Namaku Raditya Narendra anak sah dari Bapak Ismail Narendra pemilik perusahaan terbesar se Asia. Saat ini harus bekerja sebagai Manajer diperusahaan Papaku. Disaat masa pandemi ini karena ideku perusahaan menjadi inovatif dan memperoleh keuntungan besar serta nilai saham yang naik. Namun Papa tidak melihat prestasiku ini, dia hanya melihat bahwa aku hanyalah anaknya yang tidak bisa bergaul dan terutama Papaku tidak menyukai sahabatku Liyan Dewantoro yang terlalu dekat hubungan kami.
Papa memutuskan memindahkan aku di kantor cabang Bali dan mengirim Liyan keluar negeri untuk belajar. Liyan teman bermain sejak kecil, kami tumbuh bersama, sekolah satu sekolah karena kami seumuran sehingga kami saling bersandar dan menjadi tak terpisahkan.
Papa mempunyai vila di Bali untuk tinggal aku disana selama bekerja di cabang Bali. Pertama kali mendengar keputusan Papa memindahkan aku ke Bali, perasaanku hancur lebur apakah papaku sendiri tidak ingin melihatku, padahal saat ini mama sedang sakit dan papa tau bahwa aku tidak bisa jauh dari mamaku.
Aku terpaksa menyetujui keputusan papa karena setiap keputusan papaku harus selalu dilakukan tanpa ada penolakan atau akan menerima konsekuensinya yang akan membuat dirimu menyesalmelakukan perlawanan. Papa memang orang yang sangat tegas dan tidak berani ada yang melawannya.
Aku mempunyai kakak tiri, jadi sebelum papa menikah dengan ibuku, dia sudah mempunyai istri dan anak laki - laki usia 10 tahun. Papa cerai dengan istri pertama kemudian menikah dengan mamaku dan satu tahun kemudian aku lahir.
Saat ini usiaku dua puluh tahun tapi aku sudah menyelesaikan pendidikan MBAku di Stanford University, Banyak perusahaan besar yang ingin merekrutku namun ku tolak karena aku ingin kembali ke rumah dan bisa bersama mamaku sepanjang waktu.
Kakakku bernama Rama Narendra, meski sudah berumur tiga puluh satu dia belum menikah karena dia gila kerja, jabatannya saat ini wakil CEO. Kakak biasa mewakili papa dalam perjalanan bisnis keluar negeri bahkan hidupnya lebih banyak dihabiskan diluar negeri sehingga kami jarang bertemu. Jika kami bertemupun kakakku tak pernah menganggapku ada.
Padahal dulu waktu kecil seingatku kakak adalah orang yang hangat dan sayang denganku namun berjalannya waktu kakak menjadi dingin dan menjauh dariku dan sekarang mengngagapku tidak ada. Semakin tahun keahlian kakak dalam mencuekin diriku semakin membaik dan membaik sehingga hubungan kami pun tidak normal seperti saudara.