Chereads / My Fierce and Lovely Bodyguard / Chapter 11 - TETAP DI SISIKU

Chapter 11 - TETAP DI SISIKU

"Hey, bangun," Jayden berbisik, menggoyangkan tubuh Apple yang tertidur sambil bersandar di jendela mobil.

Gadis itu segera terbangun dan terlihat waspada, menatap ke sekelilingnya dengan penuh perhatian. Matanya langsung berubah menjadi waspada.

"Ada apa?" tanyanya dengan suara rendah, dia menatap ke sekelilingnya dan menyadari kalau mereka kini telah tidak lagi berada di jalan utama dan terdapat beberapa rumah- rumah kumuh di sekitar mereka. Dari kejauhan bahkan Apple dapat mendengar suara peluit kapal. "Dimana kita sekarang?" tanyanya dengan bingung.

"Kita akan turun di sini sekarang," ucap Jayden, dia lalu menyerahkan sebuah pistol pada Apple.

Apple yang melihat itu menunjukkan wajah yang terkejut, tidak menyangka kalau situasinya akan seserius ini.

"Tidak perlu terlihat tegang seperti itu," ucap Jayden dengan ringan. "Ini hanya untuk berjaga- jaga saja," ucapnya menenangkan dan tersenyum dengan riang, seolah ini bukanlah hal besar.

Tapi, tentu saja Apple tidak mempercayai kata- katanya begitu saja, dia terlihat ragu ketika mengambil pistol tersebut dan meletakkannya di selipan celananya. Pria ini tidak bisa dipercaya…

"Kau memiliki banyak orang yang dapat melakukan pekerjaan kotor ini, jadi kenapa kau harus turun tangan sendiri dalam menyelidiki ini." Apple tidak mengerti dengan cara berpikir pria di sampingnya tersebut.

"Kalau kau menyukai hobi berkuda, maka akan lebih menyenangkan kalau kau melakukannya sendiri daripada melihat orang lain yang melakukannya," jawab Jayden dengan bijak.

Hanya saja, Apple merasa hal tersebut tidak bisa diaplikasikan pada situasi mereka sekarang, rasanya sangat tidak pas dengan situasi ini.

"Aku baru tahu kalau hobimu itu berkuda, kupikir hobimu itu pamer," Apple mencemoohnya, tapi sepertinya putra dari keluarga Tordoff ini tidak tersinggung sama sekali, dia justru menyeringai dan membalasnya.

"Aku memiliki banyak hobi, termasuk pamer juga," jawabnya singkat sebelum keluar dari dalam mobil dengan diikuti oleh Apple.

"Dimana mereka?" tanya Apple ketika dia telah menghampiri Jayden dan berdiri di sampingnya, dia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan baru menyadari kalau mereka berada di sebuah pelabuhan.

Apa yang akan mereka lakukan di tempat ini?

"Di salah satu kapal di sana," jawab Jayden, dia mengangguk ke arah salah satu kapal yang terletak tidak jauh dari mereka. "Beberapa orangku telah memeriksa tempat ini, tapi mereka tidak bisa memeriksa seluruhnya, jadi kita pun harus pergi untuk melakukannya."

Orang- orang yang dibawa oleh Jayden tidak sebanyak itu untuk dapat menyisir tempat sebesar ini, lagipula membawa banyak orang hanya akan menarik perhatian dari kedua pria tadi.

"Kalau begitu ayo kita selesaikan ini secepatnya agar aku bisa pulang dengan segera," ucap Apple dengan tegas, dia hendak berjalan lebih dulu, tapi kemudian dia merasakan Jayden menarik tangannya.

"Jangan jauh- jauh dariku," Jayden berkata, dia lalu mengambil inisiatif untuk berjalan lebih dulu dari Apple dan membiarkan gadis itu mengikutinya.

Di sisi lain, Apple tidak terbiasa mendapati dirinya berlindung di belakang seorang pria, maka dari itu dia berkata dengan suara rendah. "Kupikir aku adalah bodyguardmu dan bukan sebaliknya," Apple protes karena dia merasa Jayden justru yang berusaha untuk melindungi dirinya.

"Kau sedang tidak bertugas, jadi kau hanyalah putri dari Pyro dan bukan bodyguardku," balas Jayden dengan ringan. "Kita belum membicarakan mengenai gajimu."

"Tidak bisakah kita hitung ini sebagai aku melakukan overtime?" tanya Apple, mulai mengikuti dan mengimbangi alur lelucon yang Jayden lemparkan.

"Kau harus menandatangani beberapa dokumen dulu, canitk, sebelum kita membahas uang di sini." Tentu saja, uang bukan masalah bagi Jayden, dia hanya ingin menggoda Apple.

Apple mencibirnya. "Kau memberikan uangmu secara cuma- Cuma pada gadis bernama Hellen itu, tapi kau berhitungan padaku?"

Jayden tertawa pelan mendengar apa yang Apple katakan. "Aku akan mentraktirmu makan setelah ini."

Apple mendengus sebagai jawabannya, tapi kemudian dia kembali fokus pada masalah yang ada di tangan mereka sekarang.

Jayden berjalan di depan Apple sementara gadis itu memeriksa belakang mereka, berharap kalau malam ini akan segera berakhir karena dia ingin segera pulang ke rumah dan merasakan tidur yang nyaman.

"Kapal yang mana?" tanya Apple ketika mereka sudah dekat dengan dermaga dan ada sekitar lima kapal di sana, dua di antaranya, telah diperiksa oleh orang- orang Jayden, sementara tiga sisanya adalah kapal besar yang tidak mungkin mereka periksa hanya berdua saja.

Tapi, Apple lalu menyadari sesuatu, Jayden tidak menjawab pertanyaannya, dia terlihat tegang hingga urat- urat di lehernya bermunculan.

"Apa kau baik- baik saja?" tanya Apple, dia melihat bulir- bulir keringat yang bermunculan di leher Jayden dan kemudian teringat akan salah satu cerita ayahnya mengenai trauma yang dialami Jayden. "Kalau kau tidak ingin naik ke kapal itu, aku bisa memeriksanya sendiri."

Lalu, tanpa menunggu jawaban dari Jayden, Apple melangkah maju lebih dulu dan hendak memasuki salah satu kapal ketika tiga orang anak buah Jayden memasukinya.

"Tidak," ucap Jayden, menyambar tangan Apple dengan cepat untuk menahan gadis itu agar tidak masuk ke dalam kapal. "Kita bisa menunggu di sini."

Apple menatap Jayden dan diam, tidak membantah kata- katanya ataupun melontarkan ledekan yang selalu dia lakukan sebelumnya.

Sementara itu, Jayden hanya bisa merutuk under his breath karena trauma sialan itu masih saja menghantuinya.

Dia sudah melewati beberapa sesi dengan seorang psikolog dan menemui beberapa psikiater atas saran dari ibunya, tapi sepertinya tidak ada satupun yang dapat menolong rasa ketakutannya ini.

Sh*t!

Jayden lalu menyandarkan punggungnya ke salah satu tiang di sana, sementara mereka berdua tertutup kargo- kargo besar yang terdapat di antara dirinya dan kapal tersebut.

Namun, setelah beberapa menit menunggu, tidak ada yang terjadi. Tidak ada laporan apapun kalau mereka berhasil mendapatkan sebuah informasi atau apapun.

Tapi, setelah tiga menit berlalu, di tengah malam yang sunyi tersebut dan cenderung tenang, mereka dapat mendengar suara letusan senjata yang cukup kencang dan membuat Apple dan Jayden menjadi lebih waspada.

Kemudian di susul dengan dua letusan senjata lainnya.

"Diamlah di sini, aku akan memeriksanya, akan lebih cepat kalau aku bergerak sendiri," ucap Apple yang langsung berlari dengan sigap dan tangkas ke arah kapal, tanpa sempat Jayden cegah.

"Sh*t! This girl…" rutuk Jayden. Dia tidak ada masalah dengan baku tembak yang terjadi, hanya saja tempat terjadinya terdapat di atas kapal yang sama sekali Jayden tidak ingin dekati, sementara Apple telah hampir mencapai kapal tersebut dan menghilang di baliknya.

Apple memang mempunyai pistol yang Jayden berikan sebelumnya, tapi dia tentu tidak mau kalau sampai terjadi sesuatu pada gadis tersebut.