Chereads / Reinkarnasi-Palagan / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Babah Liong dan Citra bersimpuh di bawah pohon Beringin besar yang sebetulnya sangat tidak masuk akal bisa tumbuh di ruang belakang toko. Kedasih tidak mau banyak berlelah diri untuk mencari logika yang pas. Karena memang ruang belakang itu adalah dimensi transisi yang tidak mengikuti hukum masa kini maupun masa lalu.

Kedasih melihat Citra bersamadi dengan khusuk. Sementara Babah Liong nampak sibuk membakar Hio di berbagai sudut. Bau wangi menguar seolah terjadi banjir nektar. Asap meliuk ke sana kemari padahal ruangan sama sekali tidak berangin. Citra menggigil sejenak untuk kemudian tenang setenang-tenangnya. Ini pengerahan telepati tingkat tinggi yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang linuwih.

Di pesawat, Raja merasakan sesuatu menghantam kesadarannya. Pelipisnya berdenyut keras dan hatinya berdebar kencang. Pemuda ini seolah sedang dalam situasi turbulensi berat. Tubuhnya seperti dijatuhkan dari tempat tinggi, jatuh, lalu tiba-tiba terangkat kembali. Bayangan wajah Citra tergambar jelas di pelupuk matanya yang terpejam. Seolah mereka sedang saling berhadapan. Gadis ayu dari masa lalu berbisik lirih di telinganya.

"Raja, Trah Maja sedang merencanakan melakukan penyergapan di Bandara. Kalian tidak perlu keluar. Pindahlah pesawat ke Yogyakarta. Tiket sudah disiapkan. Beberapa orang akan berusaha menyibukkan para penyerang selama kalian proses transit."

Raja menggerakkan bibirnya hendak menyahut. Ingin mengatakan iya dan sekaligus berucap aku rindu padamu. Tapi mulutnya terkunci. Tak ada sepatah katapun yang sanggup dikeluarkannya. Raja merasakan kepalanya berat dan nafasnya sangat ngos-ngosan. Raja kehabisan tenaga.

Citra menyudahi telepati dengan wajah dan tubuh berkeringat hebat. Gadis itu tahu jika dilanjutkan Raja akan pingsan. Pemuda itu sama sekali tak terlatih untuk melakukan telepati. Energi yang diperlukan untuk melakukan hal ini super besar. Dia masih bersyukur bisa menyelesaikan keseluruhan pesan tadi.

Raja seperti dilambungkan ke atas kembali. Rongga dadanya longgar dan tak lagi sesak. Kepalanya juga kembali ringan. Pemuda ini menarik nafas dalam-dalam. Dia menyampaikan kepada Sin Liong pesan dari Citra tadi. Sin Liong mengrenyitkan keningnya sejenak namun kemudian mengangguk sembari menggumam pelan.

"Akan ada kericuhan di bandara. Kita harus ekstra waspada."

Raja menanggapinya dengan anggukan. Meraba kantong jaket dalamnya. Memastikan potongan manuskrip masih ada di sana dan tidak hilang secara gaib. Raja merasa segala hal menjadi begitu absurd sekarang. Hal-hal yang tidak masuk akal bisa saja terjadi tiba-tiba. Dia hidup di dunia tak terduga dengan dua sisi realitas dan hiperrealitas yang sama-sama kuat saat ini. Barangkali inilah yang dinamakan orang sebagai simulakra.

Pengumuman dari pramugari yang menyebutkan bahwa pesawat sebentar lagi akan mendarat, membuat Sin Liong dan Raja bersiap-siap. Setelah kegaduhan di Museum Tiga Ngarai belum lama ini, kedua pemuda itu tidak lagi heran jika di Bandara Soekarno Hatta nanti akan muncul kericuhan yang tak kalah dahsyat. Apalagi ini melibatkan begitu banyak orang dengan kemampuan aneh dan hebat.

Pesawat mendarat dengan mulus di runway 2. Raja dan Sin Liong sepakat untuk turun belakangan. Menghindari jatuhnya korban tak bersalah jika timbul pertarungan yang tak diinginkan dalam proses unboarding.

Pesawat penuh sehingga proses unboarding berjalan cukup lama. Mereka duduk di kursi bagian belakang sehingga bisa melihat semua yang berlangsung di seputaran pesawat. Sepertinya pesawat ini tak berhenti lama karena pintu belakang sudah dibuka untuk menyambut suplai makanan dari kendaraan logistik. Beberapa orang berdiri di jembatan penghubung truk dengan pesawat sambil membawa troli-troli penuh makanan dan menerima troli-troli kosong.

Sin Liong menggamit lengan Raja sambil berbisik.

"Orang-orang itu kelihatan mencurigakan." Sin Liong mengangkat dagunya ke arah truk logisik. Raja menengok. Mata batinnya yang tajam segera menangkap keanehan. Orang-orang itu bukan orang-orang biasa. Meskipun mata normal Sin Liong hanya bisa merasakan keanehan itu disebabkan oleh kesigapan dan kelincahan para petugas logistik itu, tapi di mata Raja lebih dari itu. Dunia hiperrealitas memperlihatkan para petugas itu semuanya berbaju kerajaan tempo dulu!

Raja tercekat hatinya. Kericuhan ternyata sudah dimulai bahkan sejak dari sini. Raja menghitung kekuatan. Mereka terdiri dari 4 orang termasuk sopir dan yang pasti mereka bukanlah golongan prajurit biasa. Setidaknya berpangkat hulubalang atau bisa saja Trah Maja menurunkan hingga level panglima. Raja melirik ke depan. Proses unboarding hampir selesai. Tinggal dia dan Sin Liong saja yang masih tersisa di kabin belakang. Pramugari di depan bahkan sudah melambaikan tangan meminta mereka segera turun.

Raja menyentuh lengan Sin Liong dan memberi isyarat agar mereka turun lewat belakang. Sin Liong terperangah. Tapi menurut saja saat Raja memimpin langkah mereka melewati pramugari di bagian belakang pesawat yang hanya bisa bengong dan tidak bisa berkata apa-apa ketika Raja menyentuh bahu mereka dan berkata.

"Cepat pergilah ke depan. Orang-orang ini berbahaya!"

Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, 2 orang pramugari itu bersicepat pergi ke depan. Mereka tidak sanggup menolak perintah pemuda tampan dengan tatapan setajam elang itu.

Proses loading troli berhenti seketika begitu Raja dan Sin Liong menampakkan diri di pintu belakang pesawat. Para petugas logistik itu berlompatan mundur. Paham bahwa pertarungan di dalam pesawat akan sangat merepotkan.

Raja dan Sin Liong meneruskan langkah secara pasti menyeberangi jembatan yang menghubungkan pesawat dan truk logistik. Mereka juga tidak ingin bertempur di dalam pesawat. Terlalu banyak kerusakan dan memungkinkan terjadinya collateral damage dari awak pesawat yang bisa saja muncul mendadak di sana.

Truk bergerak mundur dengan Raja dan Sin Liong saling berhadapan dengan 3 orang petugas logistik yang sudah mencopot pakaian kerja mereka hingga bertelanjang dada. Memperlihatkan betapa kokoh tubuh mereka.

Setelah truk menjauh dari pesawat dan berhenti di apron yang agak lengang, Raja memegang lengan Sin Liong. Keduanya melayang turun dengan ringan dari ketinggian truk dan bersiaga di bawah. 3 orang Trah Maja ikut melayang turun. Diikuti oleh sopir yang keluar dari truk sambil menggenggam sebilah kelewang di tangannya.

Raja dan Sin Liong dikepung oleh 4 orang bersenjata kelewang panjang berkilat-kilat saking tajamnya.

**