Chereads / Suamiku Siluman! / Chapter 4 - Bab 4 l Raksasa Merah

Chapter 4 - Bab 4 l Raksasa Merah

Bulu kudukku meremang, aku terperanjat seolah ruhku meloncat keluar dari ragaku saking kagetnya. Aku pun membuka kedua netraku saking penasarannya. Meski aku sudah bertekad dalam hati agar tak terkejut lagi melihat penampakan apa pun itu. Namun nyatanya aku tercengang hingga mulutku terbuka dengan mata melotot terbelalak. Kutahan nafas saat mendapati sesosok mahluk setinggi pohon kelapa di depan rumahku dengan kulit seperti buaya berwarna merah pekat. Mata belonya hitam menonjol seperti mau keluar. Empat gigi taringnya keluar seperti monster dengan hidung besar bertindik. Rasanya aku ingin pingsan namun tak bisa, entah kenapa kesadaranku penuh tak tergoyahkan. Padahal saat kulihat sekeliling segala macam mahluk berjajar di sekelilingku. Mulai dari yang sebesar kepalan tangan hingga mahluk terbesar yang tadi di sambut. Kira-kira tingginya 10 meter hingga aku harus menengadah penuh untuk melihat wajahnya.

"Tundukkan kepalamu nyai, jika tidak ingin kepalamu putus saat ini juga," bisik badak ketus di sampingku.

Refleks kutundukkan kepalaku, dan tubuhku langsung tersungkur bersujud menyembah mahluk tinggi besar itu seperti yang dilakukan semua mahluk yang berada di sini.

Seolah ada yang mengendalikan tubuhku. Benar, sepertinya memang ada yang mengendalikan ku. Bagaimana tidak? Jika saja ini dunia manusia jelas aku sudah terkapar tak sadarkan diri melihat segala macam mahluk mengerikan seperti mereka. Lihat pocong di film aja aku sudah tak bisa tidur karna teringat-ingat.

Kuedarkan pandangan diam-diam tanpa mengangkat wajah. Terlihat berbagai jenis jin berkumpul sesuai jenis mereka. Di samping kananku mahluk mungil berwarna hijau seperti goblin, namun seperti kurcaci. Mereka tak begitu menyeramkan saat diam, namun saat menyeringai semua gigi runcing mereka berderet berwarna kuning kemerahan seperti habis memakan daging mentah.

Di sebelah kiri ku, mahluk dengan beraneka ragam bentuk kepala. Sebagian kepala mereka seperti alien, tak jelas. Sebagian berbentuk kepala binatang dengan tubuh manusia seperti badak ketus di sampingku. Namun semuanya memiliki tangan dan kaki.

Sementara di depanku, bertubuh hewan dengan kepala manusia yang menyeramkan. Berambut gimbal seperti ijuk, dengan tubuh ular, kuda, buaya, dan hewan aneh lainnya.

Sekilas aku berpikir mereka seperti mutan yang terkena mutasi genetik. Namun melihat mahluk besar yang mereka sembah, jelas bukan lagi manusia. Mereka bangsa jin siluman.

Mataku sudah tak sanggup melihat mereka, namun mau tak mau aku terus melihatnya. Meski berulang kali kupikir ini semua hanya mimpi, dan kupejamkan berkali-kali pula, tapi aku tak kunjung terbangun dari alam ini.

"Mempelai pria silahkan masuk!" ucap seorang jin pria berkepala pelontos dengan janggut putih menjuntai hingga lantai. Wujudnya seperti penyihir yang sering diilustrasikan di dunia manusia. Namun matanya putih sepenuhnya tanpa kornea.

"Hormat kami pada yang mulia Raden Garda Kastara!" Sembah semua jin sembari bersujud menyambut kedatangan sesemahluk yang katanya mempelai prianya.

Penasaran, kuangkat wajah melihat ke arah kedatangan sosok itu. Kulihat sesosok mahluk berukuran manusia berjalan mengenakan topeng dan veil pengantin berwarna hitam, lengkap dengan jubah kerajaan. Sejenak aku tertegun, cara jalannya terlihat berkharisma. Namun kugelengkan wajah dengan cepat. Seburuk apa mahluk itu hingga seluruh tubuhnya dibungkus penghalang yang bahkan hingga menutupi tangannya. Seketika aku bergidik ngeri. Mahluk apa yang akan dinikahkan denganku?

Ya Tuhan. Ini bukan acara pernikahan. Aku tengah ditumbalkan. Apakah nanti aku justru akan disajikan di atas piring besar dalam keadaan terpanggang? Entahlah, aku sungguh tak sanggup jika harus membayangkannya.

"Sesuai adat turun temurun kerajaan Kahiang Jaya Asih! Pernikahan ini hanya sebatas bewara kepada rahayat! Puncak acara adalah penyatuan jiwa raga kedua mempelai yang akan dipertunjukkan secara terbuka! Kepada kedua mempelai! Silahkan bersiap!" seru jin pria berkepala pelontos dengan suara lantang menggema. Seketika sorak soray seluruh penghuni bangsa jin bergemuruh menggema. Bulu kudukku merinding, bergidik ngeri melihat seringaian mesum mereka.

Sontak aku tertegun. Apa maksudnya itu? Aku jelas tak siap dengan pernikahan ini. Apa lagi ini? Apa aku harus bersetubuh dengan mahluk menjijikan itu di hadapan seluruh bangsa mereka? Jelas aku menggeleng kuat, mulutku sudah terbuka, siap berteriak mengucapkan penolakan. Namun lagi-lagi tak ada suara yang keluar dari mulutku.

Brengsek! Sialan! Bedebah! Siapa yang mengendalikan tubuhku seenaknya! Rasanya ingin kubunuh sesemahluk sial itu.

"Tidak! Kami akan melakukan penyatuan jiwa sesuai adat manusia. Karena dia seorang manusia, aku menghargai istriku atas haknya. Aku harap kalian semua paham dan mengerti," ucap jin yang terbungkus veil hitam itu.

Suaranya menggema menuntut mengendalikan. Tak seperti mahluk lain yang mengerikan, suaranya menghipnotis. Sesaat terdengar riuh protes dan keluh dari bangsa jin yang baru saja terlihat penuh harap seolah bersiap untuk menonton layar tancap.

"Garda!" bentak buta besar berwarna merah raja mereka itu.

Suaranya menggelegar seperti Guntur, hingga membuat pijakanku bergetar.

"Keputusan saya bulat ayahanda. Jika tidak, saya akan pergi ke dunia manusia bersamanya dan hidup di sana," kukuh mempelai pria, sesaat aku merasa lega dan senang dibelanya. Tentang nanti kupikirkan nanti yang penting sekarang aku terhindar menjadi tontonan para mahluk menjijikkan seperti mereka.

"Jaga kelakuanmu di hadapan rahayatku Garda! Kamu calon penerus terkuat! Setidaknya ikuti adat bangsa kita! Hargai aku sebagai raja jika tak bisa menghargai ku sebagai ayahmu!" tuntut buta merah mengerikan itu.

Tak ada suara lain selain mereka berdua, tapi ketegangan terasa di atmosfer sekitarku. Bahkan mungkin bangsa mereka juga merasakan tekanan berat yang ditimbulkan oleh ayah dan anak jin siluman itu.

"Maaf Yang Mulia raja! Keputusan dan tekad saya bulat. Jika tak diizinkan, maka saya tak mau menyalonkan diri menjadi kandidat penerus kerajaan!" tantang sang anak.

"Garda!" Gelegar suara buta merah itu hampir membuat gendang telingaku pecah.

"Penasehat! Lakukan sesuai keinginannya!" titah Raja buta merah dengan suara menahan amarah. Mau tak mau raja buta merah itu mengikuti kemauan anaknya itu dengan keterpaksaan.

Kulihat Garda kini duduk di kursi sampingku, tepat di sebelah kiri tempat raja buta merah duduk di singgasana indahnya. Aku tak punya waktu untuk mengagumi kerlipan permata dan berlian yang mendominasi seluruh dekorasi ruangan. Tekanan berat terasa hampir di seluruh tubuhku. Terlebih saat jin pria di sampingku kini menggenggam erat tanganku. Sungguh aku tak berani berbalik untuk melihatnya.

"Sambut kaula, kepada Nyai Paras Mencrang! Silahkan mempersembahkan tarian hiburan!" seru penasehat yang memimpin acara.

Dengan enggan ku sandarkan punggungku dan bersiap untuk memejamkan mata. Namun saat kedua manik mataku menangkap sesosok wanita bertubuh gemulai, seketika netraku membulat. Aku terkesiap, wanita itu bukan hanya cantik, namun bertubuh seksi dan berjalan dengan gaya sensual.

'Siapa dia?' batinku.

"Dia adik tiriku. Putri selir pertama ayahku. Namanya Yevtsye Lavra," terang Garda tanpa kuminta. Seolah baru saja membaca isi hatiku.

Aku mendengus menanggapinya. Siapa yang memintanya menjelaskan padaku. Namun aku masih tak percaya ternyata ada juga mahluk berwujud normal di dunia jin siluman yang mengerikan ini. Bahkan bertubuh indah, berparas rupawan. Jika saja tak memiliki tanduk dan ekor yang runcing, dia pasti terlihat seperti manusia seutuhnya.

Tepat saat kedua kakinya menapak di tengah altar pernikahan, musik pun mengalun perlahan. Dengan gemulai, tubuhnya menari dengan gerakan erotis. Tanpa kuduga, wanita dengan tanduk merah kecil di dahinya itu berjalan ke arahku. Terlihat dengan jelas kecantikannya yang memikat. Bibir merah menyalanya, hidung mancungnya yang bertindik, juga sorot matanya yang menatap nakal.

Tapi tunggu, dia bukan menatapku, dia menatap Garda. Rasanya ingin sekali aku berbalik menengok ke arah Garda, namun keberanian ku sudah habis sejak tadi. Aku tak sanggup melihatnya sama sekali. Bahkan aku sudah bertekad, sehabis acara ini aku akan kabur bagaimana pun caranya.

"Raden ... Kupersembahkan tarian ini hanya untukmu," bisik jin wanita itu dengan suara sedemikian rupa dibuat sensual.

Aku saja menelan Saliva mendengarnya. Bagaimana jika pria yang mendengarnya? Jelas dia tengah menggoda Garda. Di depanku? Di depan wanita yang baru saja ia nikahi? Wanita itu terlihat tertarik pada Garda, padahal ia adalah saudara tirinya sendiri? Oh tidak! Aku tak peduli. Bahkan jika benar apa urusannya denganku? Sana kalian menikahlah biar aku terbebas. Dasar mahluk-mahluk rendahan menjijikan.

"Jaga kelakuanmu di hadapan istriku! Atau enyah dari hadapanku!" geram Garda. Suaranya terdengar jengkel dan marah, hingga membuat wanita bernama Yevlav apalah itu, beringsut mundur dengan wajah masam. Tanpa sadar sudut bibirku terangkat. Jujur jika aku yang diperlakukan seperti itu pasti akan malu sekali. Sudah mengenakan pakaian terbuka, menari erotis, bahkan menggoda terang-terangan tapi ditolak? Ck-ck. Memalukan.

Setelah tarian dan musik berhenti, beberapa kelompok jin maju mempersembahkan bingkisan hadiah sebagai ucapan selamat atas pernikahan itu. Jujur aku masih tak mau mengakuinya. Toh aku akan kabur. Aku pun hanya tidur sampai acara selesai.

Entah seperti apa acara selesai, tanpa sadar semua jin siluman yang hadir lenyap entah kemana. Aku terperanjat melihat lapangan luas itu kini kosong melompong. Altar kerajaan pun hilang seolah sebelumnya pun tak ada.