Chereads / Asmaraku bersama Bodyguardku vs Suami Bohongan / Chapter 10 - Janji bertemu dengan Edi.

Chapter 10 - Janji bertemu dengan Edi.

".. Dan dengan wewenang yang diberikan kepada saya oleh Negara, saya sekarang menyatakan Anda berdua sebagai suami dan istri. Anda boleh mencium Mempelai Wanita Anda!" ujar penghulu yang menikahkan kami didepan teman- teman dekat Tommy yang hadir dipernikahan kecil kami di Singapura.

Kami berciuman untuk pertama kalinya dalam status suami dan istri, dan tepuk tangan meriah langsung terdengar saat kedua bibir kami menyatu dalam ikatan suci.

‐-------

"Sayang.. Aku baru sadar.. Kamu sengaja membiarkan aku mau pura- pura suka dijodohin sama Edi agar kamu bisa nikahin aku ya??" ujarku kepada Tommy diranjang kami setelah kami berhubungan badan untuk pertama kali dengan status baru kami sebagai sepasang suami istri.

"Yah.. Ketahuan caraku.. Terus bagaimana dong sayang?" ujar Tommy sembari tersenyum.

"Kamu emang pintar strategi ya.. Aku yang masih ragu kamu bikin hamil anak kamu dan menikahi kamu.. Terus.. Nanti pulang kita akan ngomong ya sama papa mama?" pujiku kepada suamiku itu dan menanya kelanjutan paska kami sudah resmi menikah.

"Ngomong apa? Ya enggak lah.. Sesampai di Indonesia kita segera menemui Edi untuk membahas masalah pernikahan palsu kalian dan membuat perjanjian pranikah.." ujar Tommy menjelaskan rencana selanjutnya setelah kami resmi menikah.

"Hah?? Kamu serius kita mau meneruskan sandiwara perjodohan ini? Terus kita bagaimana?" ujarku yang masih ga paham rencana dan strategi Tommy.

"Intinya.. Kamu harus menikah setahun dua tahun dengan Edi. Setelah itu kalian bercerai.. Kita harus menjebak Edi agar dia ketahuan selingkuh.. Laki- laki mesum seperti itu kalau sudah melihat selangkangan aku yakin mudah tergoda dan gampang hilang akal." ujar Tommy mulai mengungkap rencana dia

"Jadi setelah menikah, kita sewa asisten rumah tangga yang cantik dan seksi, supaya bisa menggoda Edi. Aku akan kasih uang lebih agar perempuan yang kamu pekerjakan biar mau menggoda Edi. Setelah Edi tergoda dan mulai terjasi perselingkuhan, kita akan jebak dan foto bukti perselingkuhan dia dengan asisten rumah tangga itu lalu kamu bersandiwara ngadu ke mama bahwa Edi tidak setia." lanjut Tommy meneruskan ide rencananya.

"Ok.. Tapi gimana cara menceraikannya? Kan aku tahu dia selalu selingkuh dengan banyak wanita.. Sepertinya ga masuk akal juga kalau aku ngadu ke mama sedangkan ia sendiri memang selalu melakukan dengan banyak wanita dari sebelum kita jalankan pernikahan palsu ini, bisa- bisa dia membongkar hubungan kita." tanyaku karena menurutku ada sesuatu yang kurang tepat terkait menjebaknya semudah itu.

"Hmmm.. Benar juga ya.." ujar Tommy sembari mulai merenung memikirkan strategi lain.

Kami diam dengan pikiran masing- masing, mencoba mencari ide bagaimana cara membuat Edi bisa bercerai denganku. Tiba- tiba aku mendapat ide cemerlang bagaimana agar Edi bisa aku ceraikan tanpa ia bisa protes.

"Aku ada ide sayang!!" ujarku kepada Tommy.

"Apa sayang.. Ceritakan kepadaku" tanya Tommy antusias.

"Jadi, kita bikin perjanjian pranikah adalah dia boleh selingkuh dengan siapapun dengan syarat perempuan yang disetubuhi tidak boleh hamil, kalau hamil berarti perjanjian batal. Kedua, dia tidak boleh melakukan kekerasan fisik kepadaku, kalau itu terjadi berarti perjanjian batal.. Bagaimana ideku ini?" ujarku kepada Tommy mengenai gagasanku agar bisa menjebak Edi dan juga sekalian meminta pendapat mengenai usulanku itu.

"Luar biasa.. Aku setuju.. Besok kita pulang ke Aceh.. Setelah sampai ke Aceh ajak saja Edi bertemu dengan kita. Bagaimana?" ujar Tommy kepadaku.

"Oke kita minta Edi untuk bertemu dengan kita membahas ini. Oh uda jam 12, besok pagi- pagi kita harus beberes sayang.. Sebaiknya kita istirahat agar tidak kesiangan bangunnya" kataku sembari melihat jam di lengan kiriku.

"Iya.. Ok.. Selamat bobo sayangku.. Mmmuach" ucapnya sembari mencium bibirku penuh kasih sayang.

‐-------

"Halo.. Edi.. Apa kabar.. Gue baru sampai Indonesia.. Lu hari ini sibuk ga bro?" tanyaku kepada Edi via telepon selular.

"Halo Nirmala.. Ngga.. Ngga sibuk.. Ada apa?" tanya Edi dari ujung akhir sisi saluran teleponnya.

"Begini.. Gue mau ketemu.. Terkait ada kabar penting dan ini terkait perjodohan kita yang harus aku sampaikan secepatnya.. Gimana? Lu ada waktu?" tanyaku langsung ke inti masalah ke Edi.

"Bisa.. Jam 7 malam ya, di hotel Kusuma Indah milik pamanku." ujar Edi menyarankan ketemu di hotel butik berbintang 4 yang baru dibangun 2 tahun terakhir oleh keluarga besarnya.

"Oke.. Deal.. Kami akan kesana." ujarku kepada Edi.

"Oke Nir.. Gue tutup dulu ya, gue mau ada rapat bentar lagi. Bye" ujar Edi menyudahi pembicaraan.

"Gimana yang.. Apa kata Edi?" tanya Tommy sembari menyetir mobil yang kami bawa dari rumah ke kantorku yang sudah hampir sampai beberapa meter lagi.

"Dia setuju ketemu.. Nanti malam jam7 di hotel Kusuma Indah.." ujarku.

"Oke.. Aku setelah antar kamu langsung ke bengkel ya.. Selesai urusan bengkel, aku belanja keperluan sehari- hari yang sudah habis di rumah lalu baru jemput kamu jam empat dari kantor." ujar Tommy setelah sampai di lobi kantor.

"Oke sayang.. Nanti aku tunggu kamu" ujarku kepadanya sebelum turun dan meninggalkannya untuk bekerja.

Aku bekerja memeriksa laporan dan menandatangani laporan yang diberikan oleh anak buah- anak buahku. Karena sudah aku tinggal lama hampir sebulan sejak aku pergi ke pameran dan lanjut berlibur di Singapura, banyak sekali dokumen yang aku harus periksa dan tanda tangani, sehingga tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 6 sore.

Sadar aku sudah kesorean karena fokus dengan kerjaanku, aku segera menghubungi Tommy yang rupanya sudah datang dan menunggu di ruang penjaga keamanan di lantai dasar sejak jam setengah empat. Selama di kantor, Tommy memang selalu duduk dan menunggu di ruang penjaga keamanan, karena selain sebagai bodyguard, ia juga diberi tanggung jawab sebagai kepala keamanan ditempatku bekerja.

Setelah mengetahui bahwa Tommy sudah berada di kantor, aku segera membereskan barang- barangku lalu bergegas turun ke lantai dasar untuk menemui Tommy.

"Pak Tommy.. Segera ambil mobil, saya ingin pulang" ujarku bersikap formal karena di kantor tidak boleh ada yang tahu kalau aku punya hubungan dengan Tommy.

"Siap ibu. Izin mengambil mobil. Ibu silahkan tunggu di lobi." ujar Tommy lalu berlari keluar dengan sigap mengambil mobil untuk menjemputku.

Setelah Tommy membawa mobilku ke lobi aku segera naik dan duduk di kursi penumpang. Lalu aku segera meberitahu Edi via whatsapp kalau kami sebentar lagi menuju ke tempat pertemuan.

"Kita sepertinya langsung ke hotel ketemu Edi ya sayangku.." ujar Tommy.

"Iya sayang.. Aku juga mau bilang begitu. Ini Edi juga sudah aku kirimi pesan. Tapi ada masalah."

"Masalah apa?" tanya Tommy bingung.

"Dia mau membahas kesepakatan itu 4 mata tanpa ada orang lain termasuk kamu. Alasannya karena masalah perjodohan adalah urusan aku dengan dia, sehingga ia tidak mau ada pihak lain ikut campur. Bagaimana menurutmu?"

"Oke ga masalah.. Aku akan berjaga di depan ruangan tempat kalian bernegosiasi" ujar Tommy.

"Dia maunya berdiskusi di kamar tidurnya bukan di ruangan pertemuan.. Alasannya kalau diruang pertemuan akan janggal karena orang hotel tahunya aku dan dia berpacaran."

"Tidak apa- apa.. Aku akan berjaga disekitar situ, semua kan juga tahu aku bodyguardmu" ujar Tommy dengan santai sembari mengendarai mobil yang kami gunakan.

‐-------

"Halo.. Edi.. Kamu dimana?" tanya aku via sambungan telepon ponsel di depan pintu lobi hotel sembari menunggu Tommy memarkirkan mercy e-classku di depan lobi

"Kamu langsung aja ke atas.. Minta kartu akses ke resepsionis, mereka akan langsung kasih kamu kartu akses tanpa kamu perlu bicara apapun" ujarnya memanduku untuk menemuinya ke kamarnya.

"Oke.. Aku akan kesana" ujarku setelah melihat Tommy sedang berjalan menuju diriku keluar dari mobil kami.

Aku berjalan ke meja resepsionis, dan langsung disambut oleh mereka dan diberikan kartu akses. Setelah aku menerima kartu akses, aku segera menuju ke lantai 15 bersama Tommy untuk menuju kamar 1510 tempat Edi menunggu. Sesampai didepan pintu kamar 1510 aku membuka pintu kamar lalu memberikan kartu aksesku kepada Tommy agar ia bisa masuk ke kamar bila diperlukan baru kemudian aku masuk ke kamar itu.

"Halo Nirmala.. Apa kabar.." ujar Edi yang duduk disofa ruangan tamu kamar 1510 menggunakan jubah mandi hitam seperti baru selesai mandi.

Kamar yang dipakai Edi untuk bernegosiasi denganku rupanya adalah kamar eksekutif suite yang mempunyai ruangan tamu selain ruang tidur diruangan lebih dalam.

"Baik Edi, kamu baru selesai mandi?" tanyaku kepada Edi.

"Iya.. Biasalah baru selesai olahraga ranjang sama perempuan cantik, rasanya ada yang kurang kalau sehari tidak 'olahraga'. Silahkan Nirmala, duduk di sofa" ujarnya menjawab sekaligus mempersilahkan aku duduk di sofa yang diruangan itu terdiri dari 2 sofa single dan 1 sofa panjang yang disusun seperti huruf c menghadap ke TV ukuran 42 inchi ditembok seberangnya.

"Baik.." ujarku sembari memilih duduk di sofa single di sisi terdekat dengan pintu keluar, sedangkan Edi duduk di sofa panjang 3 tempat duduk di depan meja tamu dan menghadap ke tv yang sedang menyiarkan film bertema fiksi.

"Kamu bilang ada yang kamu mau sampaikan? Apa itu Nirmala?" ujar Edi langsung ke topik masalah.

"Iya Edi.. Sepertinya kita harus cepat menikah.." ujarku menjawab tanpa basa- basi.

"Hah menikah? Kenapa harus buru- buru?" ujar Edi kaget