Chereads / DAZZLING REVENGE / Chapter 2 - Setitik Rasa Tak Bernama

Chapter 2 - Setitik Rasa Tak Bernama

Setitik rasa tak bernama

Membelenggu mengikat jiwa

Ketika dirasa tapi tak terasa

Ketika terasa tapi tak merasa

.

.

.

Amsterdam, Airport Schiphol

Pagi yang cerah dengan langit biru tak berawan menjadi background indah yang memanjakan mata. Terlihat orang-orang dari berbagai negara berlalu lalang di bandara Schiphol dengan berbagai tujuan, ada yang datang begitupun juga ada yang pergi.

Ping!

Satu pesan masuk datang dengan kabar yang menyenangkan. Mengawali hari dengan kabar baik adalah sesuatu yang semua orang harapkan, tidak terkecuali dirinya yang notabenenya selalu di hampiri sesuatu yang merepotkan dan pastinya tidak menyenangkan.

Tap!..tap!..tap!

Selangkah demi langkah, kaki bejalan menghampiri masa depan yang masih terasa abu-abu, mungkin saja kebahagiaan sedang menunggunya atau sebaliknya kesedihanlah yang kembali menghampirinya. Sekarang semua hal itu bukanlah masalah, dia siap dengan segala sesuatu yang akan menyapanya nanti, bahkan jika itu hal yang terburuk sekalipun. Terkadang seseorang memang membutuhkan luka agar mereka bisa bangkit dan hidup dengan lebih tangguh.

"Welcome. May I have you tickets ?!"

"Here you go"

"Is anybody else traveling with you two?"

"No, it"s just us"

"…"

"…"

"Cih…""ck…""hah!" keluh Leta

"Kau kenapa?"

"Si brengsek itu, sedang apa dia di sini?" tunjuknya dengan tatapan tak bersahabat kepada seorang pria yang kini barada tepat di depannya.

Felix Karel Everhart, dialah pria tampan pertama yang masuk daftar list hitam milik Leta. Pria menawan berlesung pipit yang sedang berdiri memandang mereka berdua dengan tatapannya yang sulit diartikan dan tentunya tersangka utama yang membuat wajah berseri-seri Leta seketika berubah menjadi menyeramkan.

"Hubungi aku jika kau butuh bantuan" Felix terlihat menyodorkan kotak hitam kecil ke arah Athena .

"Hmm.." responnya penuh arti sembari menerima kotak hitam itu.

" Wah, menyebalkan" celetuk Leta muak

"Sepertinya kau semakin populer Felix" Ucap Athena menyuarakan ungkapan hati Leta yang begitu membara lewat tatapan sinisnya yang dia tujukan kepada Felix sembari melihat banyak pasang mata baik yang lewat atau bahkan yang terang terangan berhenti hanya untuk memandangnya dengan penuh minat.

Semakin banyak perhatian yang ditujukan untuk Felix, semakin muak juga Leta melihatnya. Yah, baik Leta ataupun Athena bukanlah tipe yang suka menjadi pusat perhatian, mereka mencintai ketenangan. Bahkan untuk mendapatkan hal itu, meraka sering kali merubah style mereka sesuai kebutuhan.

Jika dilihat dari kacamata penonton saat ini, mereka terlihat seperti penggemar yang sedang berjumpa dengan idolanya. Athena dengan tampilan kutu bukunya dengan kacamata besar yang menutupi mata indahnya, Leta dengan tampilan anak rumahan yang terkesan akan kabur dari rumah dan tentunya sang pusat perhatian Felix dangan tampilan cassanovanya. Yah, bisa di maklumi jika Leta terlihat murka saat ini.

"Sorry, aku buru-buru menemuimu setelah menerima kabar kau akan pergi. Jadi ini diluar kendaliku"

"Cih... merepotkan. Kita harus segera bergegas Athena" Leta memang menyebut nama Athena , tapi tatapannya hanya tertuju pada Felix. Ah, ini bentuk pengusiran Leta pada pria itu. Lihat, sekarang mereka berdua terlihat beradu pandang, seolah-olah saling berbicara lewat tatapan mata. Melihat mereka berdua sungguh sangat menghibur, seperti melihat kucing yang siap menerkam harimau, sangat lucu.

"Sampai jumpa lagi Felix" ucap Athena mengakhiri sesi tatapan penuh makna itu sembari berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Tunggu aku Athena" teriak Leta sembari menghadiahi Felix tatapan penuh peringatan, sebelum dirinya bergegas menyusul Athena

"Berhati-hatilah" ucap Felix sembari memandang Athena dan Leta penuh arti

Pertemuan selalu hadir untuk menyambut perpisahan yang sudah tertakdir yang pada akhirnya mendatangkan pertemuan lain yang tidak terduga, begitulah roda kehidupan selalu berputar.

.

.

.

Kindergarten- Al Ghifary

Semilir angin berhembus menerbangkan helaian rambut seorang anak laki-laki yang tengah duduk dibawah rindangnya pohon sembari memandang sekumpulan anak-anak seusianya yang tengah tertawa menyambut kedatangan ibu mereka dengan tatapan mendamba yang sarat akan kesedihan dan juga kesepian.

"Wah, siapa itu ? apakah dia salah satu orang tua murid di sini?! dia sangat tampan dan menawan... atau dia salah satu donatur disekolah ini ?!"

Serangkaian pertanyaan menghebohkan tiba-tiba terlontar dari sekumpulan ibu-ibu muda yang ditunjukan untuk seorang pria tampan berjas hitam yang kini tengah menjadi artis dadakan karena kedatangannya.

"Hei kiddos, lama menunggu ?"

Terlihat seorang pria berjas hitam yang kini tengah menjadi pusat perhatian menyapanya dengan senyum khasnya, pria penuh pesona yang tidak lain adalah ayahnya. Entah kenapa kedatangan ayahnya membawa firasat buruk untuknya.

"Seperti yang daddy lihat"

"..."

Sekarang kembali terdengar bisik-bisik menghebohkan yang kini juga ditujukan untuk dirinya. Ah, ternyata ini firasat yang buruk yang sejak tadi dirasakannya.

"Daddy, ayo pulang" "Daddy, untuk besok dan seterusnya biar Nenek saja yang mengantar dan menjemputku."

"Kenapa Kiddos ? kau tidak mau memperkenalkan Daddy kepada teman-temanmu ?"

" Hmm.. " gumam Arka

"Hmm.." respon Noah sengaja mengikuti Arka

"Daddy..."

"Oke kiddos... oke. Jika itu bukan permintaan langsung darimu, Daddy tidak akan datang. Sudah puas ?"

"Hmm... tentu"

Dia kini bertekad tidak akan meminta ayahnya datang lagi, disana banyak harimau betina yang siap menerkah ayahnya, sungguh mengerikan. Ah, jangan lupakan satu wanita yang tadi dia perhatikan tengah memandang ayahnya dengan tatapan yang sangat mendamba, mengingatnya lagi membuatnya merinding.

.

.

.

.

Plumeria Hospital

Brakk! Brakk!

.

.

Suara pintu mobil ditutup menjadi pengiring percakapan antara dua anak adam yang terlihat khawatir akan sesuatu hal.

.

.

"Ini diluar dugaan kita Noah. Mereka bergerak lebih cepat dari yang kita perkirakan, dan si bodoh itu tidak menyadarinya"

"Tenang Adam, kita urus masalah itu nanti, yang terpenting sekarang kita harus tahu kedaannya. Beruntung seseorang menyelamatkanya tepat waktu"

"Keberuntungan yang selalu dia banggakan ku akui sekarang berguna diwaktu yang tepat. Seorang Jery Adhitama memang sangat beruntung"

Noah dan Adam berjalan meninggalkan parkiran, terlihat dua wanita berjalan tergesa-gesa dari arah yang berlawanan. Salah satu dari wanita itu terlihat berjalan tanpa memandang ke arah depan karena sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya.

Tiba-tiba wanita itu berteriak dan terhuyung menabrak Adam. Dengan kesigapan yang dimiliki Adam, membuat mereka berdua tidak berakhir jatuh mengenaskan.

"Aduh.. " keluhnya sembari memegang dahinya yang berdenyut

"Ah, kau tidak apa-apa nona?" tanyanya memastikan yang sukses membuat sang wanita memandangnya langsung

" Wow… "

Wanita bertubuh semampai itu berucap lirih sembari memandangnya penuh minat.

"Kau tidak apa-apa nona?" tanya Adam sekali lagi, sembari membantu wanita itu berdiri

"…"

"Ini milikmu" Ucap Noah memecah keheningan sembari menyodorkan sesuatu yang terjatuh dari tas wanita itu

"Terimakasih" ucapnya menerima benda itu sembari memandang sang pemberi

"Oh, my God" ucapnya tiba-tiba dengan terpana sembari menutup mulutnya. Terlihat dia memandang Adam dan juga Noah secara bergantian

"Nona?" tanya adam memastikan kembali

"Ah, y.. ya ? oh ini, aku ba.. baik ..sa.."

Ucapannya tiba-tiba terpotong oleh suara lain yang lebih mendominasi

"Leta, kau membuang waktuku"

Terlihat seorang wanita yang berwajah datar dan tanpa minta memanggil wanita yang sebelumnya menabrak Adam tadi dengan tatapan bosan.Sungguh tatapannya itu sangatlah langka.

"Maafkan aku sudah menabrakmu, aku sungguh tidak sengaja. Sekali lagi maafkan aku, permisi."

Wanita itu kini meminta maaf kepada Adam sekaligus perpamitan kepada mereka berdua dan segera berlari menghampiri temannya dan berbicara dengan semangat . Dia tidak sadar jika suaranya bisa terdengar dengan jarak sedekat ini, sungguh konyol.

dan pergi menghampiri temannya yang terlihat akan segera bergegas pergi

"Kau lihat, mereka berdua sangat tampan, sepertinya aku akan tidur nyenyak hari ini" ucapnya bahagia

"Lakukanlah hal yang lebih berguna Leta"

Dia berkata tanpa minat sembari berjalan meninggalkan wanita bernama Leta tanpa sedikitpun menoleh ke arah dua pria yang kini sedang memandang mereka dengan tatapan menilai.

''Hei... jangan tinggalkan aku." wanita bernama Leta itu kini berlari menyusul temannya dan menghilang bak di sapu angin.

"Kau lihat Noah, aku takjub ternyata masih ada wanita waras yang melihat kita dengan pandangan biasa. Bukankah ini luar biasa ?"

"Aku tau makna senyum tersembunyimu itu, sekarang kita harus bergegas menemui Jery."

'Sepertinya Ini akan menarik jika kami bisa bertemu kembali dengan dua wanita itu, yang satu begitu blak-blakan satunya lagi begitu tanpa minat dan dingin. Sungguh perpaduan yang lucu ' Batin Adam sembari tersenyum penuh arti

.

.

.

Rindu tak mengenal batasan

Kala rindu menyapa jingga

Senja hadir sebagai penawar

Meski jarak memisahkan

Rindu tak mengenal batasan

* * *

Apartemen Sankarea

"Hari ini sungguh melelahkan, banyak hal tak terduga menyambut kedatangan kita Athena. Sebentar lagi fajar dan aku belum tidur sama sekali. Tapi dari semua hal yang terjadi, yang terbaik adalah kita bertemu tiga pria tampan dalam satu waktu, bukankah kita sangat beruntung."

"Beruntung bagimu tapi tidak untukku. Tapi ada satu hal yang terus mengganggu pikiranku, siapa sebenarnya yang berniat membunuh laki-laki itu. Kau tentu tau Leta, racun yang ada dalam peluru itu bukanlah racun biasa. Jika kita tidak menolongnya tepat waktu dia pasti sudah mati saat ini." Jelasnya sembari menerawang

.

.

.

Flashback

'Akhirnya aku menginjakkan kaki lagi di negara ini'

Athena kini tersenyum samar, dia tahu gerbang kehidupannya yang penuh rahasia itu sudah menantinya.

"Waktunya kita kembali dan istirahat Athena, aku lelah lagi pula ini sudah larut malam. Ah, sudah hampir jam 12 malam pantas saja aku mengantuk" ucap leta sembari melihat jam tangannya.

"Dor! Dor!"

.

.

.

Terdengar suara tembakan yang menggama di malam yang begitu larut. Orang-orang terlihat berlari menuju asal suara tembakkan itu, dari jauh seorang pria berjaket coklat tergeletak pingsan karena insiden itu.

"Tolong.. siapapun tolong dia" teriak seorang pria meminta pertolongan

"Apa yang sebenarnya terjadi, adakah yang sempat melihat kejadiannya ?"

Athena mencoba bertanya kepada siapapun untuk mencari informasi sembari mengecek denyut nadi pria itu.

"Sa.. saya nona, ta.. tadi ada mobil hitam berhenti tak jauh dari pria itu dan tiba-tiba seseorang keluar menembaknya sebanyak dua kali, saat itu dia langsung jatuh dan tak sadarkan diri nona" jelas pria paruh baya menjelaskan rincian kejadian itu

"Bagaimana kedaanya Athena, dia terlihat semakin pucat"

"Denyut nadinya sangat lemah, kita harus segera membawanya kerumah sakit. Tapi kita butuh mobil segera, kita tidak bisa menunggu ambulance datang karena dia bisa mati kapan saja"

"Mobil jemputan kita sudah didepan, kita gunakkan itu saja Athena"

"Apakah nona yang akan membawa pria itu kerumah sakit?" tanya seorang wanita yang berdiri dengan wajah pucat seperti akan menangis.

"Ya, kebetulan saya dokter jadi saya bisa mengetahui bahwa nyawa pria ini dalam bahaya jika kita tidak membawanya segera kerumah sakit." Ucapnya sembari menunjukan kartu pengenalnya

Athen mencoba meyakinkan orang-orang yang terlihat khawatir itu. Meskipun dengan sedikit bumbu kebohongan dengan mengaku sebagai dokter, tapi semua berjalan sesuai rencana.

"Syukurlah, kami mempercayakannya padamu nona " ucap pria paruh baya yang tadi melihat kejadiannya secara langsung

Deru mesin mobil terdengar nyaring di malam yang sunyi, terihat Athena dan leta saling beradu pandang seolah mengetahui sebuah rahasia yang tersembunyi.

"Athena ini bau racun yang tidak biasa, dia bisa mati jika kita tidak cepat"

"Aku tau, tenanglah Leta. Pak, naikkan kecepatan kita harus segera sampai rumah sakit"

.

.

.

Plumeria Hospital

"Siapa disini wali dari pasien?"

"Maaf dok, wali dari pasien belum sampai disini. Lakukanlah apapun untuk menyelamatkan nyawanya dok, kami yang akan bertanggung jawab."

"Baiklah nona, kami akan melakukan semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien. Beruntung nona membawanya tepat waktu, kalo begitu saya permisi"

"Athena, sepertinya kita harus segera menghubungi keluarganya, ah satu lagi pria itu Bernama Jery Adhitama"

Leta mencoba mengingatkannya sembari menyerahan ponsel milik pria itu.

"Hmm,.. sudah kuduga dia memang bukan orang biasa. Butuh keahlian khusus untuk membuka ini, sepertinya dia sudah mengantisipasi akan terjadi hal darurat seperti ini. Ponselnya tidak mudah dijamah orang lain"

"Kau ahlinya dalam hal ini, membuka ponsel seperti itu bukanlah hal yang sulit untukmu " ucap Leta tersenyum penuh arti.

Melakukan hal seperti ini memang hal biasa baginya seberapapun sulit aksesnya dia pasti bisa membobolnya. Yang menjadi pertanyaan saat ini bukanlah cara membuka ponsel ini tapi siapa sebenarnya pemilik ponsel ini.

Bukankah takdir hidupnya memang sangat luar biasa, baru menginjakkan kaki di negara ini saja dia sudah disuguhi hal yang sangat menarik.

"Hubungi pria bernama Adam, dia orang yang selalu dihubungi pria itu selama dua hari terakhir ini"

Falshback End

Takdir terkadang memang selucu ini, dia yakin sesuatu yang menarik sedang menunggu dirinya. Lihat saja, dihari kepulangannya dia sudah bertemu tiga pria yang tidak biasa dalam satu waktu.

Bohong jika dia mengatakan itu sangat biasa , mereka memiliki paras yang rupawan pas sekali dengan selera Leta yang sangat luar biasa, tapi yang tak biasa adalah ketiga pria itu tipikal orang yang harus mereka hindari, firasatnya tidak pernah salah dalam hal ini.

"Ah,. . . kau tahu Athena, pria tampan yang malang itu juga sangat beruntung karena bertemu dengan kita. Ku harap kedepannya dia baik-baik saja. Aku yakin orang-orang itu pasti akan kembali datang untuk membunuhnya. Hei... Athena, kau tidak berniat menemui kakakmu langsungkan, kita bahkan belum istirahat sesampainya disini."

"Kau tidur dan istirahatlah, dia akan datang sendiri padaku tanpa perlu kuminta."

.

.

.

Plumeria, VIP 131

Sang mentari pagi manyapa bumi dengan suka cita, segarnya udara menjadi penanda awal menyambut hari.

Terlihat Noah dan Adam duduk sembari memandang sesosok pria muda yang sedang tertidur tak berdaya dengan wajah pucatnya. Pria dengan sejuta senyumannya itu kini diam membisu.

Sungguh pemandangan yang tidak pernah mereka bayangkan akan terjadi, beruntung Tuhan masih membiarkan dia selamat meski saat ini dia tak kunjung membuka matanya.

"Kau tau Noah, sejujurnya aku selalu mengharapkan si bodoh ini tidak berisik dan membuat ulah yang merepotkan. Tapi bukan ketenangan seperti ini yang kuharapkan, aku lebih memilih dia berbuat ulah dari pada tidur tak berdaya seperti saat ini"

"Dia sudah melewati masa kritisnya, kau tidak perlu khawatir. Yang perlu kita pikirkan saat ini adalah siapa dalang utama dalam kasus ini dan satu hal lagi yang membuatku penasaran, siapa sebenarnya orang yang sudah menolongnya. Kau tahu kita bertiga memiliki akses pengaman yang tak tertembus, dan menariknya pihak rumah sakit justru menghubungimu atas informasi dari seseorang yang sudah menolongnya. Satu hal yang ku yakini, orang itu sudah membuka dan mengakses ponsel Jery, karena hanya kau orang yang jelas-jelas dua hari terakhir ini selalu Jery hubungi."

"Dugaanmu masuk akal, meskipun Jery ceroboh dia tidak mungkin membiarkan poselnya terbuka tanpa pengaman, itu sama saja dengan bunuh diri. Jika dugaan kita benar adanya, bisa dipastikan dia orang yang sangat jenius dan fakta menariknya orang yang kita bicarakan adalah seorang wanita"

Eeuungg ... Eeuungg...

.

.

Terdengar suara gumaman yang samar, penanda seseorang telah bangun dari tidur panjangnya. Terlihat Jery memberi kode bahwa dia membutuhkan segelas air untuk tenggorokannya yang kering. Adam dengan sigap membantu Jery untuk duduk dan memberinya segelas air untuk da iminum.

Glek... Glek... Glek

.

.

.

"Hoahh, aku seperti hidup kembali"

"Kau tidak terlihat seperti orang yang habis sekarat, Jery" ucap Noah penuh niatan

"Aku hampir mati Noah, itulah yang kurasakan saat itu. Saat aku mulai kehilangan kesadaranku, aku hanya berharap seseorang dengan insting yang baik yang akan menolongku karena dengan itu dia bisa langsung mengetahui bahwa aku tidak akan tertolong karena peluru yang ku terima mengandung racun."

"Harapanmu selalu membawa keberuntungan untukmu, kau masih hidup saat ini dan itu artinya seseorang yang kau harapkan menolongmu memang orang yang tepat. Ah, ini ponselmu, perawat yang memberikan ini saat kami tiba kesini"

"Tunggu dulu Adam , siapa yang menghubungi kalian dan memberi tahukan keberadaanku disini ? aku hanya menyimpan nomer kalian dalam ponsel ini, itupun dengan akses pengaman. Bahkan ponselku masih dalam mode terkunci saat ini"

"Sudah kuduga, ini lebih menarik dari yang kuperkirakan"

Terlihat Noah tersenyum penuh arti kepada Adam.

" Menduga apa ? apa yang ku lewatkan disini ? Hey, kalian juga belum menjawab pertanyaanku"

"Kau istirahatlah, kita akan bahas ini setelah kau pulih" Ucap Adam mengakhiri rasa penasaran Jery

.

.

.

Takdir selalu membawa sebuah rahasia_

Tentang sebuah rasa ketertarikan akan segala hal

Meski duka yang diterima tapi tawa selalu tercipta

Karena rahasia terkadang memang harus tetap menjadi sebuah rahasia