Chereads / Sunset Sweet / Chapter 2 - Chapter 1 Perkenalan

Chapter 2 - Chapter 1 Perkenalan

Meisya Ummairah siswi kelas X IPA 6, seorang anak introvert, penyendiri, pandai bermain musik dan bernyanyi, serta pecinta sunset. Meisya tidak begitu pandai dalam pelajaran sehingga menjadi siswi yang tidak begitu mencolok di SMA Bintang ini.

Radika Dwitama siswa kelas X IPA 1. Radika merupakan siswa yang pintar dan berbakat (kebanggaan SMA Bintang), memiliki wajah rupawan dan tinggi yang ideal namum sangat jarang berekspresi (anak yang dingin), serta sedikit narsis.

Dedy Mahendra siswa kelas X IPA 1, seorang anak yang ceria dan baik hati, pandai namun tidak sepandai Radika, tinggi dan memiliki senyum yang indah. Dedy merupakan sahabat Radika dan Samuel sejak masih sekolah dasar.

Samuel Antara siswa kelas X IPA 2, seorang anak yang ceroboh, ceria, dan baik hati. Sam anak yang tidak begitu peduli tentang pendidikan namun otaknya cukup encer. Samuel memiliki mata berwarna karamel yang sangat indah membuatnya terlihat tampan. Yah Sam, Radika, dan Dedy memiliki cirikhasnya masing-masing namun mereka semua bibit yang unggul (almost sempurna).

Deby Mahendra siswi kelas X IPA 1, seorang siswi yang cantik, berkulit putih dan cerdas. Deby adalah saudari kembar Dedy yang sangat mengagumi Radika. Deby sedikit sombong dan suka semena-mena terhadap orang lain.

Randa Aulia siswi kelas X IPA 1, merupakan sahabat baik Deby. Randa cukup cantik, pintar dan sangat suka membaca. Ramda selalu setia menemani Deby.

Raditya Dwitama adalah kakak Radika, Raditya merupakan guru matematika di SMA Bintang. Raditya adalah guru muda dengan karisma yang besar, tampan, ramah, dan bijaksana.

...

Kisah seorang siswi SMA bernama Meisya Ummairah yang memiliki kepribadian introvert dan sangat mengagumi keindahan senja dan seorang pria dingin bernama Radika Dwitama yang merupakan pentolan sekolahan dengan wajah tampannya serta kepintarannya yang menjadikan dia siswa terbaik di SMA. Meisya tidak memiliki teman sebab kepribadiannya yang takut memulai percakapan dengan orang lain serta bukan anak dengan otak yang encer, yah bisa dibilang Meisya anak yang biasa-biasa saja. Melihat senja merupakan hal yang wajib meisya lakukan setiap harinya, kekagumannya terhadap senja membuatnya selalu menetap di atap sekolah untuk menikmati senja dan melupakan semua hal yang membuatnya kesal. Meisya sering menulis lirik lagu sambil menunggu matahari terbenam, yup salah satu keunggulan Meisya yang tidak diketahui teman-teman sekolahnya adalah dia pandai bernyanyi dan bermain gitar.

Radika sosok yang sangat dingin terhadap orang lain, dia hanya berbicara banyak dengan sahabatnya saja Dedy dan Samuel. Sifat dinginnya ini tidak membuatnya dijauhi banyak orang, malah dia memiliki banyak penggemar karna visualnya yang 10/10 serta otaknya yang cerdas menjadikannya kebanggan sekolah. Radika merasa sudah terbiasa dikejar para gadis-gadis disekolahnya, begitulah ketenaran membuatnya sedikit terlalu percaya diri. Selain pintar dalam hal pelajaran Radika juga cukup baik dalam olahraga.

...

Bel sekolah berbunyi, petanda waktu belajar mengajar telah selesai. Radika bersama kedua sahabatnya Dedy dan Sam meluangkan waktu untuk bermain basket di lapangan sekolah sebelum pulang kerumah, hal ini membuat para siswi heboh berkumpul dipinggir lapangan sepulang sekolah. Meisya yang hendak naik keatap sekolah melihat keramaian dilapangan dan merasa penasaran sehingga memutuskan untuk mendekat ke lapangan.

Meisya melihat para siswi berteriak penuh semangat dan terlihat sangat bahagia, Meisya sedikit heran apa yang membuat para siswi ini begitu bahagia hanya dengan melihat beberapa siswa bermain basket. Permainan basket Radika dan kawan-kawannya cukup keren menurut Meisya hanya saja melihat itu tidak membuatnya bahagia. Meisya yang hendak beranjak dari kerumunan karna tiba-tiba terkejut mendengar suara teriakan para siswi yang histeris, rupanya teriakan itu dipicu oleh Samuel yang kehilangan keseimbangan hingga terjatuh. Bola basket yang ada ditangan Sam berguling kearah Meisya, dan pada akhirnya semua mata tertuju kepada Meisya termasuk Radika dan Dedy. "lemparkan bolanya padaku" kata Radika dengan wajah datarnya. Pandangan semua orang membuat Meisya panik dan ketakutan sehingga Meisya diam mematung, hal itu membuat Radika mendekat dan mencoba mengambil bola basket sendiri. Melihat Radika mendekat para gadis yang berada di tepi lapangan mulai heboh kembali melihat wajah Radika dengan tetesan keringat itu, berbeda dengan Meisya yang menjadi lebih panik sehingga Meisya berlari meninggalkan lapangan dan langsung menuju ke atap sekolah.

Melihat seorang gadis berlari ketakutan saat dia mendekat membuat Radika merasa sedikit tersinggung "apakah dia melihatku seperti hantu?" Pikir Radika dengan menatap bingung ke arah Meisya yang semakin menjauh dari lapang. Tibanya di atap Meisya mengusap keringat yang ada di wajahnya "hufttt untung saja bisa kabur", Meisya mulai duduk di salah satu bangku panjang yang ada di atap sembari berpikir "Seandainya saja aku mudah bergaul dengan yang lain pasti aku akan sama dengan mereka, tertawa bersama, memiliki banyak hal yang di perbincangkan setiap harinya". Meisya mulai merasa sedih namun tak lama kemudian cahaya senja mulai muncul membuat Meisya tersenyum kembali. "Hai senja, kamu memancarkan sinar yang sangat indah hari ini. Terima kasih untuk selalu membuatku tersenyum kembali, membuatku merasa nyaman dengan kesendirian. Ku rasa aku hanya membutuhkanmu dalam hidupku" ucap Meisya dengan tulus.

Tanpa Meisya sadari ada orang yang mengintipnya, mereka adalah Radika, Dedy dan Samuel. Radika yang tidak terima dengan kelakuan Meisya yang ketakutan melihatnya berlari mengikuti Meisya, Dedy dan Samuel juga ikut mengejar Radika. Melihat Meisya berbicara sendiri sambil melihat langit membuat Radika tersenyum miris "hmm anak aneh rupanya" setelah bergumam seperti itu Radika pun memutuskan untuk pulang, tentu saja Dedy dan Samuel mengikutinya.