Di dalam mobil yang gelap tanpa pencahayaan sedikitpun, lampu kabin yang menerangi dalam mobil sengaja dimatikan agar menyesuaikan penglihatan sopir. Duduk dan termenung di bangku belakang sambil menyenderkan wajahku ke kaca mobil, hanya itu yang kulakukan selama perjalanan ini.
"Haaa... gelapnya."
Keluhan pelan yang kukatakan hanya untuk mengkritik penduduk yang tinggal di desa ini. Bagaimana tidak? di samping kiri maupun kanan tidak ada lampu yang menerangi jalan di desa ini, rumah-rumah penduduk tidak terlihat satupun, hanya ada pohon dan semak yang lebat. tetapi jalan di desa ini begitu mulus meskipun tidak beraspal. normalnya orang akan tidur terlelap di situasi yang gelap seperti ini... tapi aku berbeda. Aku menunggu pukul 00.00 dini hari untuk melihat matahari terbit.
Secara ilmiah pukul 00.00 adalah waktu yang paling akurat ketika matahari terbit di ufuk timur. Selama ini aku belum pernah melihat matahari terbit persisnya pada pukul berapa, itu karena jam tidurku selalu dibatasi pada pukul 22.00 malam dan ketika aku bangun sudah pukul 07.00 pagi.
Benar... setiap hari bangun pagi dengan perasaan kebingungan akan cahaya yang masuk dari jendela kamarku—membuatku penasaran bagaimana sosoknya saat mengubah bumi yang gelap gulita menjadi terang benderang. Mungkin keinginanku untuk melihat matahari terbit ini dikarenakan kebiasaanku yang sering melihat matahari terbenam. Momen yang sangat menakjubkan di mana matahari perlahan turun kebawah dan mengakhiri sinarnya dengan sangat indah, saat seperti itu banyak di tunggu oleh siapapun, dan kebanyakan dari mereka suka melakukannya sambil menyeruput segelas kopi. Tapi menurutku orang-orang seperti itu hanya memiliki ketertarikan kepada matahari terbenam, tidak sepertiku yang memiliki ketertarikan terhadap keduanya.
Obsesi yang selama ini kupendam—untuk melihat matahari terbit meningkat seiring waktu, jantungku mulai berdebar-debar dan api semangat berkobar di mataku karena tidak sabar menantikannya. Dalam keadaan yang bersemangat seperti ini mana mungkin aku bisa tidur.
Setelah Berkendara beberapa jam melewati hutan gelap yang sama, akhirnya mobil ini keluar dan melewati gapura bertuliskan 'selamat tinggal' yang disinari oleh lampu jalan, tidak hanya satu lampu—dua? tidak bahkan ada banyak di setiap jalannya, Akhirnya mobil mulai memasuki jalanan beraspal... lampu jalan mulai menyinari bagian dalam mobil, melihat cahaya yang sangat terang seperti itu membuat mataku menyipit karena silaunya, dan secara mengejutkan mataku mulai menyadari kedua orang yang berada di bangku depan.
"Eh... siapa?"
Sontak aku kaget dan bertanya dalam keadaan bingung. Pria yang berkacamata sedang memegang setir mobil, wajahnya terlihat sangat tegas dan tidak ada kerutan di wajahnya, umurnya mungkin sekitar 23 tahun, pandangnya lurus dan fokus ke depan jalanan, aura seseorang yang hebat dan disiplin terpancar dari dalam dirinya meskipun sedikit tidak cocok dengan wajahnya yang masih muda. Di bangku kiri ada seorang wanita muda yang cantik, usianya mungkin sama dengan pria di sampingnya yang sedang menyetir, ia tidur terlalu miring ke samping kanan sehingga aku sedikit khawatir ia bakalan jatuh. tidur dengan wajah yang menyeringai tersenyum membuatku sedikit mengenal sifatnya yang sedikit kekanakan.
"Tapi serius... siapa kedua orang ini?"
Beberapa detik kemudian setelah aku berpikir, perhatianku teralihkan oleh Handphoneku yang bergetar.
"Alarm pukul 00.00 benar... mataharinya!"
Mobil terus melaju dan mendekati perempatan. Di perempatan seperti inilah 'Spot' yang bagus untuk melihat matahari terbit.
lampu lalulintas berkedip-kedip berwarna kuning setiap detiknya. Mobil sedikit melambat untuk berhati-hati melintasi perempatan jalan. Di saat aku menolehkan wajahku ke arah timur ada setitik cahaya yang mendekat dengan sangat cepat, saat itu aku kegirangan melihat cahaya yang muncul dari timur itu, kupikir itu adalah cahaya yang aku nanti-nanti. Namun, senyumanku berubah saat aku menyadari bahwa cahaya itu bukanlah matahari yang terbit... Itu cahaya yang dipancarkan dari sebuah kendaraan besar... Itu Truk! di perempatan ini sebuah truk datang dari arah timur dengan kecepatan tinggi, wajahku mulai berubah menjadi pucat pasi, dengan kecepatan seperti itu tabrakan tidak mungkin dapat dihindarkan. Bunyi klakson dari Truk itu bergema di perempatan ini. Tapi semua sudah terlambat... dari jendela mobil aku melihat cahaya dari truk itu sudah tepat berada di depan mataku... cahayanya membuat pengelihatanku menjadi putih semua. Setelah itu... aku tidak mengingat apapun lagi....