Angel baru saja memasuki kamarnya, dia meletakkan tasnya terlebih dahulu sebelum berjalan menuju dapur guna mengambil segelas air untuk menghilangkan rasa dahaganya. Melegakan ketika satu hari menjalani aktivitas di sekolah, dan saat ini akan melepaskan semuanya di dalam rumah. Duduk di ruang makan sendirian seraya menatap jernihnya air mineral digenggamannya itu. Beberapa kali minumnya itu sengaja dia goyangkan tanpa alasan. Hingga akhirnya dia habiskan sisa air yang berada di gelas itu.
Langkahnya beralih pada kamar mandi, Angel ingin segera menyegarkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa lengket pada tubuh. Memang hari ini tidak ada mata pelajaran olahraga, tetapi cuaca tadi siang hingga sore ini masih terasa panas. Bahkan, orang yang tidak berlarian pun akan berkeringat. Dia melepas ikatan rambutnya dan menggerainya. Hanya saja, belum memasuki kamar mandi, dia sudah mendengar suara sang ibu memanggil namanya. Dengan segera Angel menghentikan langkahnya dan memutarnya guna menghampiri keberadaan ibunya itu.
Di ruang tengah, sang ibu menyuruhnya untuk menjaga adiknya sebentar, lantaran wanita paruh baya itu akan membuatkan susu. Angel duduk tepat di sebelah sang adik yang menatap ke arah langit-langit ruangan. Angel sendiri juga mengikuti kemana adiknya memandang. Ya, memang hanya langit-langit polos tertangkap kedua netranya. "Apa seusiamu ini sudah bisa membayangkan sepuluh tahun kedepan? Atau kau melihat ada Superman yang terbang di sana?" tanya Angel pada adiknya sendiri.
Dirinya tertawa sendiri, mengetahui jika memang adiknya itu mustahil akan menjawab pertanyaannya. Aroma bayi menyeruak ke dalam indera penciumannya, dilihat dari penampilan adiknya sekarang, bocah mungil itu terlihat sudah mandi. Ada sisa bedak yang menempel pada pipi kanannya. Angel tak akan membersihkannya, karena memang itu terlihat lucu untuk sang adik.
Gemasnya, Angel tak sengaja mendapat pukulan dari sang adik. Pandangan gadis itu langsung terarah pada adiknya. Tidak, dia tidak kesal pada adiknya ini, 'kan sudah dua katakan jika Angel merasa gemas. Pun caranya membalas sang adik adalah dengan memainkan kedua pipi sang adik yang begitu berisi dan kenyal. Sampai terdengar suara teriakan kecil dari sang ibu yang melarangnya untuk terlalu agresif pada adiknya yang masih berusia beberapa bulan itu.
"Angel, kasihan adiknya. Kamu juga belum mandi," kata ibunya yang berjalan ke arah mereka berdua.
Mendengar teguran ibunya itu, Angel hanya tertawa kecil, dirinya langsung bangkit dari tempatnya dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Gadis itu juga telah meletakkan dengan asal pakaian gantinya di atas kasur sebelum benar-benar menenggelamkan dirinya di dalam kamar mandi. Saat inilah kegiatan kamar mandinya dimulai, gadis itu hanya asyik di dalam ruangan itu dengan mengembangkan imajinasinya maupun suaranya. Sampai-sampai ibunya menoleh ketika tengah memberikan susu untuk sang adik.
Sampai sekitar lima belas menit berlalu, akhirnya Angel keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya dililit oleh handuk berwarna cokelat miliknya itu. Dia berjalan menuju kamar dengan keadaan kaki dan tangan yang basah akan bulir-bulir air sisa mandinya tadi. Dengan segera gadis itu mengenakan pakaiannya dan langsung membaringkan tubuh pada ranjang. Angel sampai bersuara ketika merasakan punggungnya yang terasa pegal bisa dihilangkan dengan rebahan seperti ini.
Malamnya, Angel telah selesai makan malam bersama kedua orang tuanya. Dia duduk bersama sang ayah di ruang makan. Gadis itu hanya bermain dengan sendok dan garpu bersih yang tergantung pada gantungannya. Dirinya memutar gantungan itu sampai terdengar suara peralatan makan yang beradu sampai menarik perhatian ayahnya dan menyuruhnya untuk menghentikan kegiatan itu.
"Angel, nanti lepas," tegur sang ayah dengan sangat lembut.
Saat itu juga Angel menghentikannya, dia kembali duduk dengan bersandar seraya melihat sang ayah yang sedang menatap layar ponselnya. Sekilas gadis itu melihat ke arah jam dinding, di sana sudah menunjukkan pukul tujuh lebih, pun Angel berniat untuk menuju kamarnya. Hanya saja, gadis itu mengingat hal aneh yang membuatnya membatalkan niatnya.
"Pa," panggil Angel dan langsung membuat sang ayah berdeham. "Di kelasku itu ada peraturan yang sangat tidak masuk akal. Pejabat kelas membuatnya tanpa persetujuan lainnya," kata Angel.
"Pejabat kelas?" sang ayah menekuk kedua alisnya ketika bingung dengan istilah itu.
"Iya. Seperti ketua kelas, wakil, sekretaris, dan bendahara. Mereka semua membuat peraturan tanpa bertanya pada teman-teman sekelasnya,"
"Memangnya peraturan seperti apa?"
"Ada beberapa yang dibenci, salah satunya adalah duduk dengan kedua tangan yang terlipat rapi," kata Angel yang memberikan satu contoh peraturan kelasnya.
Ayahnya hanya diam dan mengerjap beberapa kali sebelum menarik kedua sudut bibirnya dan mengeluarkan pendapatnya. "Bukankah memang sudah seharusnya seperti itu? Agar kelas juga terlihat rapi," balas sang ayah.
Angel terdiam, rasanya ia salah menceritakan peraturan kelasnya pada sang ayah. Gadis itu saja sampai membuang nafasnya setelah sang ayah mengutarakan kalimatnya. Bahkan, tubuhnya kembali dia sandarkan dengan kedua tangan yang terkepal di atas meja.
"Iya, tapi tidak perlu ditulis dan dipajang pada dinding kelas juga,"
Selama di ruang makan, ayahnya hanya memberikan respon sekenanya, yang justru membuat Angel sedikit merasa sia-sia untuk menceritakan hal yang dia alami di sekolahnya. Lantas gadis itu memilih untuk langsung masuk ke dalam kamarnya, berniat kumpulan capitan dan menata ulang buku-buku yang besok akan dia bawa ke sekolah. Gadis itu mengeluarkan semua buku yang telah dia tata rapi di dalam loker bukunya. Angel juga memilih satu per satu buku yang sekiranya akan dia bawa besok pagi sesuai dengan mata pelajaran.
Barulah dia mengambil tas dan mengeluarkan semua bukunya. Beberapa buku yang besok masih digunakan dia letakkan di sebelahnya untuk memisahkan dengan mata pelajaran yang besok tidak digunakan. Dia menyadari buku catatannya yang tadi dipinjam oleh Edwin memiliki ketebalan berbeda dari buku catatan yang lain. Karena penasaran, akhirnya Angel mengamati dari bagian luar. Seperti ada sesuatu yang mengganjal salah satu halamannya.
Jarinya telah bergerak dan memasuki tempat yang terdapat ganjalan. Sampai begitu halaman itu terbuka, kontan Angel melempar bukunya menjauh dari dirinya dengan teriakan yang cukup keras. "Cicak!!" teriak Angel.
Kendati cicak yang berada di dalam bukunya telah mati, tetapi tetap saja terdapat bekas dari cicak itu yang menempel pada bukunya. Dia sungguh kesal pada Edwin, lantaran bukunya menjadi kotor. Sudah tahu dia dan Edwin tidak bisa akur, anehnya Angel juga tidak mengambil bukunya secara diam-diam dari tas laki-laki itu. Dan Angel harus menulis catatannya ulang, lantaran tak ingin membiarkan bekas cicak mati tersebut menempel pada bukunya.
"Dasar laki-laki itu! Akan aku balas perbuatannya!" kesal Angel dengan mengepalkan kedua telapak tangannya, serta dengan rahang yang menegas hingga menimbulkan suara gemertak pada giginya.