Ruangan itu mendadak sunyi, ketika gadis berambut pirang yang bernama Emilya itu, memperkenalkan siapa diri mereka kepada sang Pemuda.
Namun tak lama kemudian, pemuda itu tertawa terpingkal-pingkal, hingga berbaring di atas lantai yang berdebu.
Kedua gadis itu menatapnya dengan heran dan kesal.
"Apa yang salah dari ucapanku? Kau meminta kami mengenakan pakaian, kami mengenakannya, kau meminta kami memperkenalkan diri, kami sudah melakukannya!
Berani sekali kau menertawakan dua Dewi, yang saat ini sedang berdiri di hadapanmu!
Bukankah kini saatnya bagimu, untuk memperkenalkan dirimu juga?"
Emilya merasa tersinggung dengan sikap sang Pemuda.
"Ah, airmataku keluar, aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi," pemuda itu menyeka airmatanya dan menatap kedua gadis itu.
"Namaku Daisuke Kotaro, aku adalah pemilik tempat ini!"
Ia berdiri sembari berkacak pinggang dan membuat kedua gadis itu menatap dirinya dengan pandangan yang aneh.
"Ada apa dengan tatapan kalian yang meresahkan itu?" kali ini Daisuke yang merasa sedikit kesal, dengan tatapan mereka.
"Kau meminta kami mengenakan pakaian, tetapi lihat pakaianmu, gaya berpakaian macam apa itu?" Emilya kembali memprotes kalimat yang diucapkan oleh Daisuke.
"Hei, ini adalah pakaian kami di musim panas, lihat apa yang sedang kalian kenakan? Apakah kalian bahkan tidak merasa kepanasan?
Dan lagi apa? Putri dari Dewa Langit? Aku rasa Dewa akan menangis jika memiliki putri yang arogan seperti dirimu!"
Daisuke kembali berteriak kepada Emilya.
"He-Hentikan kalian berdua, tidak perlu ribut untuk membahas masalah ini, bukan? Ma-Maafkan kami, Daisuke, karena telah masuk dan merusak rumahmu.
Sudahlah, Kak, jangan berdebat lagi," Ophelia mencoba untuk menengahi keduanya.
"Meoungggg," Kururu ikut mengeong, seolah membenarkan ucapan Ophelia.
"Huhhh!!"
Emilya dan Daisuke sama-sama membuang pandangan mereka dan menggerutu pelan.
"Jika demikian, aku yang akan menjelaskan, apa yang saat ini sedang terjadi di sini." Ophelia akhirnya mengambil alih penjelasan itu.
"Kami sungguh-sungguh putri dari Dewa Langit. Ayah meminta kami untuk tinggal di bumi, agar kami bisa mempelajari etika hidup manusia.
Mempelajari hal yang benar dan bisa membedakannya dengan hal yang buruk.
Karena itu kami berada di sini saat ini, Daisuke."
Daisuke mengerutkan keningnya dan mengelus dagunya, ia masih belum bisa mempercayai hal yang saat ini sedang ia dengar.
"Apakah mengenakan pakaian secara ajaib, tidak membuatmu terkesima? Lantas bagaimana dengan tibanya kami di sini?
Apakah kau tidak merasa jika itu aneh?" Ophelia merasa heran dan takjub dengan pemuda ini.
"Bisa saja itu hanya fenomena alam dan kalian sedang melakukan sulap bukan?" Daisuke menjawab pertanyaan dari Ophelia dengan enteng.
Emilya dan Ophelia saling menatap dan kemudian Ophelia berjalan mendekati Daisuke, diletakkannya Kururu di atas lantai, lalu duduk di sisi Daisuke.
"A-Ada apa lagi?" Daisuke menatap Ophelia dengan wajah yang merona, ia merasa sedikit canggung, ketika ditatap oleh gadis itu.
Wajah yang mungil, bibir yang merah alami, pipi yang berseri, sepasang mata bulat yang berbinar dan hidung mungil yang mancung.
Rambut panjangnya tergerai indah dan membuat penampilan Ophelia menjadi semakin mempesona.
"Bukankah kau menginginkan bukti, jika kami adalah seorang Dewi?" Ophelia balik bertanya kepada Daisuke.
Jantung Daisuke berdebar kencang, ketika wajah Ophelia semakin mendekati wajahnya.
"K-Kau…"
Belum sempat Daisuke mengucapkan kalimat, tiba-tiba saja bibirnya dikecup dengan lembut, oleh gadis itu.
Wajah Daisuke semakin memerah karenanya, tapi ia merasa seolah tubuhnya tidak mampu bergerak dan hanya bisa diam saja, ketika dicium oleh Ophelia.
Gadis itu lalu melepaskan kecupannya dan menatap Daisuke sembari tersenyum.
"Nah, apakah kau bisa melihat sesuatu sekarang?" Ophelia bertanya kepadanya.
"Se-Sesuatu?" Daisuke menatap Ophelia dengan kening berkerut dan kemudian pandangannya beralih kepada Emilya, yang berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
Untuk sesaat, Daisuke merasa kebingungan, hingga akhirnya matanya menangkap sesosok makhluk yang berdiri di belakang Ophelia, namun makhluk itu tidak memiliki mulut, hanya sepasang mata merah, yang menatapnya seolah ingin menelannya.
"Akkhhhhhh!!!" Daisuke segera beranjak dan melangkah mundur.
Makhluk itu kemudian muncul di belakang Daisuke dan menatap Daisuke lekat-lekat.
Tubuhnya merayap di atas tanah dan pakaian yang dikenakan makhluk itu nampak kumal, jemarinya memiliki kuku-kuku panjang yang kehitaman.
"Ma-Ma-Makhluk apa ini?" Daisuke kini berlari menghampiri Emilya dan bersembunyi di belakang gadis itu.
"Bukankah sudah jelas, itu bisa saja hantu, siluman, iblis dan semacamnya."
Emilya menjawab dengan wajah angkuh dan melirik Daisuke yang masih mengintip dari balik bahu Emilya.
"Me-Mengapa mereka bisa berada di sini? Apakah kalian yang memanggil mereka? Apakah kalian penyihir??"
Emilya segera menarik lengan Daisuke dan mengepit leher pemuda itu di ketiaknya.
"Kau bahkan tidak percaya, ketika kami mengatakan bahwa kami adalah seorang Dewi. Namun kini kau bahkan mengatai kami seorang Penyihir? Yang benar saja???
Ophelia hanya membuka mata batinmu, sehingga kau bisa melihat hantu dan makhluk gaib lainnya!
Ini adalah salah satu kemampuan seorang Dewi, memberikan kemampuan kepada orang lain!"
Daisuke nyaris tak bisa mengatupkan mulutnya, ketika mendengar jawaban yang keluar dari mulut Emilya.
"Ba-Bagaimana mungkin?"
"Tentu saja mungkin, bukankah sudah kami katakan sebelumnya, kami adalah putri dari Dewa Langit!"
Ophelia ikut menekankan penjelasan dari sang Kakak.
"Dewi macam apa yang memberikan kemampuan mengerikan seperti ini?"
Daisuke kembali berteriak histeris.
"Kau hanya meminta kami untuk membuktikan, apakah kami sungguh dewi yang asli bukan?
Mengapa kini kau justru protes?"
Emilya ikut merasa emosi dan beradu pandang dengan Daisuke, ia melepaskan pemuda itu dan menatapnya dengan gigi bergemeretak.
"Akkhhhh! Baiklahh! Baiklah! Jika demikian, cepat hapus kemampuan mengerikan ini! Aku tidak ingin melihat hal-hal yang mengerikan di sepanjang hidupku!"
Daisuke segera meminta mereka untuk menghapus kekuatan itu.
Namun kedua saudara kembar itu justru saling bertatapan dan perasaan Daisuke menjadi tidak enak karenanya.
"Ada apa?"
Daisuke mematung dan menatap keduanya.
"Ano (Anu), masalahnya kami belum mempelajari mantera, untuk mengambil kembali kekuatan itu," Ophelia menatap Daisuke sembari tersenyum janggal.
Wajah Daisuke memucat mendengar hal itu.
"Itu tidak mungkin bukan?"
"Itu benar, selama ini kami belum mempelajari mantera untuk menetralkan kemampuan. Jadi, untuk saat ini, kau harus menerima kenyataan, jika kau memiliki kemampuan melihat 'dunia lain'.
Bukankah begitu Ophelia?"
Emilya tersenyum jahil, ia terlihat merasa senang, karena berhasil membuat pemuda itu merasa pucat dan ketakutan.
"I-Iyaaa, itu benar sekali. Tetapi, jika kau memberikan kami waktu, untuk mempelajari manteranya, mungkin kami bisa mencabut kembali kemampuan itu."
"Kalau begitu cobalah! Aku akan menunggu di sini. Cepat pelajari mantera itu!"
"Itu masalahnya." Ophelia menatap Emilya, wajahnya semakin terlihat jelas, jika ia merasa tak enak hati.
"Apa masalahnya?" Daisuke mulai merasakan firasat buruk.
Emilya maju dan berdiri di depan sang Adik, ia menatap Daisuke dalam-dalam.
"Kami tidak bisa mempelajarinya secara instant. Paling cepat tiga bulan dan paling lama, mungkin kami butuh waktu dua tahun, untuk bisa mempelajarinya dengan benar."