Chereads / Membongkar Rahasia Gelap Suamiku / Chapter 2 - Hari yang gelap

Chapter 2 - Hari yang gelap

Hari itu, hari kamis tanggal tiga belas bulan november. Perjalanan serasa baik - baik saja hingga begitu keluar dari pintu tol, mobil terasa agak oleng, dan Ibu mulai khawatir.

"Biasa ini, namanya juga mobil LCGC", ucap ayahku santai.

LCGC adalah tipe mobil murah yang ramah lingkungan, memiliki mesin kecil yang kurang bertenaga dan sistem keamanan yang buruk, namun karena di kantor hanya mobil seperti ini yang bisa dipinjamnya maka tak ada pilihan lain.

Ayahku selalu santun dalam membawa kendaraan, tak pernah ugal - ugalan di jalan. Ia tepat dalam pengaturan waktu, jadi tak pernah terlambat.

Namun di hari yang terasa aneh ini, ayahku bersikap tak biasa. Sebelum berangkat, bahkan selama di perjalanan ia selalu menerima telepon, dan ia nampak sangat ragu - ragu ketika menjawab telepon tersebut.

Aku sama sekali tak tahu permasalahannya, dan akhirnya aku mencoba bertanya,

"Yah, ayah jadi susah karena cuti ya? banyak kerjaannya?"

"Nggak ra, ini boss ayah cuma mastiin aja"

Ibuku menatap ke matanya yang terlihat khawatir, "Semua baik - baik aja kan mas?"

"Iyaa udah kalian gak usah kepikiran, kita kan mau senang - senang", ucap ayahku menenangkan.

Ayah menyalakan radio untuk mencairkan suasana. Ia mencari stasiun radio favoritnya yang memutarkan musik - musik klasik.

Lalu terdengarlah sebuah lagu yang berjudul 'Gloomy Sunday', lagu yang dinyanyikan oleh wanita berkebangsaan Amerika ini terdengar begitu mendayu di telinga.

Aransemen khas musik jazz klasik, diiringi hujan lebat yang tiba - tiba mengguyur memiliki kesan tersendiri.

Aku mendengarkan liriknya,

Gloomy is Sunday

With shadows, I spend it all

My heart and I

Have decided to end it all

Soon, there'll be candles

And prayers that are said I know

Let them not weep

Let them know that I'm glad to go

Death is no dream

For in death, I'm caressin' you

With the last breath of my soul

I'll be blessin' you.

Aku yang duduk di kursi belakang, memejamkan mata berusaha meresapi lagunya. Namun mendengar liriknya, entah kenapa bulu kudukku merinding, seperti ada sesuatu.

Tiba - tiba mobil berbelok mendadak, tak bisa di rem, tubuhku terlempar ke pintu belakang, ibuku berteriak, ayahku panik. Aku melihat sebuah truk besar di hadapan kami yang melaju dengan cepat.

Gelap, tiba - tiba semuanya gelap. Kejadiannya sangat cepat, aku tak lagi mengetahui apa yang terjadi.

Hujan lebat mengguyur. Tubuhku basah kuyup dan semua terasa sakit. Aku mencoba membuka mata, dan seorang pria di depan mataku, sedang menopang tubuhku yang lunglai tak berdaya.

Pria inilah, yang rupanya adalah bayaran atas semua kehampaan yang kurasakan selama ini.