Wanita cantik bertubuh sempurna itu ialah Vesya Mandasari berusia 21 tahun, wanita berkulit mulus, tubuh bak puteri bangsawan kalau para pria katakan, banyak disukai para pria berbagai bentuk tubuh. Banyak pria yang mengejarnya di luar sana, tentunya pria yang kaya dan tampan.
Tidak banyak yang menarik tentangnya, Vesya hanya wanita biasa dari kalangan pun yang biasa saja. Vesya wanita yatim piatu, sang ayah sudah meninggalkannya ketika usia 8 bulan dan sang ibu harus berjuang sendirian menghadapi kerasnya hidup. Saat usia Vesya berusia lima tahun Ibunya pun meninggal dunia. Semua pahit dan kerasnya hidup sudah ia rasakan sejak kecil.
Seperti biasa, hari ini ia mendapatkan job pekerjaan yang begitu menyakiti batin, jiwa serta raga. Tapi Vesya melakukan selalu menebarkan semangat, tanpa mengeluh sedikit pun, karena kalau mengeluh mau sama siapa? ia tidak punya tempat pengaduan, semuanya dihadapi seorang diri.
"Baiklah, Vesya, lakukan rutinitas seperti biasamu." Senyuman tercetak indah dari bibir ranumnya.
Vesya mulai memoles wajah dengan foundation dan menempel di wajah sedikit menebal agar tahan lebih lama, softlens yang hampir setiap hari ia lengketkan ke manik mata, bulu mata palsu yang menampilkan area mata kian cantik, polesan eyeliner hitam yang membuat mata lebih menyipit seperti gadis korean k-pop. Lipstick berwarna merah cabe terang, maskara agar bulu mata lebih lentik, dan terakhir Bloshon membuat pipi terlihat merona menarik.
Vesya menatap tubuh rampingnya di kaca rias kamar.
"Sempurna," ucapnya tersenyum.
Kali ini tamu Vesya, pria penting dan paling special, dia pria yang sudah menikah dan memiliki dua orang anak, tampan, dia adalah campuran Chinese-Indonesia. Vesya selalu bersemangat kalau pelanggan yang ingin memilikinya adalah pria itu. Ya, pria bernama Lie Hans memiliki aura maskulin, kulit terawat bersih. Lie adalah pria kriteria yang VVesya ingin dan dambakan, ia mencintai pria beristri tersebut.
Membooking hotel ternama itu, ia masuki hotel itu dengan anggun bersamaan dengan Lie. sesampainya dikamar, Vesya langsung mengambil alih kotak rokok miliknya, mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusan rokok Lie. Lie tersenyum miring menatap. Vesya mengisap rokok itu dengan binal sembari mengerdipkan mata pada Lie.
"Kecantikanmu dari dulu sampai sekarang, nggak pernah berubah Vesya, aku nggak akan pernah bosan meniduri bahkan jika harus memandangmu selama bertahun-tahun." Goda Lie dengan suara pelan penuh hasrat.
Setelah menatapi tubuh atletisnya berdiri, dengan memakai kemeja putih jelas saja membuat birahi Vesya meledak ingin segera dimasuki Lie, betapa sempruna tubuh yang dimiliki Lie. Vesya berdiri masih mengisap rokok yang masih panjang sembari memberinya kecupan kecil yang hangat membuat Lie mengembuskan napas nafsunya yang mulai menggeliat.
"Lie, katakan kamu ingin gaya seperti apa di ranjang?" Vesya menggoda sembari mencium bibirnya sembari menjatuhkan rokok dan memijak dengan sepatu high heels.
"Maumu sayang?" tantang Lie dengan agresif menciumi leher.
Vesya yang tidak ingin cepat-cepat orgasme, malah ingin memuaskan Lie malam ini lebih lama, semua harus sempurna Vesya sudah bertekat dalam hati. Ya, semuanya ini ia lakukan karena ingin selalu memberikan terbaik untuk Lie.
Perlahan Lie mulai melepaskan blouse baju putih dikenakan Vesya, dada yang bersih terlihat masih dibaluti dengan celana dalam berwarna merah karna ia memakai lingerie pink membuat Lie semakin menggila menggerayangi, sungguh menggelitik tubuh frustasi mulai meronta menginginkan Lie. Tangan kokoh itu melepaskan lingerie kemudian melepaskan stocking hitam yang melilit di tubuh Vesya secara paksa penuh gairah.
Tubuh molek bahkan begitu terawat kini sangat jelas terpampang di hadapan pria yang begitu ia sayangi dan cintai, Vesya memang menggilai Lie. Dengan gerakan cepat, pria itu sudah melepaskan perlengkapan yang melekat ditubuh Vesya. Tampak pasangan lawan jenis tersebut terlihat seperti bayi yang tidak dibalut dengan apapun, begitu polos.
Lie menindih, menciumi segala aspek ditubuh hingga menciptakan ciuman-ciuman kecil pada daun telinga. Tercipta rasa nikmat membuat dada sedari tadi sudah mengeras akibat cumbuan Lie yang cukup panas.
"Lie ... kenapa lama memasukkan pusaka berharga milikmu itu? Ayolah, aku sudah tidak tahan," desah Vesya serak.
"Sebentar sayang. Aku masih ingin menikmati tubuhmu yang membuatku gila ini," Lie mengucap parau setengah berbisik.
"Aku ingin orgasme," desak Vesya lagi meringis dipenuhi kenikmatan saat Lie mengecup buah dada Vesya sembari tangan kanannya meremas dengan lembut.
Yang benar saja gairah Vesya semakin ingin meledak, kenapa Lie memperlambat? Vesya mulai melemah karena cumbuan pria itu. Tentu menguras energi yang terpendam sedari tadi dengan susah payah. Lie menghentikan aksi dan menatap wajah bening Vesya sambil tertawa melihat wajah wanita yang sudah sangat bernapsu, merona karena tawanya itu apalagi dengan ucapannya memohon agar segera memasuki, walau pun ia tahu sudah biasa memaksanya dalam hal apapun apalagi di ranjang.
Lie kembali melakukan pemanasan, kini terlihat pusakanya yang sudah sangat keras itu seakan memberitahu akan segera masuk tanpa alasan lagi.
"Kamu siap?" Lie dengan suara seraknya.
"Kapan pun kamu inginkan, aku selalu siap," balas Vesya dengan mata tertutup. Vesya terlalu menikmati pemanasan itu.
Tubuh atletis Lie mulai menindih sedikit sarkas, mengarahkan pusakanya, Vesya yang mengerti membuka lebar kaki membiarkan menikmati puncak dari keintiman yang membuat siapa saja tergila-gila dengan tubuh indahnya. Dengan hentakan sedikit keras, Lie sudah memaksa masuk,
Astaga!
Napsu Vesya akan meledak-ledak sekarang.
Alunan tubuh mulai naik turun, ritme teratur karena pengalaman Lie yang sudah banyak apalagi Lie sudah memiliki istri cantik, bahkan pria itu telah memiliki sepasang anak yang kini mulai beranjak besar. Sudah pasti dalam hal di ranjang Lie sangat menguasai. Dengan binal Lie memposisikan tubuh Vesya ke atas tubuhnya, Vesya mendesah nikmat.
Gerakan yang mulanya melambat, semakin ritme penuh guncangan di ranjang berderit. Hentakan keras, tekanan pusaka semakin mempercepat apalagi saat ini posisi tubuh mereka posisi misionaris.
Guncangan itu semakin dahsyat bahkan dada Vesya bergetar karena gerakan naik turun itu seperti melajukan sebuah mobil dengan kecepatan tinggi, tahu dong gimana rasanya? Begitu nikmat sampai di ubun-ubun. Vesya semakin mengencangkan suara merintih antara nikmat juga merasa kelelahan.
Vesya sudah di puncak, semakin mengencangg hingga akhirnya mereka melakukan klimaks bersama-sama. Sungguh klimaks yang luar biasa.
Vesya tersenyum menatap Lie merebahkan tubuh di samping, lalu membalas senyuman sambil mengecup kelopak mata Vesya begitu lembut.
"Kamu hebat," ucap Lie serak menggoda.
"Aku harus memberimu service yang luar biasa bukan? Itu karena aku mencintaimu mas," ucap Vesya menatapnya dalam.
Lie mengubah posisi tubuh yang tadi menyamping kini menatap langit-langit kamar perlahan senyumannya kendur, apakah ada ucapan yang salah?
"Aku juga sangat mencintaimu, tapi kamu tahu 'kan aku sudah memiliki istri dan anak." Lie berucap pelan, membuat Vesya sejenak diam.
"Aku tahu ...," Vesya mulai melemah ikut menatap langit kamar.
"Cepat atau lambat, aku dan kamu akan segera bersatu dalam ikatan rumah tangga."
"Kamu janji?"
"Aku janji," balas Lie memberinya ketenangan.
"Sekarang kamu percaya padaku?" Rentetan kalimat Lie meyakinkan lagi.
"Iya, Lie, aku percaya padamu." Vesya mantap sambil menganggukkan kepala dengan senyuman bahagia.
Lie segera memeluk begitu hangat, menenggelamkan hampir seluruh tubuh ramping Vesya di dekat tubuh atletis pria itu.
"Vesya, aku janji sama kamu aku akan menceraikan istriku secepat mungkin dan aku akan menikahimu."
"Baiklah, aku akan mengingat janjimu. Meski banyak yang memintaku untuk terikat, aku menolak karena aku hanya mau terikat denganmu. Hanya denganmu," balas Vesya penuh semangat dan semakin mempererat pelukan.
"Aku akan berikan apapun yang kamu mau," ucap Lie.
"Makasih Lie .... aku mencintaimu."
Lie tertawa kecil, sambil mencium pucuk rambut Vesya sangat lembut. Harum wangi parfum di tubuh Lie menjalar cepat, maskulin dan membuat Vesya terus tersenyum memikirkan semua janjinya, percaya semua akan indah pada waktunya. Tinggal menunggu waktu saja.
Hening sejenak hingga deringan ponsel Lie berbunyi. Perlahan Vesya melirik Lie sedang mengotak atik ponsel dengan wajah datar, ia tidak ingin mencampuri terlalu jauh karena mungkin saja dari kantor atau klien tebak Vesya menerawang.
Tapi, tidak apa bertanya pelan.
"Dari siapa?"
"Istriku."
"Oh," balasnya melemah.
"Hanya permiintaan sederhana sayang."
"Iya, nggak apa-apa kok," ucap Vesya seakan ia sedang tidak apa-apa, nyatanya ia merasa sakit dan ingin marah.
Apa yang bisa diandalkan dari hidupnya?
Penuh dosa, hina, bahkan hanya dianggap sampah masyarakat. Wanita murahan karena Vesya seorang Pelacur. Hanya Lie saja yang tidak mementingkan pekerjaannya, walau saat ini hubungan mereka begitu rumit tapi setiap doa, Vesya berharap semoga Lie memang jodoh diatur Tuhan.
Bersambung...