~Tuhan selalu punya rencana untuk makhluk-Nya yang tak sempurna~
-
-
-
-
-
-
-
⭐⭐⭐
Hari ini, tepat ketika matahari mulai menunjukan cahaya nya di pagi hari, aku sudah berada di sebuah ruangan yang penuh dengan baju-baju yang cantik. Namun dari begitu banyaknya baju cantik yang ada di sekelilingku itu, tak ada yang bisa menarik perhatianku. Semua nya terlihat seperti baju yang kurang bahan.
"gimana? Udah ketemu baju yang lo suka? " tanya salah seorang dari belakang yang tiada lain adalah Geno
Aku hanya menggelengkan kepala.
"lohh kenapa? " tanya nya lagi.
"lo lihat gak sih,, baju baju itu harusnya di jahit lagi, kenapa sih pada kurang bahan semua.. Gue gak mau ahh pake baju kayak gitu, kalau gue masuk angin gimana" gerutu ku
"itu kan baju jaman sekarang" jawab nya pasrah
"pokok nya gue gak mau pake baju kayak gitu" ucapku tegas
"ayolah plisss... Gue gak punya cara lain.. Kalau misalnya lo gak berpenampilan kayak Ismi, semua orang bakalan bertanya-tanya. Cuma ini cara satu-satu nya" pinta Geno
"tapi gue gak bisa"
"lo pasti bisa.. Cuma dengan cara ini gue bisa bantuin lo"
Akhirnya aku pun menyerah. Aku mencoba beberapa pakaian yang tidak sesuai dengan seleraku. Tapi apa daya, walau begitu aku tetap melakukan nya. Mungkin dengan cara ini aku bisa memulai pencarianku.
Setelah aku memilih beberapa pakaian untuk aku gunakan besok. Setelah itu Geno mengajak ku ke salon. Aku memotong sedikit rambutku, kemudian di cat sehingga berwarna seperti kecoklatan.
Kemudian setelah itu, ia mengajak ku ke toko sepatu. Ia memilihkan sepatu untuk ku. Sepatu yang sering orang bilang sebagai high hills yang sedang tren di kalangan para wanita.
Waktu pertama kali memakai nya, aku tak bisa. Bukan karena tak biasa tapi kaki ku tak cocok dengan sepatu high class seperti itu. Sempat beberapa kali aku terjatuh saat mencoba berjalan memakai sepatu itu, tapi saat itulah Geno terus menyemangati ku sehingga membuat ku lebih bersemangat untuk bisa.
Setelah bersusah payah membiasakan kakiku dengan sepatu super menyebalkan itu, akhirnya aku pun mulai terbiasa. Saat matahari telah bergulir ke barat dan menunjukan senjanya, kami tiba di sebuah restoran untuk makan terlebih dahulu.
Saat aku dan Geno sedang sibuk menikmati makanan masing-masing, tiba-tiba sebuah hal terlintas di pikiran ku dan membuat suapan ku terhenti seketika.
Aku melihat sosok laki-laki yang kini sedang makan di hadapan ku. Sosok malaikat yan Tuhan kirimkan untuk menyimpulkan kisah hidupku. Tanpa ku sadari, aku mengharapkan sesuatu yang lebih dari nya. Sesuatu yang orang katakan sebagai CINTA. Mungkin ini terlalu cepat jika aku harus mengatakan itu. Tapi aku tak mau munafik dengan perasaan ini. Bukankah cinta datang dengan sendirinya dan tanpa tahu kedatangannya?
Saat ku termenung dalam lamunan ku, suara panggilan Geno membangunkan ku.
"kenapa?" tanya nya
"enggak" jawabku sambil menggelengkan kepala
Dia kemudian membawa tisu dan mengelapkan nya pada sudut bibirnya.
"gue pengen nanya deh, lo ada sesuatu gak yang lo simpen? " tanya nya
"maksudnya? " tanyaku tak mengerti
"semisal barang yang mungkin bokap sama nyokap lo gak sengaja tinggalin"
Bukannya menjawab, aku nalah menatap nya dengan tajam sehingga membuat nya mengerutkab kening.
"kenapa? " tanya nya
"kenapa lo mau bantuin gue?" tanya ku
"karena gue yakin lo saudara Ismi" jawab nya tenang
"apa lo bakalan tetep bantuin gue kalau wajah gue gak mirip sama pacar lo?" tanya ku
Geno hanya menganggukan kepala
"kenapa? " tanya ku
"karena gue gak bisa biarin cewek kayak lo jalanin hidup sendiri" jawabnya membuat ku kembali mengagumi nya.
Aku menatapnya lekat. Begitu dengan nya yang kini menatapku. Kemudian perlahan aku menyimpulkan senyuman ke arah nya. Dan sekali lagi, dia membalas senyumanku. Senyuman yang membuatku luluh akan hati malaikat nya itu.
Mungkin ini saat nya untuk memulai hidupku yang baru
Aku tak pernah mengenal kata terbit
Hidupku selalu tenggelam dan tak pernah sekalipun melihat indahnya cahaya dibalik senja
Dan untuk pertama kalinya aku "BAHAGIA"
Karena DIA