Dengan cepat mobil itu menyusuri jalan-jalan sepi.
Melewati pepohonan yang menjulang tinggi, dengan lereng-lereng di kiri jalan dan jurang di seberangnya. Dengan lihainya pengemudi itu membelokkan setir mobilnya di jalan yang berkelok dengan medan yang cukup menantang adrenalin.
Sekiranya ada lima nyawa yang siap untuk melayang sewaktu-waktu jika pengemudi membanting setir. Sementara itu, sirene mobil polisi berada di radius dua puluh meter dari mobil van berwarna hitam. Dari dalam mobil, terlihat kesibukan dua orang polisi yang masih terus mengejar pelaku.
Sudah dua puluh menit setelah berita penculikan anak terdengar di radio, mereka belum berhasil menangkap pelaku.
"Pelaku berjarak dua puluh meter dari lokasi kami," ucap salah satu polisi, "kurasa ada dobrakkan dari pintu bagasinya."
Di sisi lain, pusat panggilan darurat terus berkomunikasi dengan korban yang ditahan di bagasi mobil pelaku. Beruntungnya, korban menghubungi pihak polisi.
"Gadis kecil, masih dengar aku, kan? Jangan panik! Polisi ada di belakang," ucap seorang wanita menenangkan gadis itu.
Sedangkan di dalam bagasi, anak perempuan itu mencoba untuk melepaskan ikatan tali di tangannya. Perasaannya terus di selimuti kewaspadaan. Keningnya dibasahi dengan keringat panik.
"Berapa lama lagi polisi datang?" tanyanya sedikit terbata-bata. Kain yang ada di mulutnya membuat anak itu susah bicara.
"Mereka akan segera menemukanmu, tetap bertahan," jawab polisi wanita.
Merebak suara ban pecah di bagian kanan gadis yang ditahan itu. Mobil yang ia tumpangi hilang kendali. Tanpa diduga-duga, mobil van itu masuk ke dalam jurang.
***
Mendadak, terasa badan gadis itu menghantam langit-langit bagasi dengan sangat keras. Badan mobil itu berkali-kali terguling dan menghantam benda keras. Seketika darah keluar dari pelipis dan hidung gadis itu.
"Tolong! Mobil tersangka tergelincir ke jurang. Kami butuh bantuan ambulans dan tim penyelamat," ucap polisi di HT miliknya.
Polisi wanita itu meminta bantuan dengan menekan kode bantuan yang terhubung dengan tim bantuan. "Ini pusat panggilan darurat, tim satu butuh bantuan ambulans dan tim penyelamat ke lokasi, cepat!"
"Kau baik-baik saja?" terdengar suara samar-samar dari ponselnya. Bersamaan dengan itu, ia juga mendengar sirene yang tak jauh dari keberadaannya.
Pendengarannya berdengung, matanya memperlihatkan spiral yang terus berputar. Ditambah lagi kepalanya yang terasa nyeri.
"Polisi sudah ada di dekatmu, jaga matamu agar tetap terbuka." Namun itu sia-sia. Tubuh gadis itu sudah melemah, badannya di penuhi darah.
"Kepalaku sakit sekali, tolong!" rintih gadis itu, "aku mau muntah." Sesuatu kebisingan terjadi di luar sana. Ia tak tahu apa yang terjadi. Harapannya hanya seseorang yang bisa menyelamatkannya dari tragedi ini.
Mata sang gadis samar-samar melihat sesuatu yang bersinar ke arahnya. Seseorang mengeluarkannya dari bagasi. Kemudian melepas ikat tangannya dan sumpalan kain yang mengikat mulutnya. Terasa sedikit kelegaan di hatinya. Badannya terasa terangkat.
Selagi itu, ketiga penculik dinyatakan tewas. Satu di antaranya tewas tertancap bambu runcing dan sisanya menghantam batu besar. "Korban berhasil diselamatkan," ucap polisi membuat seisi ruang kendali merasa lega.
Evakuasi korban sangat menyulitkan polisi. Selain medan yang dilalui agak curam, jurang itu juga di penuhi dengan pohon-pohon yang tinggi dan besar. Tanah yang menjadi pijakan mereka juga menyusahkan kaki polisi untuk berjalan.
"Tiga pelaku tewas di tempat, kami sudah mengamankan mereka serta lokasi sekitar. Akan segera diurus mayat-mayatnya," kata polisi yang berpatroli.
(Tujuh bulan setelah insiden...)
Dahinya mengerut dengan mata yang masih tertutup. Ia mendapatkan bayangan kejadian yang menakutkan. Di kala itu, ia masih mengingat bagaimana para pelaku membunuh keluarganya dan menculiknya tanpa sebab. Gadis yang polos. Hal yang diketahuinya adalah mereka bukanlah pelaku yang sebenarnya.
Pelaku utama itu selalu mengawasinya saat itu. Selalu berada di sisi di mana ia diculik dan ditemukan di jurang. Wajahnya tidak begitu jelas. Pakaian yang sama seperti sebelumnya, serba hitam. Hanya saja, yang menjadi penanda dari pelaku yaitu telinganya yang memerah saat merasa puas.
Gadis itu terbangun dari komanya. Dokter mendiagnosis kalau ia mengalami kelumpuhan otak total. Gadis itu tahu kalau dokternya sedang berbohong. Ia bisa merasakan suara detak jantungnya yang berdenyut sangat cepat. Seketika, penglihatannya meningkat tajam saat menatap lembaran kertas di tangan dokter yang seperti merawatnya selama dia koma. Seketika semuanya kembali ke masa lalu. Yang di duga sebagai dokter bukanlah sungguhan. Dia memanipulasi.
Entah apa yang sedang terjadi, otaknya seolah-olah sedang memutar suara-suara yang aneh. Dalam pikirannya hanya rekaman kejadian yang sudah menimpanya.
Hidungnya mengeluarkan darah yang terus mengalir.
Kepalanya nyeri tak karuan.
Namun satu hal yang pasti, gadis itu bersikap tenang meski nyawanya terus terancam.
Bahkan dari cara dokter itu mengatakan semuanya, bisa dilihat semua kebohongannya melalui matanya yang selalu melirik ke sisi kanan. Dalam hitungan detik, ia menegang.
"Berarti ada orang lain yang selamat."
Dari ekor matanya, kini ia harus lebih waspada pada pria bertelinga merah.