Chereads / _SECRET / Chapter 3 - Day One

Chapter 3 - Day One

Suara alarm terdengar di seluruh penjuru asrama. Sebuah irama yang lumayan memekakkan telinga. Seakan-akan mereka hendak pergi berperang.

"Argh! Sialan! apa-apaan itu! Aku merasa akan pergi berperang!" gerutu Royce yang langsung terbangun ketika irama itu berbunyi. Sama halnya dengan Razz dan Reinel. Mereka berdua sama-sama meregangkan tubuh mereka dan kemudian menutup telinga mereka dengan bantal.

"Hoi! apa-apaan kalian! Ayo Bangun!" seru Royce sambil menarik bantal dan selimut kedua temannya itu.

"5 Menit! " ucap Reinel malas.

"Nope! BANGUUUUUNNNNN! " teriaknya di samping telinga Reinel yang membuatnya mau tak mau segera bangun dan membungkam mulut Royca dengan bantal yang sempat disingkirkan oleh Royce.

"Mmmhhh! Mmmhhhh! " Royce meronta-ronta karena tak bisa bernafas. Razz dengan tenangnya segera berjalan ke kamar mandi. Reinel pun langsung berlari ke kamar mandi lainnya. Sebagai info, setiap kamar memiliki 2 kamar mandi. Royce yang memyadari kedua temannya itu mendahuluinya mendecak kesal.

"Hei! Kalian benar-benar tak punya rasa terima kasih! teman laknat! " umpatnya kesal. Namun ia tak berlama-lama mengomeli kedua temannya itu, ia segera menyiapkan seragamnya sehingga ia tak perlu buru-buru saat kedua temannya sudah siap nanti. Begitu Razz keluar, Royce segera masuk dan mandi secepat yang ia bisa. Jam yang ada di gelang sihir itu menunjukkan kalau ruang makan akan buka beberapa menit lagi. Jika ia tak bergegas, bisa-bisa ia telat dan tidak bisa masuk ke dalam ruang makan karena sudah di tutup. Apalagi semalam ia tidak makan karena terlambat datang. Tentu saja pagi ini ia harus makan! jika bisa ia akan makan dua kali lipat sebagai ganti semalam. Setelah selesai mandi, ia segera keluar dan mengganti pakaiannya dan bersiap seadanya. Asalkan rapi, ia tak peduli yang lainnya. Apalagi jika melihat dua teman laknat yang telah rapi dan sibuk mematut diri mereka di depan cermin.

"Ayo berangkat! Lamban!... "ledek Razz begitu ia siap. Royce mendengus sebentar dan segera mendekati dua orang itu setelah menyemprotkan parfum pada tubuhnya.

"Huh! Sialan kalian berdua! Aku akan membalas apa yang kalian lakukan! " omelnya. Razz dan Reinel hanya mengangguk-angguk remeh.

"Oy... Rein! " sapa Ivan yang juga berjalan bersama teman sekamarnya.

"Oh... kalian juga baru akan berangkat?" tanya Reinel.

"Ya... mau pergi bersama?" tanya Ivan pada kedua temannya. Kedua orang itu tak mempermasalahkan hal itu.

"Bagaimana? " tanya Reinel pada Razz dan Royce. Kedua orang itu pun mengangguk tak masalah.

"Okay... let's go!" seru Ivan senang. Selama perjalanan menuju ruang makan, mereka saling memperkenalkan diri. Anak yang berambut hitam dengan kombinasi hijau bernama Kyle dan anak satunya yang berambut pirang dengan sedikit rambut berwarna biru di ujung bagian kanan bernama Jion.

"Hei... kamar kalian memiliki warna rambut yang fantastis ya?" ucap Royce. Ketiga orang itu tertawa mendengarnya.

"Wah! perkataanmu persis seperti kata-kata Jion kemarin!" ujar Ivan. Mereka tertawa lagi.

"Kalian juga agak aneh... kenapa bisa nama kalian R semua? " ujar Kyle yang juga keheranan.

"Iya kan? apa mereka sengaja ya? " Razz mulai berspekulasi. Entah ada dimana pikirannya saat ini.

"Kurasa tidak... karena kamar lainnya normal-normal saja... " ucap Kyle menyanggah.

"Yah.. anggap saja ini kebetulan yang fantastis..." ucap Reinel menengahi. Mereka tiba di ruang makan yang ramai oleh siswa lain dan segera hendak mengambil antrian. Namun begitu mereka masuk, semua mata tertuju pada mereka.

"Hei! bukankah mereka sangat tampan?"

"Wah! angkatan tahun ini sangat beruntung!"

Dan berbagai kata-kata takjub lainnya. Keenam anak itu segera mengambil antrian tanpa memedulikan seisi ruang makan yang menatapi mereka.

"Bagaimana bisa mereka semua berkumpul seperti itu... "

Royce menyenggol tangan Ivan yang ada di belakangnya.

"Hei! apa yang terjadi? kenapa mereka melihat ke arah kita?" tanyanya panik.

"Kau pikir aku tau? Apa kita salah seragam?" Ivan malah balik bertanya.

"Sudahlah yang penting kita makan dulu! Kalian mau berdiri disini terus?! " ucap Jion yang ada di belakang Ivan. Mereka semua sama-sama tak tahan menjadi pusat perhatian secara tiba-tiba seperti itu. Namun yang bisa mereka lakukan hanyalah bersikap seolah bukan apa-apa dan bergegas menuju tempat duduk yang tersisa. Beruntung Razz berdiri paling depan bersama Reinel. Kedua orang itu sama-sama memiliki karakter yang tenang dan mudah beradaptasi sehingga membuat teman-temannya yang berada di belakang merasa lebih baik saat melihat dua orang itu berjalan dengan penuh percaya diri.

"Wah! Kalian berdua sangat keren! Bagaimana bisa kalian bersikap biasa saja saat mereka semua melihat ke arah kita?!" ujar Royce takjub. Mendengar kata-kata Royce, kedua orang itu menoleh dan menatapnya tajam.

"Siapa yang kau bilang biasa saja?! " ucap mereka bersamaan. Royce menyadari kalau kedua orang itu lebih kaku dari biasanya dan hanya tertawa garing melihat tingkah kedua temannya yang di luar dugaannya. Kedua orang itu tampak tenang di mata orang lain, tapi mereka akan sadar betapa mereka merinding di perhatikan seperti itu. Bukan takut, mereka hanya sedikit membencinya.

"Mereka berdua... seperti anak kembar saja... " ucap Kyle sambil geleng-geleng. Satu-satunya orang yang benar-benar bersikap biasa saja hanyalah Kyle. Ia seperti sudah terbiasa. Sedangkan Ivan, Royce dan Jion hanya tertawa canggung mendengar ucapan Kyle. Mereka pun menyantap makanan mereka hingga habis dan segera berangkat ke kelas.

Tak jauh berbeda dengan saat di ruang makan tadi. Disepanjang jalan pun mereka menjadi pusat perhatian.

"Kelas kita terpisah... Sampai jumpa nanti! " ucap Kyle. Ia berangkat menuju kelasnya bersama Razz yang ternyata sekelas dengannya. Sedangkan Reinel, Royce, Ivan dan Jion ternyata berada di kelas yang sama.

"Padahal angkatan kita ada 5 kelas... tapi kita hanya terpisah 2 kelas... kebetulan yang benar, benar, benar fantastis.... bin aneh!" ucap Royce sambil geleng-geleng.

"Hey! Bukankah pikiran itu tidak berguna? Jalani saja! Kau membuat semuanya jadi rumit... " ledek Reinel.

"Hei! Rein! Kau ingin menumpuk semua kesalahanmu kan?! Aku akan membalasnya berkali lipat!" gerutu Royce kesal. Reinel hanya tertawa lepas mendengar gerutuan Royce yang menurutnya lucu.

"Aww... adik kecil... jangan ngambek ya... " ledek Reinel lagi sambil mengusap kepala Royce yang lebih pendek darinya.

"Argh! Singkirkan tanganmu sialan! Aku akan menjadikanmu adikku jika kau kalah dariku di kelas! Lihat saja nanti!" Ivan dan Jion ikut meledek Royce yang sejak tadi sibuk mengumpat. Keributan mereka menarik perhatian orang-orang yang mereka lewati. Dan begitulah, akhirnya mereka dikenal sebagai -6 cowok tampan yang selalu ribut- di hari pertama mereka bersekolah.