Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

First & Last

🇮🇩DaoistJxpd6T
--
chs / week
--
NOT RATINGS
699
Views
Synopsis
Sebuah romansa klise yang semua orang pernah mengalaminya saat duduk dibangku SMA. Tapi apakah semua orang tau bahwa sejatinya cinta pertama, merupakan cinta yang akan melekat selamanya di hati seseorang? Cerita pendek ini merupakan cerita 2 insan yang sama-sama memiliki keinginan dan cita-cita yang tinggi, namun tanpa mereka berdua sadari, keinginan dan cita-cita yang mereka tuju itu menimbulkan rasa diantara kedua insan ini.
VIEW MORE

Chapter 1 - Caph. 1 Bel Berbunyi

Suara hentakan sepatu yang terdengar sangat cepat itu memperlihatkan wanita dengan rambut terkuncir tinggi berlari kencang, menunjukan dirinta telah terlambat dari waktu yang ia butuhkan. Bagaimana tidak setiap hari Senin, keadaan di stasiun Sudirman seperti pasar Tanah Abang yang entah dari mana orang-orang tersebut berdatangan.

"Mati, telat lagi gue" gumamnya sambil berlari dan melihat ke jam tangan bewarna coklat keluaran tahun 1990an yang mungkin jika di pakai pada zaman tersebut akan menjadi jam tangan trendy pada masanya.

*Buuk*, suara benturan terdengar sangat jelas, membuat orang-orang disekitar memperhatikan apa yang terjadi di depan mereka. "Maaf, Mas, maaf saya buru-buru" ucapnya, sambil meninggalkan laki-laki yang baru di tabraknya tersebut.

"Kenapa kantor gue harus di lantai 21 sih!" gerutunya sambil menunggu di depan lift. Pintu lift itu terbuka dan ia segera memasuki ruang lift yang saat ini hanya dapat diisi tidak lebih dari 6 orang akibat dampak dari pandemi yang terjadi selama 2 tahun kemarin. Tiba-tiba, sebuah tangan muncul menggenggam bibir pintu lift yang hampir tertutup. "Loh, itu kan Mas, Mas yang tadi gue tabrak" gumamnya sambil menunduk malu. "Ah paling juga dia mau ke lantai 25, disana kan kantor Jasa Asuransi yang banyak pegawai laki-laki". Pintu lift akhirnya terbuka saat tiba di lantai 21, dengan kecepatan penuh perempuan itu berlari menuju ruang meeting tanpa menghiraukan laki-laki yang mengikutinya dari belakang.

"Risaaaa!!" teriak seseorang dari koridor ruang kantor. "Lo kemana aja kenapa jam segini baru dateng? Pak Toto udah mencak-mencak nyariin lo dari tadi di ruang meeting"

"Gue ketiduran di krl tadi Ca, jadinya turun di Gondangdia terus balik lagi ke Manggarai buat transit"

"Yee, lo ada-ada aja dah, udah tau hari ini kita ada persentasi, Pak Toto udah ngamuk banget tuh"

"Iya, iya gue udah siapin semua kok"

"Ya, udah buru. Eh, lo tadi bareng sama Client kita untuk project baru ini?

"Hah? gue dateng sendiri kok" ucap Risa ke teman kantornya yang bawel.

Sesampai di ruang meeting, Risa sudah menebak bahwa atasannya yang super duper menyebalkan itu akan memarahinya habis-habisan. "Risa! kamu tau gak kita meeting sama client jam berapa?! Kenapa jam segini baru dateng?!" ucapan atasannya yang sudah setengah baya ini. "Saya jadi malu kan ke Mas Angga, masa kamu datengnya barengan sama dia". Risa yang awalnya tidak sadar, akhirnya baru menyadari bahwa laki-laki tersebut ialah laki-laki yang tidak sengaja ia tabrak di depan gedung kantor. "Astaga, itu kan cowo yang gue tabrak. Aduuh hari ini sial banget gue kayanya!" gerutunya dalam hati.

"Gak papa Pak Toto, saya juga datang telat kok, mungkin Mba Risa ada alasan sendiri kenapa bisa telat" senyumnya sambil menatap Risa. Risa menatap aneh laki-laki tersebut "Dia senyum ke gue?" gumamnya, sambil mengabaikan pemikiran tersebut dan memulai persentasi project yang ia lakukan.

***************

Persentasi yang dilakukan Risa, berjalan dengan baik. Meskipun banyak insiden sial yang terjadi dengan dirinya pagi tadi, namun ia merasa puas bahwa project yang ia usulkan diterima oleh Pak Toto dan client bernama Angga tersebut. "Emang ya lo terbaik Ris. Pak Toto yang tadi udah mencak-mencak ke lo, jadi manut pas lo persentasiin tentang konsep project kita kali ini. Gue rasa project kita bakal sukses sih Ris" ungkap Caca, salah satu rekan kantor yang juga merupakan temannya saat kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia.

"Project ini harus jadi Ca, karena ini satu-satunya cara buat gue nunjukin ke dia kalau gue udah baik-baik aja kok tanpa dia" ucap Risa dengan rasa optimis.

"Lo masih mau bales dendam ke dia Ris? Lo gak capek apa, kebayang-bayang dia terus?"

"Karna dia gue bisa sampe sekarang Ca. Dia juga yang buat gue bermimpi bisa kerja di salah satu Perusahaan Marketing terbesar di Jakarta"

"Yes i know, but it's over 7 years Ris. Move on Ris!" ucap Caca dengan rasa kesal kepada temannya tersebut. "Pokoknya gue gak mau tiba-tiba kejadian 4 tahun yang lalu keulang lagi tepat sehari sebelum lo wisuda kuliah" tegas Caca ke Risa. Risa yang mendengar temannya mengomel hanya terdiam dan teringat akan masa-masa indah itu.

Ya, masa-masa SMA merupakan masa terindah untuk setiap orang. Namun bagi Risa, masa SMA merupakan masa pahit dan manis, gelap dan terang, sunyi dan ramai untuk dirinya. Bagi Risa, andai saja hari dimana ia menjadi siswi SMA tidak bertemu dengan cowo rese berbadan tinggi tersebut tidak menabraknya di pintu gerbang sekolah saat itu, mungkin dirinya tidak akan tersiksa seperti sekarang. Aah, kalau dipikir-pikir kejadian tersebut sangatlah konyol baginya, namun akan selalu membekas di hatinya.

***************

Bel sekolah berbunyi sangat kencang, memperlihatkan banyaknya anak-anak yang berlari menuju gerbang sekolah. Dari siswa kelas 12 hingga siswa baru yang baru saja menduduki di bangku kelas 10, siswa-siswa baru tersebut datang dengan penampilan yang cukup unik. Mereka masih menggunakan pakaian saat SMP, namun menggunakan artibut yang sudah ditentukan oleh panitia OSIS dalam penerimaan siswa baru tersebut.

"Ayo cepat jalannya!" teriak salah satu panitia yang merupakan panitia divisi keamanan dan ketertiban. Anak-anak tersebut hanya menurut mendengar perintah dari kakak kelas mereka. Tidak jauh dari pintu gerbang sekolah, seorang anak cewe berambut pendek dan cowo tinggi mengalami debat yang membuat para panitia meneriaki mereka. "Eh lo duluan yang nabrak gue, harusnya lo yg minta maaf" ucap cowo itu. "Apa-apaan lo kok yang nabrak gue duluan, lo lah yang minta maaf!" ucap cewe berambut pendek itu tidak mau kalah. "Hei kalian yang disana! kesini cepat!" teriak salah satu panitia ospek kepada mereka berdua, "Ah lo sih! sial banget gue" gerutu Risa.

"Kalo lo gak teriak. teriak kaya tadi, gak akan kita begini" gerutu cowo tinggi yang berada di sebelah Risa dengan menghadap ke tiang bendera sambil mengangkat satu kaki dan kedua tangan memegang telinga. "dan ini juga gak akan terjadi kalo lo tadi langsung minta maaf" cetus RIsa ke cowo disampingnya tersebut. "Lo batu banget ya jadi cewe" gerutu cowo itu.

Hampir 1 jam sudah Risa dan cowo tinggi tersebut berada di depan tiang bendera menerima hukuman mereka di hari pertama ospek. "Eh lo kenapa?" tanya cowo tersebut. Braaak! tubuh Risa yang sudah tidak dapat menahan terik matahari tiba-tiba terjatuh lemas. Spontan lelaki tersebut langsung membopong Risa dan meminta bantuan kepada para panitia Ospek.

Risa terbaring di ruang UKS, dan menyadari bahwa dirinya baru saja pingsan. "kepala gue sakit banget" gumamnya.

"Lo gak papa?" tanya cowo tinggi yang dari tadi menunggu agar RIsa segera sadar.

"Gue kenapa bisa di sini?" tanya Risa.

"Lo pingsan tadi. Kata panitia medis lo pingsan karna belom makan" ucapanya sambil memastikan bahwa Risa sudah baik-baik saja. "Makanya kalo gak kuat, jangan sok kuat"

"Ih siapa yang sok kuat juga" jawab Risa dengan sedikit kesal.

"Nama lo siapa?" tanya cowo tersebut.

"Princess" jawab Risa dengan bercanda.

"Gue serius nanya" jawab cowo itu.

"Risa. Nama gue Risa" jawab Risa sambil mengulurkan tangannya.

"Pasaran banget nama lo" jawab cowo tersebut dengan ketus.

"Ye giliran dikasih tau malah ngeselin lo!" ujar Risa jengkel.

"Gue, Resa" ucap cowo itu sambil menyulurkan tangannya dan tersenyum.

Dan sejak saat itu Risa menemukan sesuatu yang bermakna dalam hidupnya selama ini .

"Resa? namanya beda di huruf E dan I aja sama gue" gumam Risa sambil tersenyum.

***************