Fatma terlena dengan kebaikan ibu mertuanya. Setiap ia pulang bekerja pekerjaan yang seharusnya ia lakukan sudah di kerjakan oleh ibu mertua. Seperti mencuci baju dan setrika pakaian kerja dirinya dan sang suami. Dua tahun sudah Fatma bekerja di sebuah perusahaan besar yang membuatnya berangkat jam 6 pagi dan pulang jam 6 sore.
Karena ada penambahan jumlah karyawan di perusahaan tempat Fatma bekerja, maka jam kerja Fatma pun berubah. Ia masuk jam 9 pagi dan pulang jam 4 sore. Awalnya semua berjalan mulus hingga ia mendengar ibu mertua berbicara pada tetangganya.
"Si Fatma dirumah kerjaannya cuma tidur aja" ucap sang mertua pada tetangganya.
"Kan uangnya banyak buktinya kerja terus tidak pernah libur" ucap sang tetangga menimpalinya.
"Ia karena kerja terus dia sampai lupa memberikanku cucu. Apa mungkin Fatma itu mandul ya?" celetukan sang mertua langsung membuat hati Fatma sakit.
Mulai saat itu Fatma memilih berangkat pagi dan pulang larut nunggu di jemput oleh Reza baru ia pulang. Sesekali ia mengunjungi kedua orangtuanya terlebih dahulu sebelum pulang kerumah mertua.
________Sesampai dirumah mertua _______
"Fatma kemari nak, ibu ingin bicara" ucap sang ibu mertua sembali menunjuk kursi tepat di sebelahnya.
"Iya Bu" jawabku sambil mendekat pada ibu mertua.
"Kamu dan Reza sudah menikah dua tahun. Apa tidak sebaiknya kalian memiliki keturunan?" tanya sang ibu mertua.
"Saya sangat menantikannya Bu, namun Allah belum memberikan buah hati untuk kami" ucapku sambil menundukkan kepala.
"Besok ikut ibu ya, kita ke paraji untuk melihat kondisi rahim kamu. Mungkin setelah di urut kamu bisa memiliki keturunan" ucap ibu mertua sambil memegang tangan Fatma.
"Baik Bu, Saya permisi sebentar ya Bu. Sepertinya mas Reza memanggil saya" ucapku menahan sesak di dada.
Fatma melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Iya benar kamar yang sudah mereka tempatin dua tahun terakhir. Sesampainya di kamar, Fatma menangis sejadi-jadinya. Dirinya sadar kalau memang dia bukan wanita yang sempurna dengan segala kekurangannya. Lalu ia akhirnya memantapkan diri untuk ikut ibu mertuanya menemui paraji.
_____keesokan harinya____
"Fatma, apa kamu sudah siap nak?" tanya ibu mertua
"Iya Bu, sebentar lagi. Fatma lagi pakai hijab" jawab Fatma dengan sedikit berteriak.
"Ibu tunggu di depan ya nak" sambung ibu mertua.
Mereka akhirnya sampai di rumah paraji (dukun beranak).
"Ini Bu, mantunya yang belum punya anak?" tanya paraji
"iya mak, tolong di lihat ya" jawab sang mertua.
Fatma terdiam menuruti keinginan ibu mertuanya. Tangan paraji berputar di area perutnya dan menekannya dengan lembut.
"Ini mah peranaknannya jauh Bu. susah buat punya anak" ucap nya dengan tangan masih menempel di perutku.
Fatma yang mendengar ucapan paraji tersebut langsung kaget. Setega itu dukun beranak beranggapan seperti itu.
"Tuh kan bener kata ibu, kamu tuh peranakannya jauh harus sering-sering di urut biar bisa punya anak" ucap ibu mertua padaku.
Setelah kejadian itu aku menangis sejadi-jadinya. Berangkat kerja pagi pulang larut. Sakit hati Fatma mendengar ucapan mertuanya.