Chereads / Asmaraku bersama Bodyguardku vs Suami Bohongan / Chapter 4 - Mama akhirnya berbicara terkait Edi

Chapter 4 - Mama akhirnya berbicara terkait Edi

"Ada masalah yang kebenarannya belum dipastikan, namun kalau benar itu terjadi, kemungkinan akan menjadi beban terberat untuk kita.." ujarku menjawab pertanyaan Tommy dengan muka murung.

"Masalah apa sayang? Ceritakan lah.. Aku sebagai kekasihmu pasti akan berjuang bersamamu untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah- masalah yang menimpa dan menghalangi hubungan kita.." ujarnya sembari memijat- mijat bahuku yang kaku dan tegang karena masalah perjodohan yang diceritakan Edi saat di ruang seminar tadi pagi.

"Sepertinya ga bisa cerita disini.. Terlalu banyak orang dan bisa membongkar hubungan asmara kita.. Aku ga rela bila harus berpisah denganmu" ujar aku kepada Edi dengan mata berkaca- kaca.

"Oke.. Nanti kita bicarakan di kamar hotel. Kamu tenangkan diri ya.. Ga usah terlalu dipikirkan, semua masalah pasti ada solusinya.." kata Tommy dengan bijak dan penuh kelembutan.

Ia meninggalkan aku diruangan, agar tidak ada yang curiga ada apa- apa antara aku dengan Tommy. Setelah ia pergi aku menyelesaikan tandatangan beberapa berkas dan mengawasi jalannya stand perusahaanku dari balik tirai. Setelah semua urusan selesai, kira- kira pukul 12 siang aku pergi meninggalkan tempat acara berlangsung.

‐-------

Aku bersama Tommy pergi ke sebuah restauran brazil ala makan sepuasnya di daerah karet tengsin. Selama disana selain kami menikmati makanan itu, yang hanya dibatasi waktunya selama 90 menit, aku juga menjelaskan masalah perjodohan yang disampaikan oleh Edi saat awal waktu sebelum seminar berlangsung.

Tommy mendengarkan dengan santai sembari menikmati daging 'cupim', yaitu daging sapi dari bagian punuk, makanan ala brazil. Setelah aku selesai menceritakan hal itu, aku meminta respon dan tanggapan terkait masalah itu kepadanya.

"Menurut sayang.. Sebaiknya kamu konfirmasi terkait hal ini dengan mama.. Tapi jangan to the point.. Coba bahas masalah lain, tapi kamu bilang saja kalau kamu ketemu Edi. Kamu agak- agak puji dia, bilang dia baik, ramah dan segala macam. Coba pancing respon dari mama. Kalau sampai kamu pancing ngobrol dengan mama tapi mama sampai kamu habis ide omongan beliau tidak terpancing bicara masalah perjodohan, baru kamu cerita apa yang Edi ceritakan terkait rencana perjodohan. Tapi.. Ga usah cerita kalau dia ga setuju, takutnya dia pura- pura. Aku prediksi, mama juga akan menanyakan reaksimu memancing kamu setuju atau ga.. Kamu bicara ngambang aja, terkait fisik dan tingkah kamu ga ada masalah, tapi hati karena kamu belum kenal jadi belum berani memutuskan tapi.. Bersedia menjalani dulu untuk mengenal lebih jauh.." saran Tommy panjang lebar terkait masalah perjodohan.

"Kamu setuju aku berjodoh dengan dia?!!" ujarku kaget karena dari tanggapannya seperti Tommy tidak masalah aku dijodohkan dengan Edi.

"Ngga.. Aku ga setuju. Tapi kalau kamu ga pura- pura setuju ya hubungan kita akan ketahuan dan bisa saja kamu dipaksa menikah dengan Edi. Kecuali kamu siap kawin lari denganku.. Kan selama ini aku ajak kamu kawin lari kamu ga mau.." ujarnya menjelaskan.

"Hmmm.. Oke.. Aku akan ikuti saranmu.. Moga- moga prediksi kamu benar. Ayo kita lanjutkan makan lagi, aku ingin mencoba nanas panggang, katanya itu keunikan dari Restoran ala Brazil" ujarku akhirnya memutuskan setuju dengan saran Tommy lalu mengalihkan pembicaraan dengn mengajaknya melanjutkan menyantap hidangan- hidangan yang disajikan.

Memang aku akui aku tidak berani kawin lari bersamanya, aku memang sayang dan cinta dengan Tommy, tapi aku juga sayang Mama dan Papaku. Apalagi mereka selalu memberi apa yang aku mau, dan aku tumbuh menjadi perempuan yang sangat manja dan sangat tergantung dengan orangtuaku dari kecil.

Selesai menyantap hingga puas semua hidangan kami pulang kembali ke hotel, selama perjalanan aku mulai memikirkan apa yang akan aku sampaikan dan utarakan ke mama, karena kalau aku biarkan bisa- bisa jadi masalah ke depannya.

‐-------

"Halo sayangku Fatemah.." jawab Mama via panggilan telepon saat aku meneleponnya malam itu.

"Halo Mah.. Gimana disana? Mama sehat? Udah makan Mah?" tanyaku kepada mama saat teleponku ke Mama sudah tersambung.

"Puji Tuhan.. Baik Sayang.. Sudah, tadi makan dimasakain sama Bi Sum" ujar mama menjawab.

"Syukurlah.. Jangan lupa makan ya Mah.. Tar lambungnya bermasalah lagi.. Kalau mama sakit dan dirawat di RS lagi kan Mala sedih"

"Iya nak.. Tenang aja.. Mama sudah kapok masuk RS"

"O iya Mah.. Tau ga aku bertemu siapa tadi pagi?"

"Ketemu siapa nak?" tanya mama dengan nada penasaran.

"Pak Edi Wirya Kusuma Mah.. Wakil direktur PT Kusuma Jaya itu lho" ujarku dengan nada pura- pura bahagia.

"O ya?? Beliau ikut juga di acara pameran? Ada cerita apa dengan Pak Edi" tanya mama kepadaku.

"Iya.. Kami ketemu pagi saat seminar berlangsung. Kebetulan dia duduk disampingku, jadi kami sepanjang seminar ya banyak berbincang- bincang Mah.."

"Wow.. Begitu rupanya? Ngomongin apa aja nak?" Tanya Mama antusias.

"Banyak Ma.. Dari kenapa dia pindah profesi dari pembalap menjadi pengusaha. Selera musiknya.. Hobi dan kesukaannya.. Banyak si Mah.." ujarku meringkas apa saja yang kami bicarakan.

"Jadi? Apa hobinya?" tanya mama kepadaku.

"Dia suka otomotif, walau sudah ga menjadi pembalap tapi tidak menghentikan kesukaannya dalam memodifikasi mobil" ujarku menjawab lancar hobi Edi karena sudah mencari tahu di internet mengenai serba serbi Edi.

Aku cukup beruntung karena Edi namanya sempat hits dan terkenal karena prestasinya di dunia balap, dan hebohnya kecelakaan yang menyebabkan ia mundur maka ia masih cukup ngetop dan dianggap sejajar dengan artis. Bahkan instagramnya termasuk akun 'verified' dengan puluhan ribu follower apalagi pasca ia menjadi makin ganteng dan badannya cukup oke sebagai seorang pria yang sangat atletis.

"Hooo gitu.. Bagaimana dengan musiknya?" tanya mama kepadaku yang sepertinya penasaran.

"Musik kesukaannya kpop.. Terutama Black Pink dan BTS Mah.."

"Wah.. Kamu berdua memiliki selera musik yang sama ya? Kamu kan apa tuh tentara? NAVY?" ujar mama yang tahu bahwa aku anggota ARMY atau fans BTS.

"ARMY mah.. Iya sama mah.." kataku mengkoreksi kata- kata Mama.

"Ah.. Iya.. ARMY.. Menurut kamu gimana si Edi secara penampilan?" ujar Mama mulai menjurus.

"Ya.. Ok si mukanya.. Ga malu- maluin lah kalo diajak ke acara.. Walau gantengan Taehyung" ujarku pura- pura menyukai mukanya.

"Hoo gitu.. Mala.. Mama mau ngomong masalah Edi.." ujar Mama dengan suara serius secara tiba- tiba.

"Ngomong apa Mah?"

"Jadi.. Sejak sebulan yang lalu Mama sering ke PT Kusuma Jaya di bidang Tekstil.. Selain memproduksi makanan mereka kan juga memproduksi bahan kain yang bagus untuk jadi baju olahraga atau baju outdoor.. Bahkan sering dipakai sebagai bahan untuk perusahaan olahraga di olahraga sepakbola dan Basket dunia. Nah, Paman Kandung Edi.. Pak Jatmiko sangat senang dengan kerjasama dengan perusahaan kita. Bahkan beberapa kali Mama diundang ke acara makan keluarga. Disitulah Mama diperkenalkan dengan Edi beserta keluarganya. Setelah beberapa kali berbicang akhirnya mereka cerita Edi sampai sekarang masih bujang dan belum mempunyai pasangan walau sudah pantas untuk menikah dan orangtuanya ingin segera menggendong cucu. Dan mereka bertanya tentang anak Mama.. Yaitu kamu, mereka kaget perempuan secantik kamu masih single dan belum pacaran dan memberi usulan bagaimana kalau memperkenalkan Edi dengan kamu. Mama sih bilang ke mereka kalau mama ga pernah maksa kamu, terserah pada kamu, tapi Jatmiko tidak sengaja mendengar usulan orangtua Edi, dan malah mendukung usulan mereka bahkan bersedia akan menyerahkan 1/3 saham miliknya untuk kita andai kamu bersama Edi. Ya secara bisnis jelas tertarik, tapi kamu anak mama satu- satunya.. Mama ga mungkin mengorbankan kamu demi kepentingan Mama. Walau menurut mama pribadi Edi sangat bagus dan layak untuk kamu. Kalau misalnya Edi ngajak kenalan dan lebih dekat sama kamu bagaimana?" ujar Mama kepadaku panjang lebar yang akhirnya terpancing juga dengan 'pancingan' aku sesuai saran Tommy mengenai masalah mengorek berita perjodohan.

Dari sini aku tahu berita yang disampaikan Edi kepadaku benar, dan sesuai saran Tommy ada baiknya aku mengikuti permainan ini karena masih ada kemungkinan Edi bohong terkait bahwa dia menolak perjodohan ini.

"Ya boleh aja.. Kalau dia mau ya aku ga masalah buat jalanin dulu untuk kenal dia lebih lanjut.. Kalau dia mau ya.. Apalagi aku belum tahu lebih dalam tentang sifat dan perilaku dia.. Kalau memang cocok secara kepribadian dan komunikasi dan memang sama- sama suka aku oke- oke aja. Apalagi ini menguntungkan juga secara bisnis. Ini kan seperti sekali dayung dua tiga pulau terlampaui." ujarku pura- pura setuju.

"Thanks God.. Mama senang kalau kamu mau mencoba dulu. Kamu emang anak yang luarbiasa.. Mama sayang banget sama kamu.." ujar Mama tampak lega dari suaranya mendengar aku setuju.

"Iya Mah.. Ganteng juga kok Edi.. Kalau jelek baru aku tolak. Mah udah dulu ya.. Aku ngantuk.. Mau bobo.. Udah jam 9 malam ni.." ujarku berusaha menyudahi pembicaraan Mama denganku karena aku sudah mendapat informasi yang aku butuhkan.

"Ok sayang.. Bye.. Bye.. Sayang kamu sayang.. Bobo yang nyenyak ya Fatemah anakku" ujar mama setelah itu mematikan hubungan telepon kami.

"Kamu udah denger? Terus selanjutnya apa sayang?" ujarku kepada Tommy yang berbaring disampingku sembari mendengarkan pembicaraan aku dengan Mama karena aku memakai mode pengeras suara dari telepon selularku sehingga Tommy bisa mendengar semuanya.

"Kita lihat dulu bagaimana sebenarnya si Edi ini dulu. Kalau benar ia tidak setuju maka aku ada ide menarik. Tapi kalau ia rupanya pura- pura lebih mudah. Kamu tinggal bikin dia jadi hilang perasaan saja dari kamu sehingga ia yang memutuskan ga mau meneruskan perjodohan kalian.. Oke?" ujar Tommy memberikan aku pendapat.

"Oke kalau dia pura- pura. Kalau dia memang ga setuju?" tanyaku kembali.

"Biar aku yang urus, nanti aku akan muncul dan mengaku jujur kalau aku pacarmu.. Kamu lihat saja sayang.. Pokoknya kamu tinggal terima beres" ujarnya sembari mulai menciumi leher, tengkuk dan telingaku mencoba merangsangku.

"Ougghh.. Ok Aku percaya kamu.." jawabku sekaligus mulai terangsang yang akhirnya malam itu kami melampiaskan birahi kami hingga beberapa ronde seperti malam- malam sebelumnya.

‐-------

"Halo.. " ujarku mengangkat panggilan telepon selular dari nomor telepon selular yang tidak aku kenal pagi itu.

"Halo.. Apa benar saya bicara dengan bu Nirmala?" tanya suara laki- laki yang sepertinya familial namun aku masih tidak bisa menebak siapa yang menghubungiku.

"Benar. Dengan saya sendiri" ujarku singkat.

"Nirmala.. Edi ni.. Orangtuaku tadi pagi menelpon terkait masalah perjodohan. Gue butuh ngomong sama lu ditempat privat secepatnya? Lo ada waktu ga hari ini?" ujar penelepon dari nomor yang tidak aku kenal yang rupanya adalah Edi Wirya Kusuma dengan nada gelisah dan seperti terburu- buru.

"Bisa.. Siang ini aku kosong. Mau bicarain apa? Ketemu dimana?"

"Nanti saja.. Aku kirim lokasi gps posisiku untuk pertemuan kita siang nanti.. Aku mohon kamu datang sendiri ya.." ujarnya kepadaku yang akan memberitahu tempat kita akan bertemu melalui lokasi gps" ujarnya.

"Wah ga bisa kalau sendiri. Aku harus ditemani bodyguardku.. Aku masih trauma kemana- mana sendiri" ujarku menolak bertemu hanya berdua.

"Oke.. Kamu boleh bawa bodyguardmu. Tapi dia agak jauh duduknya ya?" pinta Edi memberi syarat kepadaku.

"Oke.. Dengan syarat dia boleh memeriksamu dahulu sebelum dia memantau agak jauh dari kita" ujarku kepada Edi.

"Deal.. Ok.. See you soon ya.. Bye" ujar Edi mematikan hubungan telepon antara aku dengannya.

"Dari Edi ya yang?" ujar Tommy yang berada disampingku dari tadi.

"Iya sayang.."

"Oke.. Kita lihat apa mau dia.." ujar Tommy lalu mencium pipiku.

"Iya.."

"Yuk mandi.. Udah jam 8 sayang.. Kata kamu mau melihat pekerjaan anak- anak di stand" ujarnya mengingatkanku.

"Oke.. Yuk" ujarku.

Kami akhirnya pergi mandi bersama yang sembari diselingi permainan asmara disela- sela aktivitas mandi kami berdua.