Bertahun-tahun setelah pernikahan David dan Leticia ...
Pagi itu adalah hari yang biasa-biasa saja bagi keduanya. Namun, ada yang sedikit berbeda pada hari itu. David akan ikut dalam misi diplomasi yang dilaksanakan oleh Elina dan suaminya, Ben. Ketika sarapan, telepon rumah David berbunyi. Karena ia sedang sibuk menyiapkan sarapan, Leticia mengangkatnya.
"Halo Leticia, ini aku Elina," ucap Elina melalui telepon.
"Ya, ada apa? Mau bicara dengan David?" tanya Leticia.
"Tidak perlu. Katakan saja kalau aku dan Ben menunggunya di Bandara pukul sepuluh pagi," jawab Elina.
"Baiklah. Itu sekitar tiga jam lagi,kan? Oh ya, enak ya suamimu itu seorang diplomat. Kamu kan jadi bisa kemana-mana sesuka hati," ucap Leticia.
"Hahaha, kamu bisa saja. Bagaimana kabar kedua anakmu?" tanya Elina.
"Maksudmu Chyvelle dan Doni? Mereka baik-baik saja kok. Masih sering menangis sih, tapi ya aku maklumkan karena masih bayi. Bagaimana dengan anakmu?" jawab Leticia.
"Lyla? Dia ikut denganku," ucap Elina.
"Ooh," balas Leticia.
"Sudah dulu ya, takut mahal bayarnya," balas Elina.
"Baiklah, kumatikan ya," ucap Leticia.
Leticia kemudian menyampaikan kepada David apa yang Elina katakan. Setelah selesai menyiapkan sarapan, mereka menyantapnya seperti biasa. Setelah itu, David pamit pergi ke bandara.
"Aku pergi dulu ya, tolong jaga Doni dan Chyvelle baik-baik," ucap David.
"Tentu," balas Leticia.
David kemudian pergi meninggalkan rumah. Sementara itu, Leticia kembali mengurusi pekerjaan rumah. Beberapa jam kemudian, Leticia mendapatkan pesan dari David bahwa ia telah berangkat. Namun beberapa jam kemudian, Leticia mendapat pesan aneh dari Elina dan juga David.
"Maafkan aku," tulis Elina.
"Kalau aku tidak kembali, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu dan anak-anak kita," tulis David.
Perasaan Leticia mendadak menjadi gelisah. Ia tahu sesuatu telah terjadi. Benar saja, ia terkejut saat menyalakan televisi dan menemukan sebuah berita bahwa pesawat yang dinaiki oleh David dan yang lainnya jatuh di hutan. Berdasarkan laporan, tim pencari telah menemukan Ben dan David dalam keadaan tak bernyawa. Sementara itu, Elina dan anaknya hilang. Beberapa usaha telah dilakukan untuk mencarinya, namun tidak berhasil. Perasaan Leticia hancur karena mengetahui bahwa sahabat dan suaminya tak bersamanya lagi. Tahun-tahun berikutnya Leticia jalani dengan harapan bahwa Elina dan anaknya masih hidup. Namun, ia tak juga mendpatkan hasil. Sampai suatu hari, Leticia sedang menunggu kereta pulang ke patiseri miliknya.
"Duh, keretanya lama sekali," pikir Leticia.
Tiba-tiba ...
"Permisi tante, ini dompetnya jatuh," ucap seorang perempuan yang menyerahkan sebuah dompet.
"Oh terima kasih. Baik sekali kamu. Boleh aku tahu namamu?" tanya Leticia.
"Namaku Lyla," ucap perempuan tersebut.
Leticia terkejut saat mendengar nama tersebut. Ia kemudian bertanya, "Maaf aku tidak sopan, tetapi apakah kamu sekarang tidak memiliki orangtua kandung?"
Lyla tampak tampak tak tersinggung dan menjawab, "Benar. Aku sekarang tinggal di panti asuhan. Orang-orang di sana bilang, aku ditemukan oleh warga di sekitar sungai. Mereka beranggapan bahwa orangtuaku membuangku.
"Apa mereka menemukan sesuatu?" tanya Leticia.
"Ya, mereka hanya menemukan selembar kertas bertuliskan sebuah nomor dan juga sebuah papan kecil berukirkan nama," jawab Lyla.
"Bisa berikan detailnya padaku?" tanya Leticia.
"Papan tersebut berisikan nama Elina Agnisa," jawab Lyla.
"Elisa Agnisa? Dia itu sahabat lamaku yang sudah meninggal. Kebetulan sekali. Bisakah kamu menunggu di sini sebentar, aku akan mengambil sesuatu terlebih dahulu di rumahku lalu kembali ke sini," ucap Leticia.
Lyla kemudian menganggukkan kepalanya tanda setuju. Sementara itu, Leticia langsung pulang ke rumah dan mengambil foto-foto dan barang terkait dengan Elina dan membawanya ke stasiun lagi. Di sana, Leticia berhasil membuat Lyla yakin bahwa Leticia adalah kenalan ibunya dan berjanji akan mengadopsinya.