Kriing.. kringg.. kring..
Suara alarm berbunyi mengganggu tidur nyenyak sang empu pemilik kamar.
"Haish.. berisik amat ini alarm, ganggu orang bocan aja dah. Gak tau apa orang baru bisa tidur juga."kata Vanya menggerutu, lalu bangkit untuk membersihkan tubuhnya dan bersiap-bersiap untuk berangkat kekantor.
Setelah selesai bersiap, Vanya pun turun kebawah menuju ruang makan
"Selamat pagi ma, pa, dek.."sapa Vanya sambil mencium pipi kedua orang tuanya bergantian.
"Pagi juga sayang/kak."ucap mereka bersamaan.
Vanya pun duduk disamping adik perempuannya dan mulai menyantap sarapannya sebelum berangkat kekantor.
Vanya memiliki seorang adik perempuan bernama Zahira, Zahira yang baru menginjak usia 3 tahun membuat orang-orang menganggap Zahira adalah anak Vanya karena jarak usia mereka yang memang terbilang sangat jauh.
Vanya sendiri tak merasa keberatan tentang tanggapan orang-orang, Vanya adalah tipikal orang yang cuek dengan perkataan tetangga yang julid.
"Vanya berangkat ya, bye."kata Vanya mencium tangan kedua orang tuanya.
"Yaudah hati-hati dijalan."ucap mama Alice memberi petuahnya.
Vanya hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti dengan pesan ibunya.
Sesampainya dikantor, Vanya langsung masuk dan berjalan menuju ruangannya yang berada dilantai paling atas lebih tepatnya bersama CEO perusahaan tempatnya bekerja. Vanya adalah sekertaris CEO pemilik perusahaan, CEO muda dan juga tampan.
Vanya yang baru saja memasukki ruangannya, ia menghela nafas saat melihat begitu banyak berkas laporan pengajuan kerja sama yang akan diserahkan pada bosnya.
'Oke Vanya semangat,batin Vanya memberi semangat diri sendiri.
Vanya segera berjalan menuju mejanya dan mulai bekerja, saat Vany tengah fokus dengan pekerjaannya tiba-tiba saja telepon yang berada dimejanya berbunyi.
"Vanya.. kamu keruangan saya sekarang dan sekalian bawa berkas pengajuan kerja sama yang akan saya tanda tangani."kata seorang laki-laki dari seberang telepon dengan nada dinginnya.
"Baik pak.. segera."jawab Vanya merinding mendengar suara dingin bosnya itu.
Vanya pun menyiapkan berkas yang diminta oleh bosnya, setelah semuanya siap barulah ia beranjak keluar menuju ruangan bosnya yang hanya disekat oleh ruang tunggu. Tak berselang lama, Vanya pun akhirnya sampai didepan ruangan bosnya.
Tokk.. tokk.. tokk..
"Masuk."kata seorang lak-laki dari dalam ruangan.
Vanya yang telah mendapat persetujuan dari sang bos, akhirnya membuka pintu dan masuk.
"Permisi pak.. ini berkas yang bapak minta sebelumnya."kata Vanya sambil meletakkan beberapa berkas pengajuan kerja sama dimeja bosnya.
"Baiklah, terima kasih Vanya.. ooh iya, apa jadwal saya hari ini?"ucap seorang laki-laki sambil mendongakkan kepalanya menatap sekertarisnya.
"Hari ini bapak tidak ada jadwal."jawab Vanya sambil mengecek note dari Ipad yang dia selalu bawa kemana pun.
"Baiklah.. kembali lah bekerja."kata laki-laki itu.
"Baik pak.. saya permisi."sahut Vanya sopan.
Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Sedangkan Vanya yang telah kembali keruangannya kembali mengerjakan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda.
Ruangan CEO
Seorang laki-laki bernama Ansel Mahavir Alister yang kini tengah memeriksa berkas pengajuan kerja sama yang baru saja diantar oleh sekertarisnya. Iya, laki-laki tadi adalah Ansel bosnya Vanya pemilik perusahaan terbesar dan juga terkenal. Tampak Ansel menghela nafas saat melihat betapa banyaknya berkas yang akan ia periksa dan tanda tangani.
"Huft.. semangat Ansel."gumam Ansel menyemangati dirinya.
Saat Ansel sedang sibuk membaca berkas dan sambil menanda tangani berkas, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Ansel pun merogoh ponselnya yang masih tersimpan didalam jasnya, setelah itu Ansel pun melihat siapa gerangan yang menelponnya.
'Mama?'batin Ansel.
"Halo ma.. ada apa?"tanya Ansel saat setelah panggilan telepon tersambung.
"..."
"Harus banget ya ma?"tanya Ansel lagi.
"...."
"Baiklah.. Ansel akan pulang saat makan siang nanti."kata Ansel pasrah, lalu sambungan telepon pun terputus.
Ansel hanya bisa menghela nafas lelah jika sudah menyangkut keinginan sang mama, Ansel tak bisa menolak. Ansel pun kembali memeriksa berkas-berkas yang belum setengah ia kerjakan.
Disisi Vanya
Berbeda dengan Vanya yang tengah fokus mengerjakan proposal laporan, tiba-tiba saja notifikasi dari ponselnya berbunyi yang menandakan jika ada satu pesan masuk. Vanya yang melihat siapa pengirim pesan tersebut langsung membaca pesan yang dikirimkan oleh mamanya.
'Vanya, sebelum makan siang kamu harus sudah ada dirumah. Mama ingin mengenalkan kamu sama sahabat mama dan juga anaknya, dan satu lagi mama tidak menerima penolakan.'itulah isi pesan yang dikirimkan oleh mama Alice.
Vanya hanya bisa menurut dengan permintaan sang mama, Vanya tentu saja tau maksud dari mamanya yang ingin mengenalkannya dengan teman juga anaknya. Perjodohan. Apalagi jikka bukan perjodohan yang akan dilakukan mamanya, salah dirinya juga yang tak kunjung mendapatkan pasangan.
Tanpa membalas pesan sang mama terlebih dulu, Vanya bergegas menuju ruangan sang bosnya untuk meminta izin pulang.
Tokk.. tokk.. tokk..
"Masuk."kata Ansel dari dalam.
"Permisi pak, maaf jika saya mengganggu.."ucap Vanya.
"Ya tak apa.. ada apa Vanya?"tanya Ansel.
"Maaf pak.. saya mau izin pulang ada urusan."jawab Vanya sedikit takut juga ragu.
"Pergilah... tak ada jadwal penting juga hari ini."sahut Ansel langsung menyetujui.
Terima kasih pak.. saya permisi."kata Vanya sambil tersenyum.
Vanya yang telah mendapat izin pun langsung bergegas pulang setelah dia mengambil barangnya terlebih dahulu diruangannya. Sedangkan Ansel, entah kenapa saat melihat Vanya tersenyum hatinya merasa berdesir dan jantungnya berdegub kencang.
'Ada apa dengan jantungku? Lagi pula dia hanya tersenyum sama siapa pun.'batin Ansel
Lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang tinggal satu berkas yang belum selesai, setelah semuanya selesai Ansel pun pulang sesuai keinginan sang mama.
Disisi Vanya
Vanya yang baru saja sampai dirumah, disambut oleh mama Alice dengan senyuman yang merekah seperti bunga yang baru saja bermekaran.
"Sayang akhirnya pulang juga."kata mama Alice tersenyum.
"Ma.. ada apa sih kok nyuruh Vanya pulang"?tanya Vanya penasaran.
"Sayang.. mama mau mengenalkan kamu dengan sahabat mama dan juga putranya, nanti kita akan makan siang bersama dirumah kita."jawab mama Alice sambil membelai rambut panjang putri sulungnya dengan sayang.
"Huhh.. yaudah kalo gitu ma, Vanya kekamar dulu ganti baju."ucap Vanya sambil tersenyum.
'Semoga saja mereka cocok.'batin mama Alice berharap.
Disisi Ansel
Ansel yang baru saja tiba dimansion, langsung dihampiri kedua orang tuanya yang telah selesai bersiap untuk pergi.
"Ayo Ansel... kita berangkat sekarang, mama gak mau terlambat atau membuat mereka menunggu kita."kata mama Alice.
"Iya Ansel, mama mu benar. Jadi ayo kita berangkat sekarang, papa sudah sangat merindukan sahabat papa satu itu."kata papa Vero bersemangat.
"Hah.. iya baiklah."sahut Ansel pasrah.
Setelah memakan waktu selama 20 menit, akhirnya Ansel dan kedua orang tuanya sampai dikediaman mama Alice.
Tokk.. tokk.. tokk...
Takdir itu siapa yang tahu
di antara milrian manusia
di belahan mana pun
jika sudah dirimu takdir ku
di hindari pun akan bertemu lagi