Kringg..kringg…kringgg
Suara alarm Filo terdengar memecah kesunyian pagi itu. Jam menunjukkan pukul 6 pagi yang berarti Filo harus segera beranjak dari kasur.
"Selamat pagi duniaaaa" Ucap Filo sembari membuka gorden dan melihat sinar sang surya yang menyilaukan matanya. Pagi itu Filo terlihat sangat bahagia. Di kalender kamar Filo, terlihat tanggal 15 di bulan agustus yang dilingkari dengan spidol berwarna merah muda. Ternyata hari ini adalah hari wisuda Filo. Setelah membuka gorden, ia segera bersiap-siap dan memasukkan segala keperluannya untuk wisuda. Ketika membuka lemari, ia melihat sebuah dress yang berwarna merah muda dihiasi dengan payet yang bersinar sehingga dress itu terlihat sangat mewah. Itu adalah dress yang akan ia gunakan hari ini. Setelah bersiap-siap, ia menelepon Jeni untuk memberitahu bahwa ia sudah siap berangkat. Jeni akan datang beberapa menit lagi untuk menjemputnya.
Sebuah mobil merah berhenti tepat di depan rumah Filo. Ternyata itu adalah Jeni. Filo segera keluar dari kamarnya dan menuju depan rumahnya untuk menghampiri Jeni.
"Rias dimana kita Jen?" Tanya Filo karena sampai saat ini Jeni belum memberitahu dimana mereka akan berias untuk wisuda
"Di salon kakak sepupu gue, hari ini kita pasti cantik." Jawab Jeni dengan penuh percaya diri
Filo hanya mengangguk kemudian mereka berangkat ke tempat tujuan yaitu salon kakak sepupu Jeni. Dari kejauhan terlihat sebuah bangunan dengan cat tembok berwarna cokelat dan samar-samar terlihat papan berwarna ungu berisi tulisan "Jojo Beauty". Ternyata itu adalah tempat yang dimaksud oleh Jeni.
"Sudah sampai mbak." Ucap Jeni menirukan kalimat yang sering diucapkan supir taxi.
"Terimakasih Buk." Sahut Filo sambil cekikikan karena ia mengerti maksud sahabatnya yang menirukan suara supir taxi.
Filo dan Jeni kemudian keluar dari mobil dan segera menuju salon untuk berias. Kedatangan mereka disambut oleh seorang gadis muda cantik berambut blonde dan sepertinya menggunakan lensa kontak berwarna cokelat. Wanita itu tidak lain adalah sepupu Jeni. Setela diperhatikan ternyata ada kemiripan wanita itu dengan Jeni yaitu hidungnya yang mancung seperti orang Eropa.
"Haii Kak Jojo" teriak Jeni dan langsung memeluk wanita yang berdiri di depan pintu
"Fil, kenalin nih kakak gue namanya Kak Jojo. Sebenernya sih namanya Jingga Oktaviani tapi biasanya orang terdekatnya manggil dia Jojo." Lanjut Jeni
"Halo kak Jojo, aku Filo, temennya Jeni." Ucap Filo sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman. Kak Jojo membalas salam dari Filo
"Halo Filo. Wah kamu terlihat lebih cantik aslinya daripada foto yaa." Ucap Kak Jojo yang memuji kecantikan Filo
"he he.. Thank you Kak." Ucap Filo
Kemudian mereka langsung masuk ke dalam studio salon dan mulai bersiap untuk berias. Jeni menunjukkan gambar yang ada di handphone nya kepada Kak Jojo.
" Kak aku mau dirias kayak gini, Korean look gitu loh kak." Ucap Jeni
"Oke Jen. Kalau Filo bagaimana? Kamu mau dirias seperti apa ?" Tanya Kak Jojo kepada Filo
" Aku bingung sih kak karena belum lihat referensi. Kira-kira aku cocoknya rias apa ya kak?" Filo kembali bertanya kepada Kak Jojo karena ia kebingungan dan kurang mengerti mengenai make up.
"Sepertinya Korean look juga cocok untuk wajahmu. Setuju ?" Tanya Kak Jojo. Filo kemudian mengangguk memberikan isyarat bahwa ia setuju.
Kak Jojo mulai merias wajah Jeni sedangkan asistennya merias wajah Filo. Filo pasrah dengan apa saja yang dioleskan oleh asisten Kak Jojo diwajahnya. Ia sudah memberikan kepercayaan penuh.
"Gimana Filo? Cantik gak?" Tanya Asisten Kak Jojo yang diketahui bernama Kak Armila
Filo terkejut melihat wajahnya yang ia rasa sangat sempurna untuk menjalani hari spesialnya itu. Filo tersenyum lebar dan ia berterimakasih kepada Kak Armila. Sekarang saatnya untuk merapikan rambut Filo. Rambut Filo di curly kemudian diberikan aksen jalinan pada bagian atasnya. Aksesoris yang digunakan adalah jepit mutiara kecil namun terlihat elegan di kepala Filo.
"Gila, cantik bener lo Fil!" Ucap Jeni yang memuji kecantikan Filo hari itu
"Lo juga, this is our day!" Ucap Filo dengan senyum yang sumringah di wajanya
Setelah selesai berias, mereka langsung berangkat ke kampus untuk mengikuti segala prosesi wisuda. Mereka menikmati lagu di mobil sambil bernyanyi-nyanyi. Hal itu menunjukkan betapa bahagianya dua sahabat yang akhirnya akan lepas dari dunia pendidikan. Mereka melupakan sejenak bahwa setelah hari itu, mereka harus menghadapi dunia yang sebenarnya. Namun hal itu mungkin tidak terlalu berpengaruh bagi Filo yang sudah terbiasa hidup mandiri.
Singkat cerita, mereka sudah sampai di kampus. Setelah proses wisuda selesai, Filo dan Jeni berfoto bersama untuk mengabadikan momen kebahagiaan itu. Orang tua Jeni ikut hadir untuk melihat keberhasilan anaknya menyelesaikan pendidikan. Ketika Jeni sedang asyik bersama orangtua nya, Filo terduduk di taman dekat lapangan upacara. Ia melihat betapa bahagianya wajah Jeni yang dihadiri oleh orangtuanya. Ia membayangkan ayahnya datang untuk membawakannya bunga serta mengucapkan selamat kepadanya. Tidak sengaja ia meneteskan air matanya. Filo langsung mengambil tisu dan menyeka air matanya karena takut merusak riasannya. Ia iri melihat orang-orang disekitarnya yang dihadiri oleh keluarga yang mereka sayangi. Filo hanya bisa terduduk sembari menunggu sesi foto-foto selesai.
" Fil, setelah ini kita kemana?" Tanya Jeni yang tiba-tiba datang dari arah belakang Filo
"Langsung pulang aja gimana, Jen?" Tanya Filo
"Mau ngerayain kelulusan ?" Tanya Jeni kepada Filo
"Besok gimana? Hari ini lo sama keluarga dulu deh." Ucap Filo menolak halus ajakan Jeni
"Oke siap, besok aja deh kalo gitu" Ucap Jeni menyetujui ucapan Filo
Akhirnya keduanya memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, Filo mengambil album foto yang ia miliki. Album itu terlihat sedikit using, sampulnya berwarna coklat tua berisikan ukiran-ukiran menyerupai motif batik. Dibukanya halaman demi halaman oleh Filo. Kemudian Filo terhenti pada salah satu halaman yang menunjukkan foto dirinya ketika kelas 3 SMP. Itu adalah fotonya bersama beberapa teman kelasnya sebelum akhirnya ia pindah ke sekolah lain. Filo mengingat kembali momen ketika ia terpaksa harus pindah ke sekolah lain.
Saat itu Filo masih duduk di bangku kelas 3 Sekola Mengengah Pertama atau kerap disingkat SMP. Semenjak orangtuanya bercerai, Filo tinggal bersama neneknya dan adiknya yang masih kecil. Neneknya hanya bekerja sebagai dagang kue keliling yang penghasilan perharinya tidak menentu. Terkadang Filo membantu neneknya untuk membuat kue ataupun berjualan ketika di hari libur sekolah. Karena penghasilan neneknya yang tidak menentu, Filo berinisiatif untuk menjadi resseler pada salah satu toko online yang lumayan terkenal di daerahnya pada saat itu. Walaupun penghasilan Filo dari berjualan online juga tidak terlalu banyak, namun itu cukup untuk bekalnya ke sekolah tanpa harus meminta kepada Neneknya lagi. Kemudian pada suatu hari nenek Filo jatuh sakit. Filo kemudian izin selama 1 minggu untuk merawat neneknya. Terkadang ia ke sekolah untuk mengumpulkan tugas agar nilainya tidak bersmasalah. Tidak lama kemudian nenek Filo meninggal dunia. Saat itu hati Filo terasa hancur karena satu-satunya wali yang ia tahu sudah tidak bisa menemaninya lagi. Filo menangis selama prosesi pemakaman neneknya.
Filo yang bernostalgia itu tidak kuasa menahan tangis ketika mengingat momen itu lagi. Ia kemudian menyeka air matanya serta mengatur nafasnya agar dirinya tenang. Kemudian ia membalik halamannya lagi. Tiba-tiba sebuah benda kecil berwarna hitam terjatuh dari halaman tersebut. Ternyata itu adalah gantungan kunci berbentuk mawar hitam yang ia berikan dari pria anonim yang ia temui di sekolah SMP lamanya. Ia kembali bernostalgia dengan momen yang ia alami dengan pria anonim tersebut.
Pertama kali ia bertemu dengan pria anonim itu dengan tanpa sengaja adalah ketika Filo tertipu oleh salah satu customer online nya. Customer tersebut memesan beberapa barang secara online, kemudian ketika barang sudah siap diantar, customer itu malah memblokir Filo. Tentu saja hal itu membuat Filo marah dan kesal namun tidak ada hal yang bisa ia lakukan karena ia juga tidak memiliki foto wajah dari customer itu. Akhirnya Filo yang malang harus membayar segaka kerugian yang disebabkan oleh customer bodong itu. Biasanya ketika Filo kesal ataupu sedih, ia pasti pergi menyendiri di belakang sekolah tepat di pojokan sekolah didekat tembok pembatas dengan sekolah yang ada disebelah sekolah Filo. Tempat itu sangat jarang dijamah oleh siswa karena dianggap tempat angker dan horror. Filo tidak peduli dengan cerita horror itu , yang terpenting baginya adalah mendapatkan tempat yang sunyi dan tenang. Filo kemudian menangis karena saking kesalnya dengan customer itu.
" Hu..hu..hu…..Tuhan to-long balas-kan.. hu..hu.. per-buatan jahatnya yang telah menipu saya." Tangis pilu Filo yang dibarengi dengan kalimat yang terbata-bata akibat sesenggukan.
"Tuhan, Kira-kira karma nya bisa hari ini juga ngga ya? Hu..hu..hu" Filo masih menangis sembari mengeluarkan ocehan sebagai ungkapan rasa kesalnya.
Kemudian tiba-tiba ia mendengar suara tertawa yang ia yakinin sebagai suara laki-laki. Filo berhenti menangis, kemudian ia memejamkan matanya dan mencakupkan tangannya diatas kepalanya.
"Maaf hantu pendendam yang ada disini, aku tidak bermaksud mengganggu. Aku cuma kesel sama orang yang udah nipu aku. Jangan ganggu aku." Ucap Filo yang ketakutan karena ia mengira itu adalah suara hantu.
Suara tertawa itu makin jelas ia dengar bahkan sampai terbahak-bahak. Kemudian ada suara yang membalas ucapan Filo.
"Apakah aku perlu membantumu untuk membalas dendam?" Suara misterius itu terdengar sangat berat dan meyakinkan Filo bahwa itu memang hantu.
" Perlu Om Hantu." Sahut Filo seperti orang yang sangat polos
Suara tertawa kembali muncul dan membuat Filo curiga.
"Gue bukan hantu, ha..ha..ha. Pantes lo ketipu, bodoh sih. Ha..ha" Suara misterius itu ternyata berasalh dari seberang tembok.
Filo sangat kesal dan membalas ucapan pria yang ada di seberang tembok.
"Hehh.. siapa lo hah? Sini lo lawan gue. Awas aja lo yaa!" Ucap Filo yang mulai memanas karena merasa ditipu oleh pria itu.
"Lo kan gatau wajah gue, ha..ha..ha" Kata pria itu dan setelah itu terdengar suara hentakan kaki yang berlari menjauh. Filo yakin bahwa pria itu sudah berlari meninggalkan tempat itu.
Kembali ke Filo yang tengah memandangi gantungan kunci yang ia temui di albumnya. Ia tersenyum ketika mengingat momen awal pertemuannya dengan pria anonim itu. Filo sampai saat ini masih belum mengetahui siapa pria yang ia temui saat itu. Setelah kejadian hari dimana Filo tertipu, Filo dan pria itu sering mengobrol dari balik tembok tanpa mengetahui wajah masing-masing. Walaupun awalnya Filo membenci pria anonim itu, namun makin sering ia mengobrol, maka tanpa disadari ia mulai merasa nyaman. Begitupun dengan pria anonim itu, ia menyatakan perasaan nyamannya kepada Filo. Mereka berjanji akan saling bertemu dan ketika bertemu Filo membawa gantungan kunci berbentuk mawar hitam kemudian pria anonim itu juga akan membawa gantungan kunci berbentuk sepatu berwarna hitam.
Filo kembali bernostalgia dengan kenangan bersama pria anonim itu. Namun kali ini ia mengingat kenangan yang menyedihkan. Ia mengingat dimana 2 hari sebelum hari pertemuannya dengan pria anonim itu merupakan hari kematian neneknya. Kemudian hari dimana ia harus bertemu denga pria anonim itu adalah hari pindahnya Filo ke rumah ibunya karena sudah tidak ada lagi wali di daerah itu. Filo yang masih berduka dengan kepergian neneknya melupakan hari pentingnya bersama pria anonim itu. Ia baru teringat beberapa hari ketika ia sudah tinggal di rumah ibunya. Hal itu yang menyebabkan mereka berdua gagal bertemu dan membuat penyesalan yang besar di hati Filo. Ia merasa bersalah kepada pria anonim itu , maka dari itu ia tidak bisa melupakan pria anonim itu sampai sekarang.
"Cukup ah nostalgianya Fil. Sadar Fil sadarrr." Ucap Filo kepada dirinya sendiri sembari memukul-mukul pipinya.
Hari itu Filo yang awalnya mengambil album untuk menempel foto wisudanya malah bernostalgia dengan kenangan manis dan juga pahit di masa lalu. Sampai saat ini Filo masih berharap bisa bertemu dengan pria anonim itu karena ia merasa bahwa ia pasti akan segera bisa mengenalinya.
Keesokan harinya, sebelum Filo merayakan hari kelulusannya bersama Jeni, ia mendapatkan kabar gembira dimana ia lolos melamar kerja di Perusahaan Direktur Ken. Filo lolos ke tahap wawancara yang akan segera dilangsungkan 2 hari lagi. Filo kegirangan karena satu langkah lagi ia akan mendapatkan pekerjaan dan bisa menghasilkan uang untuk adiknya. Filo kemudian menyiapkan segala keperluan yang ia perlukan untuk tahap wawancara. Kemudian Handphone Filo bordering dan bertuliskan nama Jeni pada layar handphone tersebut. Filo segera mengangkat telepon dari Jeni.
"Halo Jen?" Ucap Filo
"Halo Fil. Katanya sekarang pengumuman seleksi wawancara kan, gimana hasilnya Fil?" Tanya Jeni dengan suara penuh harapan
"Lolos dong, he he he" Ucap Filo sambil cekikikan
"Yeay, So proud of you, Fil!" Ucap Jeni yang memberikan ucapan selamat kepada Filo
"Thank you, how about you?" Ucap Filo yang penasaran dengan hasil yang Jeni peroleh
"Gak lolos hahaha. Tapi tenang aja, gue mau lanjut S2 Fil." Ucap Jeni yang memberikan kejutan kepada Filo
"What ?? ga salah denger gue? Lo kan paling anti pendidikan tuh" Ucap Filo yang masih terheran-heran
"Yam mau gimana lagi, bokap nyuruh, katanya lulus S2 baru gue boleh ambil alih perusahaan. Ya mau gamau gue harus terima." Ucap Jeni dengan nada pasrah
"Semangat aja ya Jen. Gue dukung lo, hehe" Kata Filo
Kemudian keduanya memutuskan sambungan telepon. Filo bersiap-siap untuk pergi bersama Jeni merayakan kelulusan serta merayakan diterimanya Filo dan juga merayakan pendaftaran Jeni untuk mengambil S2 nya. Malam itu, mereka memutuskan untuk makan di restoran kesukaan Jeni kemudian ke tempat karaoke untuk menikmati hari terakhir kebebasannya sebelum akhirnya harus sibuk dengan kegiatan yang harus mereka jalani. Hari itu adalah hari yang penuh kejutan bagi dua sahabat itu.