"menatap langit, meratapi hati, gelisah tak menepi dalam artian aku mungkin di takdirkan sendiri, meringis dalam sepi dari cerita yang sangat ingin kuakhiri."
"kriiing...."
suara bell alarm, yang mengartikan aku harus segera bangun dari tidur panjang semalam, aku bangkit dari tidur lalu duduk di pinggiran kasur sambil mengucek-ngucek mata, kutengok jam alarm kecil berbentuk segi panjang kecil, yang menunjukan waktu 07:45, "telat" teriaku sambil lari menuju wastafel air untuk cuci muka dan setelah itu memakai baju sekolah.
Aku lekas turun kebawah setelah persiapan singkat tadi, ini adalah ketiga kalinya aku terlambat kesekolah secara berturut-turut, hari ini pasti aku di hukum lagi karna terlambat datang kesekolah, "agh.. Ibu pasti terlambat pulang lagi" gerutuku dalam hati lalu menuruni anak tangga kamarku.
"Udah bangun zein" ucap papa.
"Iya pa" ucapku sambil kutengok kanan kiri "ibu belum pulang pah?" tanyaku.
"Jangan tanya soal ibumu, dia mungkin sudah lupa dengan kita, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai lupa dengan keluarganya sendiri" gerutu papa.
"Aku berangkat sekolah dulu pa" ucapku.
"Hah,, sekolah?" ucap kakaku berpaling dari acara tv kesukaannya menengok kearahku kaget.
"Iya kak, SE-KO-LA-H kakak gak denger " ucapku sambil meng-ejanya.
"Hari ini minggu zein, kamu sekolah di negara mana?" ujar kakaku.
"Astaga,," ucapku sambil menepuk jidat.
"Adiku ini ternyata sudah tua, sampai lupa hari" ucap kakaku tersenyum dan menepuk-nepuk kepalaku.
"Kakak,," ucapku tak nyaman di sentuh kepala.
"Kalian sarapan dulu, ini udah papa siapin" ucap papa.
"Bi Asih kemana pa?" tanyaku.
"Suami Bi Asih sakit, jadi dia ijin pulang" ujar papa.
"Kasian Bi Asih, eh ini papa yang masak?" tanyaku.