Chereads / Mr. Kiss / Chapter 2 - terjebak di sebuah kamar

Chapter 2 - terjebak di sebuah kamar

Mata Dinara kembali menyusuri sekeliling kamar setengah terang itu. Tidak begitu luas, hanya ada beberapa barang terlihat di beberapa sudut. Pandangannya mulai cemas. Ia mencari apakah ada orang selain dirinya di sana? Namun, sejauh matanya menelusuri seluruh ruangan yang tidak terlalu besar itu, ia tak melihat siapa pun kecuali dirinya. Pikirannya mulai melambung. Air matanya berlinang membasahi pipinya saat ia membayangkan siapa orang yang tega melakukan ini padanya? Melucuti seluruh pakaian dari tubuhnya? Dan menyentuh tubuhnya yang bahkan tidak pernah terjamah oleh laki-laki mana pun.

Dinara masih diam membisu di atas kasur. Ia mencoba mengingat kejadian sebelum dirinya ada di kamar itu. Masih terekam jelas dipikirannya. Ia dikejar sekumpulan laki-laki bertubuh besar kemudian bertemu dengan seorang laki-laki misterius dan perdebatan sengit antara dirinya dan laki-laki itu pun terjadi. Namun, Ingatannya berhenti saat dirinya di paksa masuk ke dalam mobil mewah. Setelah itu dia tidak ingat apa pun sampai ia berada di kamar dengan kondisi tak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya.

Pelakunya hanya ada dua kemungkinan. Jika bukan sekumpulan laki-laki yang mengejarnya maka sudah jelas laki-laki yang menciumnya saat itu. Tubuhnya seketika bergidik ngeri meski hanya membayangkan. Rasanya ia ingin sekali menghabisi pelaku yang sudah membuat harga dirinya hilang dan hatinya hancur lebur.

Dinara mulai bangkit dari atas kasur. Ia tak ingin hanya diam saja, setidaknya ia bisa mencari petunjuk tentang keberadaan orang yang sudah membuatnya begini. Namun, tanpa sengaja saat tangannya menyentuh nakas untuk menopang tubuhnya yang lemas, Dinara menemukan sepotong kertas di atas nakas.

'Aku pergi dan entah kapan akan kembali. Kau tidak perlu takut. Orang suruhan ku akan datang setiap hari dan membawakan kebutuhanmu.' Dinara merobek surat yang ia baca dan membuangnya asal hingga berhamburan.

Sial, dia pikir siapa dia? Beraninya melakukan ini padaku? Batinnya berteriak. Namun, ia sadar semua sudah terjadi. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah dan bertemu dengan orang yang sudah membuat dunianya hancur dalam satu malam.

Dinara akhirnya beranjak dari kasur, tangannya memegang selimut yang menutupi tubuhnya hingga sedada. Baru saja ia melangkahkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba ia mendengar suara pintu terbuka hingga membuat jantungnya kembali berdegup kencang, memikirkan siapa orang di balik pintu tersebut? Mungkinkah orang itu?

"Siapa kamu?" tanya Dinara terkejut begitu melihat seorang wanita masuk ke dalam dan menutup kembali pintunya.

"Nona tidak perlu takut. Saya di suruh Tuan untuk mengantarkan ini." Wanita itu menyodorkan sebuah kotak besar lalu menundukkan wajahnya dengan sopan.

"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Dinara penasaran. Meski sebenarnya ia merasa malu dengan kehadiran wanita di hadapannya itu dengan kondisi dirinya saat itu.

"Maaf, Nona. Aku tidak bisa menjawabnya."

"Lalu, apa itu?" Dinara melirik kotak besar yang masih di pegang wanita itu.

"Aku tidak tahu, Nona. Mungkin Nona bisa melihatnya sendiri," jawab wanita itu dengan sopan.

Dinara meraih kotak tersebut dan membukanya. Isinya adalah satu set pakaian yang bisa dia kenakan untuk menutupi tubuhnya.

Dinara menghela napas berat lalu melempar kotak tersebut hingga berserakan di lantai. Air matanya perlahan kembali menetes. Ia tersungkur dan menangis tersedu. Ia bahkan tidak bisa berpikir lagi harus bagaimana selain bertemu dengan laki-laki yang sudah membuatnya seperti itu.

Melihat emosi Dinara yang sedang meluap. Wanita itu pun bergegas pergi. "Maaf, Nona, aku harus segera pergi." Katanya sambil berjalan cepat lalu menutup pintu.

"Tunggu, kamu tidak bisa meninggalkanku sendirian di sini!" pinta Dinara setengah teriak sambil tersedu menangis.

Beberapa menit setelah Dinara meluapkan emosinya dengan menangis. Ia bergegas ke toilet untuk membersihkan tubuhnya dan terpaksa memakai pakaian yang di bawakan wanita tadi. Tidak ada pilihan baginya.

Dress berwarna putih selutut kaki itu sangat pas di tubuh Dinara. Entah bagaimana cara laki-laki itu menyiapkan semuanya hingga semuanya begitu sempurna dan terencana.

Dinara menatap dirinya pada sebuah cerpen, menyisir rambutnya pelan-pelan. Tatapan matanya begitu datar meski tidak bisa dipungkiri dress yang dikenakannya begitu cantik.

Dalam lamunan panjangnya menatap dirinya. Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering. Dinara berjalan mencari di mana letak suara itu berasal dan ia menemukannya di atas nakas sebelah kiri. Langsung saja ia mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, Dinara. Apa kau baik-baik saja? Suara laki-laki di balik ponsel itu memecah lamunan Dinara

Cih, Dinara berdecak kesal mendengar pertanyaan itu. Tidak sepantasnya ia menanyakan dirinya yang jelas-jelas sedang tidak baik-baik saja.

"Siapa sebenarnya kamu? Kenapa kamu melakukan ini padaku?" Dinara mencecar dengan pertanyaan.

"Dinara, aku tidak bisa menjelaskannya di telepon. Setelah urusanku selesai, aku akan menemui mu."

Dari mana dia tahu namaku? Dinara membatin penuh selidik. Siapa sebenarnya laki-laki ini? Orang seperti apa dia?

"Dari mana kamu tahu namaku?" tanya Dinara penasaran.

Laki-laki itu tertawa kecil. "Bukan hanya namamu, aku tahu semua tentangmu."

Laki-laki itu menyelediki profil Dinara. Semuanya dikulik oleh orang suruhannya hanya dalam waktu satu hari. Tidak membutuhkan waktu lama baginya hanya untuk mendapatkan informasi tentang Dinara dan keluarganya.

Dinara adalah wanita berusia dua puluh tahun. Sebelumnya ia hidup bahagia bersama ibu dan ayahnya. Kehidupannya begitu sempurna. Dia juga putri satu-satunya. Orang tuanya memiliki usaha di bidang furniture. Itu sangat cukup untuk kehidupan mereka yang hanya bertiga. Orang tuanya adalah seorang penyayang. Dinara tidak kekurangan kasih sayang sedikit pun dalam didikan orang tuanya.

Sampai pada suatu ketika, ayahnya meninggal karena sakit. Selang tiga tahun setelah kepergian suaminya, ibunya memutuskan untuk menikah lagi. Menjalankan bisnis seorang diri sambil membesarkan Dinara membuatnya sangat sibuk hingga kurang memiliki waktu bersama Dinara. Saat itu Dinara berusia 10 tahun. Kemudian ia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Frans lalu menikah.

Awalnya laki-laki itu bersikap biasa saja. Sampai kemudian ibunya hamil dan memiliki seorang anak perempuan dari suami barunya dan diberi nama Clarisa. Kehidupan mereka berjalan seperti inilayaknya sebuah keluarga.

Lambat laun sikap asli suaminya semakin terlihat. Ia gemar mabuk dan berjudi sampai menghabiskan uangnya hingga semuanya habis tak tersisa. Ibunya Dinara pun jadi sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal.

Sejak saat itulah kehidupan Dinara berubah total. Semua aset peninggalan ayahnya di sita oleh bank karena hutang ayah tirinya. Dinara juga terpaksa tidak melanjutkan kuliah karena tidak ada biaya. Ia hanya mengenyam pendidikan sampai SMA saja. Sehari-hari ia bekerja di sebuah toko grosir dan tinggal mengontrak di pinggiran kota Jakarta. Meskipun ia sudah meninggalkan ayah dan juga adik tirinya. Namun, ayah tirinya masih saja mengganggu hidupnya. Sampai pada malam itu ia bertemu dengan seorang laki-laki dan berakhir di sebuah kamar seorang diri.

"Dinara, apa kamu mendengarku?" tanya laki-laki di balik ponsel yang masih dalam genggaman Dinara.

Ucapan laki-laki di balik ponsel sebelumnya cukup membuat Dinara larut dalam lamunan panjangnya. Membahas soal kehidupan dirinya memang sering kali membuat Dinara terdiam dan menyesali keputusan ibunya yang menikah lagi. Saat itu dia juga tidak bisa melakukan apa-apa karena masih remaja.

Suaranya ..., rasanya sangat familiar ditelingaku, mungkinkah dia laki-laki yang semalam menciumku juga? Batin Dinara menerka.