasi ini sebetulnya sangat tinggi. Juga kemampuan mistisnya. Namun dikeroyok bertiga seperti ini membuatnya kelabakan. Beberapa kali pukulan Putri Calon Arang sempat mampir ke tubuhnya. Hal ini bisa terjadi karena Raja terlalu memusatkan perhatian pada serangan Puteri Merapi dan Mpu Candikala yang jauh lebih berbahaya.
Meskipun tidak terluka, tapi Raja mengrenyit kesakitan juga. Dia harus mencari celah untuk menjatuhkan pengeroyoknya satu demi satu. Apalagi dilihatnya Panglima Gagak Hitam telah nyaris berhasil membuka pintu ruang pusaka.
Satu pukulan masing-masing dari Puteri Merapi dan Mpu Candikala menghantam tubuhnya. Raja menggeram rendah. Antara kesakitan hebat dan luapan emosi. Entah dorongan adrenalin atau sesuatu dalam tubuhnya yang mendesak keluar, mendadak pemuda reinkarnasi merunduk lalu melompat tinggi sambil meraungkan amarah dashyat.
Puteri Merapi dan kedua sekutunya terperangah bukan main. Di pandangan mereka, tubuh Raja yang melambung tinggi dan menerjang ke arah mereka berubah menjadi sosok Harimau!
Harimau besar berwarna hitam legam yang menerjang ke arah mereka dengan luar biasa ganas.
Putri Calon Arang menjerit. Cakaran harimau itu mengiris dalam lengannya. Darah mengalir deras membasahi bajunya. Rasa sakit teramat sangat membuat ratu sihir itu tidak sanggup melanjutkan pertempuran. Dia terluka hebat.
Tidak hanya sampai di situ kedahsyatan serangan Harimau jelmaan itu. Mpu Candikala juga terkena terjangan kaki yang mengenai dadanya dengan cukup telak. Mpu sakti itu memuntahkan darah segar dari mulutnya. Dia masih sanggup melanjutkan pertarungan, tapi karena sudah terluka tentu saja kemampuannya jauh berkurang.
Puteri Merapi juga terkena akibatnya. Bahunya terserempet pukulan harimau. Tidak telak tapi cukup membuatnya terjajar mundur ke belakang dengan dada sesak. Puteri ini kembali menjerit nyaring dan melepaskan pukulan mistis sekuat tenaganya. Berniat mengadu nyawa. Puteri ini benar-benar nekat. Didorong oleh rasa putus asa melihat pemuda ini memiliki kemampuan yang aneh tak terduga dan sanggup melukai semuanya.
Harimau itu tidak menghindar sama sekali dari sambaran pukulan mistis Puteri Merapi. Terdengar suara bak bik buk keras saat pukulan Puteri Merapi mendarat di tubuh besarnya. Tapi tidak berefek apa-apa. Dalam wujudnya sebagai Harimau, Raja sama sekali tidak terpengaruh oleh sihir maupun pukulan mistis dalam bentuk apapun.
Puteri Merapi hanya terbelalak melihat pukulan mematikan yang dilancarkannya sama sekali tidak melukai Harimau itu. Jeritannya makin bertambah kencang saat cakar Harimau kembali menghajar bahunya. Jeritan berhawa magis yang sangat kuat itu menembus dan membuyarkan ilmu sirep yang dirapalnya dan membuat semua orang yang sebelumnya tertidur nyenyak terbangun seketika.
-*