Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

After Impact

🇮🇩jed_jede
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1k
Views

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - WHITEOUT

Bandara Internasional Neugdae adalah bandar udara terbesar di kerajaan Canine. Sebuah kerajaan besar di belahan utara benua Almirah. Meskipun demikian, bandara ini tidak ramai. Bahkan bandara itu jauh lebih kecil daripada bandara di negara tetangga. Itu semua karena negara ini tersekat oleh sistem aristokrasi yang ketat. Hanya para bangsawan dan orang kaya yang bisa merasakan perjalanan udara.

Sebenarnya Eris tidak menyukai sistem seperti itu. Karena diluar sana ada negara kerajaan yang justru memiliki maskapai penerbangan dengan harga murah. Faktor lainnya karena kerajaan Canine memiliki wilayah yang hampir sepanjang tahun ditutupi salju.

Penerbangan sangat sulit di Canine dan kebanyakan pilotnya memiliki jam terbang yang tinggi. Jenis pesawat yang digunakan juga bukan pesawat jet komersial yang bisa membawa ratusan penumpang. Kebanyakan pesawat yang digunakan adalah pesawat kecil yang bisa memuat 20 penumpang. Pesawat kecil bertubuh agak kotak, dengan dua baling-baling. Meskipun pesawat ini tidak terlihat cantik, tapi memiliki bodi yang kuat dan bisa mendarat di berbagai landasan. Banyak pilot menjuluki pesawat ini seperti kotak susu bersayap.

Pilot dengan jam terbang tinggi, pesawat yang dapat diandalkan, ternyata tidak bisa menjamin 100% selamat. Nyatanya Eris kini berada di bandara Neugdae karena sebuah pesawat jatuh. Pesawat itu menabrak gunung salju di dekat kota Hayan. Gunung Jeong Jeom Hayan adalah bagian dari barisan pegunungan Kamatra yang membentang di sepanjang benua Almirah. Bandara kota Hayan letaknya tidak jauh dari gunung Jeong Jeom Hayan. Salah satu bandara yang menjadi perhatian khusus Biro Keselamatan Transportasi World Union. Terlebih frekuensi penerbangan di sana cukup banyak untuk kapasitas bandara yang kecil.

"Anda pasti nona Eris Hildegrand dari Biro Keselamatan Transportasi World Union. Perkenalkan saya Shin Jin Hong dari Grey Orde yang akan memandu anda bertemu dengan pejabat setempat," ucap seorang pria bermantel cokelat yang kini berdiri di depan Eris.

Eris kemudian menyalami pria itu. Kemudian seorang lelaki lain dengan bomber hitam dengan motif khas negara selatan datang menghampiri.

"Jin Hong-ssi, kau tidak memperkenalkan aku juga?" ledek pria itu.

Dengan ekspresi jengah Jin Hong memperkenalkan si pria jaket eboni.

"Ini Letnan Kolonel Raihan dari Divisi Perhubungan Udara Gryphon."

"Perkenalkan Raihan Bhre Muragna," kata pria yang memakai jaket sambil tersenyum menyodorkan tangan.

"Eris Hildegrand dari World Union," balas Eris yang kini menyalami tangan Raihan.

"Baiklah kalau begitu kita bisa langsung bertemu dengan pejabat setempat. Aku akan mengantarkan kalian menuju ruang meeting di atas," ujar Jin Hong memimpin rombongan.

Tak lama mereka bertiga sampai di ruang rapat yang dimaksud. Setelah bertemu dengan beberapa pejabat setempat yang sebenarnya hanya basa basi dan tidak tertarik dengan apa yang terjadi. Mereka bertiga berkumpul di sebuah ruangan. Beberapa orang dari air traffic control duduk di tengah ruangan. Sebuah meja dengan peta dan pita perekam suara. Setelah mewawancarai orang-orang dari air traffic control, Eris bisa mengumpulkan beberapa informasi penting. Tentang laporan cuaca pada hari itu di sekitar Neugdae dan Hayan, kontak terakhir dan beberapa hal lainnya.

Tugas utama Eris kali ini adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Termasuk menemukan posisi pesawat jatuh dan mencari blackbox serta cockpit voice recorder. Eris tidak mau membuang waktu, semakin cepat semakin bagus. Hanya saja ia merasa agak aneh saat mengetahui dua orang yang kini ikut mendampinginya. Grey Orde adalah ordo kesatria Canine yang sangat jarang terdengar namanya. Eris bahkan tidak mengerti apa tugas utama mereka dan siapa komandan utama ordo ini.

Yang kedua, keberadaan Raihan di sini. Pesawat yang digunakan bukan pesawat buatan Gryphon. Pesawat twin turboprop dengan berbentuk kabin mengotak yang mengalami kecelakaan, adalah pesawat terbang buatan Republik Stratavolca. Pesawat ini dibuat untuk penerbangan khusus bandara kecil dengan berbagai media pendaratan. Bahkan Gryphon yang notabene sebagai negara pengekspor pesawat juga menggunakan pesawat ini. Karena itu bukan masalah pesawat yang menjadi penyebab utama Raihan turut hadir di sini.

Eris takut penerbangan naas itu bukanlah penerbangan biasa. Bisa saja orang yang ada di dalam pesawat itu, adalah orang yang sangat penting dalam dunia politik Gryphon dan Canine. Padahal Eris tidak ingin terlibat dalam urusan politik.

Eris mendudukkan dirinya di salah satu kursi dekat peta. Pita rekaman berjalan terus sejak wawancara dimulai, Jin Hong yang mengoperasikan. Sedangkan Raihan membuat gambar navigasi berdasarkan wawancara. Eris baru menyadari aksi dua orang laki-laki ini. Ia sedikit berharap kedua orang ini lebih baik menjadi investigator. Mengingat banyak informasi yang harus di kelola di dalam kepala Eris.

"Sepertinya pesawat ini jatuh di area yang spesifik. Tapi tim penyelamat dari Hayan masih belum menemukan pesawatnya. Aneh sekali," celetuk Raihan yang mulai memancing suasana.

Jin Hong kemudian berdiri mencabut stop kontak pita perekam. Kemudian kembali ke meja dan duduk di samping Eris.

"Sayangnya aku lebih tertarik untuk mengetahui alasanmu berada di sini Letnan Kolonel Raihan," ucap Jin Hong dengan nada dingin.

"Well ada dua alasan aku ke sini. Pertama, karena Chief of Central Investigator dari Biro Keselamatan Transportasi World Union yang memintaku langsung untuk membantu investigasi ini. Kedua, karena Master Connor atau Duta besar Gryphon untuk Canine juga memintaku membantu investigasi ini. Aku tau ini terdengar aneh, tapi ini yang benar-benar diperintahkan kepadaku. aku mengatakan semuanya dengan jujur," jelas Raihan.

Tentu saja pandangan sinis dan dingin dari Jin Hong semakin menguat.

"Aku memang menerima notifikasi dari orang-orang atas tentang bantuan personil. Aku tidak keberatan dengan keberadaanmu. Terlebih kau rekomendasi dari Central Investigator," ujar Eris yang ikut angkat bicara masalah ini sambil melirik hasil gambar Raihan.

Wanita itu tidak ingin masalah ini berlarut-larut yang berujung menghambat evakuasi dan menghalangi tujuannya.

"Bagaimana kau bisa percaya begitu saja? Orang ini dalam posisi paling mencurigakan," balas Jin Hong yang nada kesalnya mulai terbaca.

Eris kemudian menggeser peta yang baru saja digambar Raihan. Peta itu berhenti tepat di depan Jin Hong.

"Tidak semua pilot bisa membuat prediksi pola penerbangan. Tapi dia bisa membuat ini sesuai dengan keterangan dari petugas air traffic control. Itu berarti dia memang memiliki kualifikasi untuk membantuku dalam investigasi ini," komentar Eris.

"Tapi aku tidak mempercayai orang ini," tegas Jin Hong

"Mohon maaf, aku tidak peduli dengan urusan politik antar negara. Keberadaanku di sini hanya untuk mendapatkan blackbox, cockpit voice recorder dan semua informasi yang aku butuhkan. Terlebih pesawat ini belum ditemukan di mana titik jatuhnya. Aku hanya punya waktu beberapa hari sebelum kembali ke kerajaan Crevidalia. Jadi jangan membuang waktuku untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan kecelakaan ini," bantah Eris panjang lebar.

"Bagaimana kalau Jin Hong-ssi ikut dalam investigasi ini. Jadi kau tidak perlu takut aku akan melakukan hal-hal yang mencurigakan," usul Raihan.

"Aku setuju dengan usulan ini. Bagaimana denganmu Jin Hong-ssi?" tanya Eris.

"Baiklah aku setuju," jawab Jin Hong dengan nada kesal.

"Bagus kalau begitu kita pergi ke Hayan sekarang juga," ucap sang Investigator menutup konversasi.

Setelahnya mereka bertiga terbang menuju Hayan. Sayangnya penerbangan yang mereka naiki tidak melewati pola perjalanan yang sama dengan pesawat yang jatuh. Malam hari dihabiskan dengan koordinasi bersama tim penyelamat dari Hayan. Seperti laporan sebelumnya, bangkai pesawat belum ditemukan. Padahal mereka sudah membuat gambar pola penerbangan yang sama dengan gambar yang Raihan buat. Sampai keesokan pagi, jawaban belum juga ditemukan. Sebelum berangkat menuju basecamp tim penyelamat, mereka bertiga kembali duduk semeja menikmati sarapan.

"Aku tidak mengerti, bagaimana bisa posisi mereka berbeda dari pola penerbangan yang diberikan air traffic control? Ini tidak masuk akal," keluh Eris sambil melahap roti bakar.

Kantung mata Eris terlihat jelas meskipun ia berusaha menutupinya dengan make up. Semalaman ia menelaah laporan maintenance pesawat dan profil crew pesawat.

"Apa ada kemungkinan pesawat itu rusak? Seperti beberapa instrumen tidak berfungsi?" tanya Jin Hong.

Si kesatria sedikit demi sedikit mulai tertarik dengan kecelakaan ini.

"Negatif, pesawat itu baru berumur 3 tahun.

Proses maintenance juga tidak ada yang signifikan selama itu. Jadi pesawat itu seharusnya baik-baik saja. Jadi seharusnya penyebab kecelakaan ini adalah pilot error," bantah Eris

"Yang menjadi pertanyaan apa yang membuat pilot melakukan kesalahan fatal. Begitu bukan?" tambah Raihan.

Eris hanya mengangguk setuju. Jelas sekali ini aneh, baginya. Jika instrumen dalam pesawat baik-baik saja, seharusnya pilot tidak akan salah membaca posisi.

Bandara Hayan terletak di dekat pegunungan Jeong Jeom Hayan. Letaknya berada di arah jam 12 dari bandara Neugdae. Jika di tarik garis lurus, kedua bandara dapat dihubungkan dengan satu garis lurus vertikal yang mengarah ke utara. Namun karena di tengah garis lurus itu terdapat pegunungan Jeong Jeom Hayan, pola penerbangan biasanya akan melewati sebelah barat atau timur pegunungan. Berdasarkan keterangan ATC (air traffic control) pesawat itu mengambil rute sebelah timur pegunungan.

Sebelum melakukan pendaratan pesawat harus sedikit berputar ke arah pegunungan untuk menyelaraskan hidung pesawat dengan landasan. Pesawat naas itu hilang saat akan memasuki proses ini. Anehnya saat itu salju tidak turun, visibilitas masih sangat bagus. Seharusnya dengan prosedur landing menggunakan VOR/DME bukan masalah besar. Prosedur landing VOR/DME adalah prosedur untuk menyelaraskan tubuh pesawat tanpa referensi visual yang jelas.

Prosedur ini kebanyakan digunakan saat cuaca buruk atau berkabut. indikator yang digunakan pesawat dalam prosedur ini adalah jarak dan ketinggian dari pesawat ke VHR omnidirectional range(VOR). Alat ini biasa di letakkan di ujung landasan pacu bandara dan berfungsi seperti pemandu para pilot. Namun secara logika dengan visibilitas yang baik, prosedur landing yang digunakan, serta jam terbang pilot dan co-pilot seharusnya kecelakaan ini tidak terjadi.

"Bagaimana kalau ada miskalkulasi?" kata Jin Hong.

Sejujurnya si kesatria sama sekali tidak tahu apalagi yang membuat pesawat itu jatuh. Bahkan tadi ia hanya melontarkan pendapat asal.

"Itu lebih aneh lagi. Mereka mendarat menggunakan VOR/DME. Kalau begitu mestinya mereka tahu dalam posisi dimana. Terlebih mereka mendapatkan informasi langsung dari instrumen cockpit yang mengukur jarak, kecepatan dan ketinggian. Jadi kecil kemungkinan mereka salah perhitungan," sanggah Eris.

"Bagaimana kalau mereka salah menghitung dead reckoning?" celetuk Raihan.

"Dead reckoning?" tanya Jin Hong.

"Itu metode menghitung posisi berdasarkan posisi awal dan kecepatan pesawat. Hasilnya adalah estimasi posisi pesawat selama terbang. Sebenarnya metode ini di sebut deduced reckoning. Hanya saja ketika ada kesalahan hitung, bisa menjadi malapetaka. Karena itu muncul istilah dead reckoning," jawab Raihan.

"Tunggu apa maksudmu Raihan? Mereka salah menghitung dead reckoning sebelum VOR/DME approach? Kemudian menabrak gunung karena whiteout?" tanya Eris tidak percaya.

Raihan hanya mengangguk. Setelahnya pria itu tidak menyentuh kopi dan makanan di depannya. Begitu pula Eris, nafsu makan si investigator turun drastis. Dalam benak keduanya mulai tersusun kronologi kejadian naas yang menimpa pesawat yang mereka selidiki. Sebagai dua orang yang mendalami dunia aviasi, rasa bela sungkawa kadang jauh lebih besar daripada rasa lainnya. Entah karena pilot error, cuaca, atau bahkan kerusakan pesawat. Sekali terbang di angkasa, mereka harus menyiapkan diri untuk masuk ke posisi terburuk. Ironisnya pesawat adalah moda transportasi paling aman sekaligus paling mematikan.

Tidak butuh waktu lama bagi Raihan menggambar ulang pola penerbangan pesawat naas itu. Kemudian Eris, Raihan dan Jin Hong ikut dalam helikopter tim penyelamat mencari di area yang sudah di gambarkan Raihan. Tidak perlu waktu lama, mereka menemukan puing-puing pesawat yang Mulai tertutupi salju. Tim penyelamat juga mendapati beberapa orang yang beruntung selamat dari kecelakaan itu. Setelah evakuasi korban selesai, mereka bertiga bersama beberapa orang dari tim penyelamat turun ke lokasi mencari blackbox dan cockpit voice recorder. Eris menyendiri di antara puing-puing. Insting wanita itu mengatakan agar tidak mengulur waktu lebih lama. Diam-diam Eris mengeluarkan sebuah alat berbentuk pipa sepanjang 15cm. Di ujung bawah pipa itu terdapat sebuah batu. Sedangkan diatas batu terdapat cairan bening dengan pasir yang mengendap. Alat ini berfungsi untuk mengukur konsentrasi mana pada suatu benda.

Menurut Eris kecelakaan ini masih sangat tidak masuk akal. Pilot dan co-pilot punya jam terbang di atas 13000 jam. Selain itu ini bukan penerbangan mereka menuju Hayan. Tapi ini adalah penerbangan rutin. Mereka pasti sudah hapal dengan segala pola penerbangan menuju Hayan. Kesalahan perhitungan dead reckoning bukan alasan yang kuat, terlebih visibilitas saat itu cukup bagus meskipun whiteout bukan hal yang tidak mungkin. Tidak hanya itu, dengan kondisi pesawat yang benar-benar hancur berkeping-keping, masih ada penumpang yang selamat. Sedangkan para crew pesawat tidak ada satupun yang selamat. Berdasarkan profil, tidak ada satupun crew pesawat yang mencapai sihir level 2. Meskipun pesawat ini sudah dipastikan membawa penumpang dengan kasta yang tinggi, tapi puing-puing pesawat yang tidak tercecer jauh membuktikan pesawat ini menabrak langsung ke tanah. Seperti tidak ada tanda-tanda upaya crew pesawat menaikkan hidung pesawat. Dengan kata lain, kecelakaan ini seharusnya tidak pernah terjadi kecuali ada intervensi sihir. salah satu cara untuk mengetahui adanya intervensi sihir, yaitu dengan mendeteksi konsentrasi mana pada puing-puing pesawat.

Dugaan Eris tidak salah, terdapat konsentrasi mana yang tinggi pada puing-puing pesawat. Konsentrasi mana ini juga memiliki level yang tinggi hingga mengubah warna cairan alat pengukur Eris menjadi ungu. Maka bisa dipastikan kecelakaan pesawat ini bukan tragedi biasa. Jelas ada konspirasi di dalamnya. Karena itu Jin Hong sangat mencurigai Raihan. Bukan hanya itu saja, keberadaan Raihan sendiri sebenarnya patut dipertanyakan. Tapi Eris memilih untuk diam dan menyimpan hasil investigasi yang ia dapatkan.

Keesokan harinya, blackbox pesawat ditemukan dalam keadaan rusak. Begitu pula cockpit voice recorder yang juga sudah tidak berbentuk. Eris bahkan tidak yakin bisa mengambil data dari cockpit voice recorder. Tapi Eris sudah mendapatkan goal yang diinginkannya. Wanita itu tidak ingin terlibat dalam politik apalagi terlibat dengan konflik antar negara. Setelah menghabiskan waktu 4 hari berturut-turut di Hayan. Akhirnya Eris terbang ke Neugdae untuk kembali ke Crevidalia. Letnan kolonel Raihan kembali ke Gryphon sehari sebelum Eris. Begitu pula dengan kesatria Grey Orde bernama Jin Hong itu. Pria itu pergi begitu saja setelah membuntuti Raihan.

Hari ini, Eris antre check in di bandara Naugdae sendirian. Setelah ia nya menunggu keberangkatan di lobby bandara. Baru 15 menit duduk di lobby beberapa orang bermantel hitam datang menemui Eris. Mereka mengajak Eris ke sebuah pesawat jet pribadi. Dengan menekan rasa takut di benaknya, Eris mengikuti instruksi orang-orang ini. Di dalam pesawat jet kecil itu, ia mendapati Duta besar Gryphon untuk Canine sudah menunggunya. Begitu pula seorang pemimpin utama organisasi World Union.

"terima kasih sudah membantu operasi kami nona Eris," ucap sang duta besar.

"saya tidak melakukan hal yang signifikan," jawab Eris merendah.

Ia berharap ini semua segera berakhir

"kau menerima instruksiku dengan baik. Memasukkan Raihan dalam tim investigasi telah mengalihkan perhatian Grey Orde dan Black Orde dari perbatasan. Karena itu kami berhasil menghancurkan gudang perbudakan di sekitar perbatasan. Tentu kami sangat berterima kasih atas kontribusi nona Eris. Sebagai gantinya terimalah ini. Tolong buat laporan sesuai arahan Raihan," jelas sang duta besar sambal menyodorkan sejumlah uang.

Lidah Eris kelu seketika. Ia hanya menerima uang itu dengan tangan gemetaran. Kemudian seorang ajudan mengantar Eris kembali ke lobby bandara.

Eris tidak mau lagi memikirkan tentang kecelakaan pesawat di pegunungan Jeong Jeom Hayan. Ia juga tidak mau tau apa konspirasi di balik kecelakaan-kecelakaan pesawat itu. Bahkan ia merasa lebih baik tidak tahu ketimbang harus menanggung beban moral dan pikiran. Mungkin di pegunungan yang hampir setahun penuh di tutupi salju bernama Jeong Jeom Hayan menyimpan lebih banyak konspirasi lagi yang belum terungkap.