Pesawat yang ditumpangi Raja dan Sin Liong melakukan holding area karena bandara YIA sedang padat dengan jadwal kedatangan pesawat. Ini musim libur. Wisatawan mancanegara dan dalam negeri berduyun-duyun datang ke destinasi wisata favorit ini.
Sudah 2 kali pesawat melakukan holding area di atas laut selatan. Cuaca sangat cerah. Hanya terdapat gumpalan-gumpalan awan kecil berwarna putih yang terpencar di sana sini. Raja merasakan sesuatu yang aneh menjalari tubuhnya. Seperti hawa dingin yang menusuk hingga tulang belakang. Apakah dia sedang sakit? Raja berusaha bersikap normal dengan mengacuhkan rasa aneh itu.
"Ada apa Raja?" Sin Liong menyenggol lengannya. Pemuda itu melihat Raja mengrenyit ganjil dan mengurut dadanya dengan raut muka sedikit cemas.
Raja hanya tersenyum tipis. Hawa dingin itu semakin dalam menusuk tubuhnya.
"Tidak apa-apa Sin Liong. Hanya saja aku merasa tidak enak badan."
Sin Liong mengangguk mengerti. Diambilnya sesuatu dari tasnya. Herbal tolak angin. Raja menggeleng saat Sin Liong mengangsurkan tangannya. Lalu matanya terpejam seperti sedang menahan sesuatu tak kasat mata sedang menyerangnya. Keringat sebesar-besar jagung bertetesan di kening dan lehernya. Padahal suhu di dalam pesawat sangat dingin. Sin Liong mulai khawatir.
Raja memang merasakan hawa dingin semakin luar biasa menyerang sekujur tubuhnya. Tulang-tulangnya seperti mengeriput. Aliran darahnya seolah membeku sehingga pasokan oksigen ke jantung berhenti. Raja megap-megap kehabisan nafas. Sin Liong pucat pias. Apakah ini seperti kejadian waktu Puncak Reinkarnasi dulu? Apa yang harus dilakukannya? Menutup Raja dengan kain?
Belum sempat Sin Liong berbuat sesuatu, tiba-tiba Raja menggeram. Geraman kesakitan sekaligus amarah. Tubuhnya menggigil, matanya terpejam rapat, dan dari kepalanya mengepul uap panas yang terasa hingga tempatnya duduk. Sin Liong terdiam. Raja sedang melawan serangan tak kasat mata itu dengan gigih. Sin Liong hanya berjaga-jaga saja. Ini semua di luar kemampuannya.
Raja memang terus melawan. Sedikit demi sedikit dia berhasil mengatasi hawa dingin yang menyerangnya. Intensitas serangan itu agak aneh. Ada saat di mana serangan terjadi dengan sangat kuat lalu melemah dengan sendirinya. Setelah yakin bisa mengendalikan tubuhnya untuk terus melakukan perlawanan, Raja membuka matanya. Mengamati keluar. Dia yakin serangan ini berasal dari luar pesawat. Bukan dari dalam.
1 kali holding area lagi, barulah Raja menyadari sesuatu. Pesawat selalu berputar di rute yang sama saat melakukan holding area untuk antri pendaratan. Pemuda itu paham sekarang apa yang telah menyerangnya dengan hebat sedari tadi. Gumpalan awan kecil yang dilewati rute pesawat semuanya berwarna putih kecuali gumpalan yang satu ini! Hitam pekat!
Fenomena terbentuknya awan tentu saja akan sama di sebuah area yang sama. Bila Cumulonimbus yang terbentuk, maka sehamparan di daerah yang sama juga pasti terbentuk jajaran awan Cumulonimbus. Tidak mungkin di sini awan Stratus lalu di sebelahnya adalah awan Cirrus.
Pengumuman dari kokpit menyampaikan 1 kali holding area lagi dan setelah itu pesawat akan mendarat. Raja bersiap.
Saat pesawat mendekati gumpalan awan aneh berwarna hitam pekat itu, Raja berkonsentrasi penuh. Uang panas mengepul tebal dari ubun-ubun kepalanya. Sin Liong sampai harus menyingkir menjauh saking panasnya hawa uap itu.
Raja membuka matanya setelah memusatkan batinnya atas penglihatan bawah sadar. Awan itu ternyata mempunyai wajah mengerikan serupa Burung Gagak Hitam dan besar. Dari paruhnya yang melengkung mengalir keluar cahaya berwarna kehitaman mengarah ke badan pesawat. Raja bertindak cepat.
Dari matanya keluar cahaya berwarna keperakan. Menembus jendela pesawat dan menghantam langsung awan yang berjarak sangat dekat itu. Pesawat mendadak terguncang hebat. Awan hitam meledak dahsyat terkena serangan balasan Raja. Namun akibatnya pesawat seperti didorong angin besar dari samping dan membuatnya terguncang seperti terkena clear air turbulence.
Untunglah pilot sigap dan segera menyeimbangkan posisi badan pesawat. Raja bernafas lega. Sedangkan Sin Liong hanya terpaku menyaksikan awan hitam itu hancur berantakan terkena cahaya yang keluar dari mata Raja. Bukan main! Ini seperti pertunjukan mistis di film-film horor.
Raja menoleh dan tersenyum lebar ke arah Sin Liong.
"Aku tidak menduga sama sekali di udarapun kita diserang dengan cara seperti tadi. Lawan kita kali ini berkemampuan tak biasa Sin Liong."
"Siapa Raja?" Sin Liong terjerumus pada rasa penasaran yang luar biasa besar.
"Awan hitam pekat tadi ternyata perwujudan dari seseorang yang berniat buruk kepada kita. Aku tidak tahu siapa tapi aku rasa diapun sekarang juga cukup menderita."
Sin Liong menggeleng-gelengkan kepala. Jika harus berhadapan dengan sepasukan ahli bela diri dia tidak akan gentar sedikitpun. Tapi melawan hal-hal mistis seperti ini? Sin Liong menggaruk hidungnya yang tidak gatal. Merasa sangat lega saat roda-roda pesawat telah menyentuh landasan.
Di sebuah goa gelap di pantai Ngobaran yang sangat sepi. Seorang lelaki tinggi kurus berpakaian serba hitam terbatuk-batuk dan memuntahkan darah segar dari mulutnya. Dari sudut bibirnya keluar desis kemarahan.
"Keparat! Pemuda itu cukup tangguh rupanya."
Lelaki itu menghapus muka cermin yang kotor terkena cipratan darahnya. Matanya yang tajam menatap bayangan lain di sana. Seorang perempuan cantik berambut panjang yang memegang tongkat berkepala tengkorak kecil.
"Aku gagal Putri! Pemuda itu berhasil bertahan dari seranganku di atas sana tadi. Aku akan mencegatnya di gerbang keraton. Aku ingin tahu seberapa tangguh dia di daratan."
Perempuan berambut panjang itu tertawa terkekeh.
"Hihihi. Aku sudah memperingatkanmu Panglima Gagak Hitam. Pemuda itu sangat tangguh dan mumpuni. Karena itulah aku juga mengundang Puteri Merapi turun ke kota Yogyakarta."
Lelaki yang dipanggil Panglima Gagak Hitam mendengus pendek.
"Aku sendiri masih sanggup mengatasi mereka. Kenapa mesti kau undang pula dedemit Merapi itu Calon Arang?"
"Huh! Kau terlalu sombong Gagak Hitam! Buktikan kesombonganmu itu dengan mencegah mereka jangan sampai masuk keraton. Kau sanggup?"
"Hmm, tentu saja aku sanggup. Ingat! Tumbal yang aku minta harus kau penuhi setelah aku berhasil menunaikan tugasku. Kalau tidak, aku akan menghisap darahmu sampai habis Calon Arang!"
Perempuan di cermin kembali terkekeh-kekeh menyeramkan sebelum cermin itu akhirnya kembali normal selayaknya sebuah cermin dan bukan video call dari Iphone 13 seri terbaru.
****