"Gege, pakaiannya sudah aku siapkan," ucap Salsabila
Qianno tersenyum, pria berkulit putih keturunan China Indonesia itu menghampiri wanita cantik dengan rambut hitam lurus yang selalu terurai, dengan wangi memabukkan khas bunga sakura. Wanita berusia 25 tahun yang sudah ia nikahi selama 2 tahun, Salsabila Veronika wanita asli Jakarta.
"Terima kasih, Sayang," ucap pria yang sebentar lagi akan menginjak usia 30 tahun itu. Sang pria mengecup kening Asya dengan sayang. Salsabila selalu di panggil Asya oleh Qianno, sebagai panggilan sayangnya.
Sedangkan Asya sendiri selalu memanggil suaminya dengan sebutan Gege, panggilan kakak dalam bahasa Mandarin. Qianno menyukainya, bagi pria itu saat Asya memanggil dirinya dengan sebutan Gege terdengar sangat seksi di indra pendengarannya.
Qian melepaskan pelukan hangatnya pada Asya, sayang sekali kemesraan mereka harus berakhir saat ini, pria itu harus mempersiapkan penerbangannya menuju Korea Selatan.
Sebagai seorang Pilot dari salah satu maskapai penerbangan ternama, Qianno terpaksa harus sering-sering berjauhan dengan sang istri. Meninggalkan wanita itu sendirian di rumah mewahnya, karena sampai saat ini mereka belum dikaruniai buah hati. Tuhan belum mempercayakan titipannya untuk mereka.
"Sekarang tanggal 16—,"
"Aku datang bulan Ge, pagi tadi," sahut Asya memotong ucapan suaminya.
"Maaf, belum bisa memberikan Gege keturunan," lirih Asya penuh sesal.
Qian kembali memeluk istrinya, mengusap kepala wanita itu pelan. "Jangan terlalu dipikirkan, Sayang. Masih ada bulan-bulan selanjutnya. Aku bahkan masih bisa menunggu sampai masuk ke tahun-tahun yang akan datang."
"Tapi, ibu kamu—
"Tidak perlu dipikirkan, biar Gege yang bicara padanya nanti. Sekarang Gege berangkat dulu, jaga diri baik-baik, Sayang!" sahut Qian memotong ucapan sang istri.
Qianno meninggalkan kecupan pada dahi Asya, menatap paras ayu sang istri dengan penuh cinta sebelum bersiap pergi melakukan tugasnya.
Asya menatap Qianno yang terlihat sangat gagah dan tampan, dengan kulitnya yang putih sangat cocok saat dipadukan dengan seragam pilot berwarna navy dengan 4 strip berwarna emas yang berada di lengan seragamnya.
Terkadang Asya merasa khawatir, ia takut jika suaminya suatu saat akan memilih pergi meninggalkannya, Qian mampu mendapatkan wanita yang lebih segalanya daripada Asya. Walaupun selama 3 tahun mengenal dan menikah dua tahun lamanya Qian tidak pernah terlihat menduakannya. Namun, tetap saja Asya khawatir, apalagi sampai saat ini ia belum bisa memberikan keturunan untuk suaminya.
Asya kembali masuk lalu mengunci pintu utama, dia sangat jarang keluar rumah jika bukan untuk berbelanja kebutuhan rumah. Di kompleks perumahan mewah juga orangnya sangat individual, mereka hanya bertegur sapa sesekali saat berjumpa.
Untuk orang tua, Asya sudah tidak memilikinya, ia hidup sebatang kara sebelum Qianno memperistrinya.
Saat itu Qian menolongnya, Asya dibawa oleh kelompok penjual organ tubuh manusia. Asya adalah salah satu korbannya, namun ia dan beberapa tawanan lain berhasil kabur lalu bertemu Qianno dan dua kawannya bernama Hendry dan juga Rendy.
Awalnya Asya lebih dekat dengan Hendry, namun lama kelamaan entah siapa yang memulai, benih-benih cinta antara Qian dan Asya mulai tumbuh hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah.
Hidup Asya sangat bergantung pada Qian, terlalu sering dimanja membuat Asya melupakan jati dirinya, ia sangat mengandalkan Qian pada setiap permasalahannya. Pria itu adalah rumah dan juga topangannya, tempat ia berpijak dan menyembunyikan diri dari bahaya di luar sana.
Walaupun keluarga Qian memusuhinya, sering memaki dan juga berniat mencelakai dirinya, ia masih nekat untuk terus bertahan. Bahkan adik Qian pernah membuat tangannya patah, bahkan jari kelingking Asya masih bengkok hingga sekarang.
Mereka juga pernah berencana membunuh Asya namun tidak berhasil, wanita itu memaklumi kehidupan orang kaya mungkin memang seperti yang terjadi padanya.
Ia akan tetap bertahan asal Qian selalu mencintainya. Walaupun Qianno itu tidak pernah tegas menegur ibu dan sang adik agar tidak kembali melukai dirinya, Asya tidak masalah, asal rasa sayang Qianno tetap utuh untuknya.
***
"Qianno!" Hendry berteriak memanggil nama sang Pilot yang ia tunggu-tunggu kedatangannya.
"Kalian sudah siap? Second Officer kita ke mana?" tanya Qianno sembari mencari salah satu anggota dengan lambang dua strip emas di seragamnya.
Anggota awak pesawat dengan tugas memantau dan mengoperasikan sistem yang dicari-cari oleh sang Pilot terlihat melambaikan tangannya. Pria dengan seragam bername tag Rendy Perwira itu datang lalu tersenyum lebar tanpa peduli dengan wajah kesal Hendry yang dibuat menunggu terlalu lama.
Hendry sang first officer atau lebih familier dengan sebutan Kopilot, sang komandan kedua pesawat terbang. Pria itu sudah bersiap duduk di bagian sebelah kanan pada pesawat.
Setelah semuanya siap, pesawat lepas landas dikendalikan oleh pilot on comand atau lebih akrab dengan sebutan captain dengan name tag Qianno.
Pria dengan gaji 47 juta per bulan, sesuai dengan standar gaji pilot Indonesia itu tampak gagah dan berwibawa saat dilihat dari samping. Tentu saja pemandangan indah itu hanya dapat dilihat sekilas oleh rekannya.
Dengan rahang yang tak terlalu tegas, sangat serasi dengan paduan wajahnya yang teduh. Kepribadiannya yang sabar patut diacungi jempol, dan juga satu-satunya pria yang setia terhadap istrinya walaupun sering digoda oleh para pramugari cantik di sekelilingnya.
Bahkan pramugari sekelas Nancy saja dia tolak, padahal wanita itu adalah primadona di kalangannya. Dengan tubuh tinggi dan lekukan yang indah membuat Nancy terlihat sangat sempurna, tubuhnya berisi pada bagian yang tepat, namun tetap saja itu tidak serta merta membuat seorang Qianno goyah.
Hendry dan Rendy sampai bingung, sebenarnya pelet apa yang istri Qian pakai hingga membuat pria itu begitu bertekuk lutut pada Asya.
Di lain tempat, seperti biasa jika Qianno pergi untuk bertugas, ibu mertua dan adik iparnya akan datang mengganggu Asya. Mereka memang berniat membuat mental Asya terganggu agar mudah menyingkirkan wanita benalu itu.
"Mau sampai kapan aku harus menunggu, hah? Kamu mandul sama sekali bukan masalah, jika tidak menjadi pasangan anakku! Memberikan anak saja kau tidak becus, kalau sampai suamimu selingkuh tahu rasa kamu!"
Cemoohan ibu mertuanya sudah sangat biasa terdengar ke telinganya, namun kali ini sedikit keterlaluan karena membawa-bawa tentang perselingkuhan. Yang mana hal itu sangat sensitif saat masuk ke indra pendengaran Asya.
"Asya juga mau Bu, Asya juga ingin secepatnya memberikan Qian Ge keturunan. Tapi, Asya bisa apa jika Tuhan belum mengizinkannya," jawab Asya lirih.
"Jangan banyak alasan kamu! Kalau sampai dalam waktu 6 bulan kamu belum juga hamil, maka bersiaplah menyambut calon adik baru untukmu. Atau jika kamu menolak, silakan angkat kaki dari rumah ini."
"Dasar, menantu sialan!"
Selalu seperti ini, hinaan ibu mertuanya tak pernah gagal membuatnya sakit hati.