~Hati ini sudah cukup lelah~
-
-
-
-
-
-
-
⭐⭐⭐
Matahari sudah menunjukan pukul sepuluh pagi. Namun aku masih tetap pada posisi berbaringku di tempat tidur.
Hari ini memang jadwal kuliah pagi dan aku sengaja cuti tidak masuk kelas hari ini.
Pikiran ku terus saja menghangus akan hal hal yang kotor. Lebih baik aku memastikan semuanya hari ini.
Saat hari mulai panas, aku telah stand by di depan perusahaan Geno. Di balik teriknya matahari yang membuat keringat bercucuran, aku masih terduduk di dalam mobil memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang.
Namun setelah hampir dua jam menunggu, Geno tidak juga muncul. Padahal seharusnya dia keluar untuk makan siang. Akhirnya aku pun memutuskan menelpon Shinta.
"hallo"
"Shin, Geno gak masuk kantor ya? " tanya ku
"Lohh.. Bukannya sama lo ya. Karena lo libur kantor jadi Geno mutusin buat libur juga. Katanya mau weekend bareng"
Aku tertegun. Sebenarnya siapa wanita yang bersama Geno sampai-sampai semua orang mengira kalau dia adalah aku. Dan kenapa Geno malah liburan bersama dia?
Air mataku tanpa sadar mulai menetes membasahi pipi.
"hallo... Hallo... Mi... Lo gak papa kan? "
"emm... Iya gak papa kok"
"kalian lagi berantem ya? "
"enggak.. Thanks ya"
Aku segera menutup telpon nya. Dan segera menginjakan gas mobil agar melaju dengan kencang.
Untuk menenangkan pikiranku yang kacau, aku pun menelpon Indah.
"hallo ndah"
"hallo Mi, ada apa? "
"lo dimana? "
"lagi di kampus sih. Aku lagi di Kantin. Kenapa emang? Udah ketemu sama Geno? "
"anak anak ada?"
"ada, lagi pesen makanan tuh. Kenapa sih? "
"gue mau ketemu sama lo. Tapi jangan bilang sama anak anak yah"
"ohh oke. Kapan? Sekarang? "
"iya. Kita ketemu di tempat biasa ya"
"oke sipp"
Lima belas menit kemudian...
Aku telah duduk di sebuah kursi dengan es kapucino di hadapanku. Karena Indah tak kunjung datang aku pun menelpon nya lagi.
"ndah, lo dimana? "
"di rumah"
"lohh kok di rumah. Kan kita udah janji ketemu. Gue udah di kafe biasa nihh nungguin lo dari tadi"
"bukannya kamu tadi sama Geno ya. Jadi aku kira gak jadi"
"hah? Dimana lo ketemu sama Geno? "
"Di butik. Bentar deh.. Bukannya dia tadi sama kamu"
"dia bukan gue ndah"
"hah? Maksudnya? "
"nanti gue jelasin oke. Butiknya di tempat biasa kan?"
"iya"
"thanks ya. Nanti gue kabarin lagi"
Aku mematikan telpon nya dan melajukan mobilku dengan secepat cepatnya.
Saat aku akan masuk ke dalam butik itu, aku berpapasan dengan Geno dan dia... Iyah, wanita yang selalu orang bilang adalah aku. Dan benar saja, dia sangat mirip denganku bahkan bisa di bilang tidak ada beda nya. Dari mulai style, gaya rambut dan juga.. Wajahnya. Sama seperti diriku. Aku seperti sedang bercermin sekarang. Dan satu hal lagi yang membuat hatiku semakin sakit. Dia memegang sebuah kotak dan bunga. Dan setahu ku, kotak itu adalah kotak cincin.
Dia dan Geno kaget. Sama seperti diriku. Namun aku rasa, aku tak butuh penjelasan apapun karena semuanya sudah cukup jelas. Geno telah tahu kalau itu bukan aku, dan dia lebih memilih wanita itu.
Tanpa kata. Tanpa percakapan. Tanpa ekspresi. Kami semua hanya terdiam. Dan aku pun tak punya alasan untuk tetap tinggal. Akhirnya aku pun memilih pergi.
"Ismi... Ismi... Tunggu... " panggil Geno sambil memegang tanganku
Aku menghapus air mataku kemudian berbalik badan.
"aku bisa jelasin semuanya" ucap Geno
"gak ada yang perlu di jelasin. Semuanya udah jelas. Jadi ini alasan kamu gak pernah hubungin aku selama tiga bulan tanpa kabar. Aku telpon gak pernah di angkat, aku sms gak pernah di bales. Dan hari ini... Semuanya udah jelas. Kamu tahu kan wanita itu bukan aku, dan hari ini kamu lebih memilih liburan sama dia dari pada aku yang selama ini nungguin kamu? Dan kamu gak tahu betapa susahnya aku nungguin kamu.... " jawabku sambil terus menahan air mata
"aku bisa jelasin. Ini gak seperti yang kamu kira"
"lebih baik kita break dulu. Kita sama sama renungin apa udah terjadi. Dan sama sama introspeksi sama diri masing masing.. " aku menepis genggaman nya kemudian berlari menuju mobil dan melajuksn nya dengan kencang.
Seperti adanya hujan dalam teriknya mentari
Air mata tak sanggup di bendung lagi
Hari memang tak menggambarkan hati yang teriris
Dan panasnya semakin membuat bergelutnya emosi
Sungguh...
Aku ingin ini adalah mimpi
Mimpi dalam tidur siang yang akan segera pergi
Aku ingin terbangun
Dari mimpi buruk ini..