Chapter 2 - Reuni Keluarga

Bab 1

Reuni sahabat dan keluarga Yasin

Saat pagi hari, Yasin dan Fatimah sedang berbincang di teras rumahnya, tampak seorang wanita datang dengan melebarkan senyuman. Baik Yasin maupun Fatimah, hanya memandang wanita tersebut. Keduanya seakan merasa kenal, namun lupa siapa wanita tersebut. sampai wanita tersebut menyapa lebih dahulu.

Assalaamu'alaikum, tampaknya kalian lupa denganku ya?" ucap wanita tersebut.

"Astaghfirullah…Isti ya, Isti'anah kan?" teriak Fatimah langsung menghampiri dan memeluk Isti sahabat lamanya.

Yasin masih diam tak percaya, jika Isti adik kandung Rofiq yang datang sendirian tersebut.

"Mas Yasin, masih belum ingat denganku?" tanya Isti.

"Ingat kok, aku hanya tidak percaya saja, setelah sekian tahun kamu tidak ada berita. Tiba-tiba muncul tanpa ada kabar lebih dahulu," jawab Yasin.

"Fat, suamimu sehat sehat saja kan?" tanya Isti.

"Kamu lihat sendiri, dia sehat sehat saja," jawab Fatimah.

"Tapi kayaknya agak aneh, ada yang berubah dari suamimu?" ucap Isti.

"Memang kamu gak berubah, apa gak sadar sudah hampir kayak nenek nenek," gurau Yasin, sambil tersenyum seperti biasanya.

"Nah, itu baru Mas Yasin yang aku kenal dahulu. Berarti masih sehat, kalau masih bisa bercanda," balas Isti.

"Sialan kamu Isti, bisa saja. Masuk yuk, kita bicara di dalam rumah," kata Yasin.

Sesaat kemudian muncul Sidiq dan Jafar yang baru saja datang dari kebun.

"Ayah, Bunda itu siapa?" tanya Sidiq, memandang Isti seperti merasa pernah bertemu. Sedang Jafar memang belum mengenal Isti.

"Hmm..kamu pasti ponakan ku, Sidiq ya? Berarti yang satunya pasti Jafar, kok kalian seperti kembar?" ucap Isti.

Sidiq dan Jafar jadi bingung, karena Isti tahu nama mereka.

"Tante ini siapa, maaf sidiq lupa?" ucap Sidiq.

"Jangan panggil aku tante deh, lebih suka dipanggil Bulik. Aku adiknya Mas Rofiq, suami mamah kamu Arum. Jadi aku ini Bulik kamu, Sidiq," jawab Isti.

Sidiq masih belum ingat, sampai Isti kembali mengingatkan jika dulu Sidiq pernah diasuh Isti sebentar. Sebelum Bundanya Fatimah bisa menerima keberadaan Sidiq, karena baru tahu jika Yasin punya anak dari wanita lain yaitu Arum mamahnya Sidiq.

"Jadi, Bulik ini adiknya Om Rofiq papanya Panji?" sahut Jafar.

"Benar Jafar, salim dulu sama bulik, Sidiq kamu juga salaman dulu sama Bulik Isti," perintah Fatimah.

"Owh iya, Sidiq ingat Bulik. Bulik dulu pernah ajak Sidiq ketika Sidiq main ke rumah ayah. Waktu itu…?" ucapan Sidiq dipotong Isti.

"Sudahlah Sidiq, gak usah diteruskan yang penting kamu sudah ingat siapa Bulik," ucap Isti.

Kemudian mereka melanjutkan pembicaraan di ruang tamu. Isti banyak bercerita tentang kehidupan rumah tangganya, secara umum Isti bahagia dengan suaminya dan hidup di pulau kalimantan. Membuka usaha Sawit, namun ada masalah beberapa tahun terakhir. Karena anak gadis semata wayangnya sering diganggu makhluk halus. Kedatangan Isti tidak lain adalah untuk meminta tolong Yasin. Karena Isti tahu, jika Yasin memiliki keahlian dalam bidang tersebut.

"Kalau itu, yang lebih ahli adalah Farhan, sepupu Fatimah. Tapi tidak mengapa, karena Farhan sekarang juga tinggal di dekat sini," jawab Yasin.

"Tunggu, Farhan yang waktu itu ikut membantu Mas Yasin waktu melawan Ki Joyo Maruto itu?" tanya Isti.

"Owh iya, kamu juga udah pernah bertemu dia ya, aku malah lupa," jawab Yasin.

"Lama banget kamu gak ada kabar Is, Fatimah kira kamu sudah lupa dengan kami," sahut Fatimah.

"Tidak mungkin Fat, ceritanya Isti dulu kehilangan semua nomor kontak. Bahkan nomor kontak Mas Rofiq, jadi tidak bisa menghubungi kamu," jawab Isti.

"Bagaimana kabar kamu, dan siapa nama anak kamu Is?" tanya Yasin.

"Alhamdulillah baik Mas, nama anakku Lailatul Fajri," jawab Isti.

"Haah..apa?" goda Yasin.

"Awas, jangan macam macam sudah tua juga masih suka iseng, jorok ah..!" bentak Isti.

"Iih Mas Yasin, pasti pikirannya ngeres ya?" gerutu Fatimah.

"Lah kok nuduh begitu, aku kan hanya tanya?" jawab Yasin.

"Dasar, Mas Yasin pasti mau bikin plesetan dari nama anakku kan?" bentak Isti.

"Lagian kenapa bukan Fajar saja, kenapa Fajri kan bisa salah sebut." Goda Yasin.

"Itu sih Mas Yasin saja, yang sukanya iseng. Dasar dari dulu gak berubah, masih saja begitu," sungut Isti.

"Lah katanya, kalau masih bisa bercanda itu artinya sehat," bantah Yasin.

"Gak yang begitu juga kali Mas, kayak gak ada candaan lain saja," gerutu Isti.

"Iya nih, Mas Yasin lagi puasa juga," ucap Fatimah.

"Astaghfirullah, maaf aku lupa kalau bulan puasa. Wah jadi tamu kita dianggur kan ini Fat?" ucap Yasin.

"Kamu lagi puasa gak Is, atau lagi udzur?" tanya Fatimah pada Isti.

"Alhamdulillah, aku puasa kok. Tapi mau buka puasa di sini nanti, boleh kan?" tanya Isti.

"Alhamdulillah, boleh banget Is. Nginep juga kan, suami dan anak kamu dimana?" tanya Fatimah.

"Saat ini masih di rumah Mas Rofiq, Laila anakku masih kangen sama pakde nya," jawab Isti.

"Tapi nanti ke sini juga kan?" tanya Fatimah.

"Insya Allah, sekalian Mas Rofiq dan mbak Arum juga ikut nanti," jawab Isti.

"Wah, kalau begitu kita undang Khatimah dan Chandra sekalian. Biar makin meriah, kita adakan buka bersama sambil Reuni keluarga kita," kata Fatimah sangat gembira.

"Ide bagus, aku setuju Fat. Masak yang banyak, sekalian undang Farhan dan kedua istrinya," sahut Yasin.

"Apa, kedua istrinya? Maksudnya Farhan punya istri dua?" tanya Isti Kaget.

"Begitulah, panjang ceritanya tapi nanti kamu akan tahu kenapa Farhan sampai beristri dua," jawab Yasin.

"Tapi mereka tetap akur kan?" tanya Isti.

"Alhamdulillah, bahkan Istri pertamanya yang menyuruh Farhan menikah lagi. Nanti deh ceritanya, sekarang kamu istirahat dulu sana, tentu masih capek kan," ucap Yasin.

Kehadiran Isti sahabat lama Yasin yang tidak pernah ada kabar sebelumnya, sedikit menghibur Yasin. Yasin yang menyembunyikan penyakit yang dideritanya dari Fatimah dan semua orang. Tubuhnya yang semakin melemah akibat sisa sisa pertempuran, terutama saat melawan Ilmu Karang. Bahkan kedua matanya yang sudah mulai kabur, akibat saat dahulu terkena racun dari Ajar Panggiring. Saat ini terasa sekali mengganggu. Meski Yasin merahasiakan semuanya dari Fatimah istrinya.

Saat Khatimah dan Chandra datang, tak lama kemudian Rofiq dan Arum bersama suami dan anak Isti pun datang. Suasana gembira dirasakan Yasin dan seluruh keluarga besarnya. Dari hubungan pertemanan yang akhirnya menjadi saudara, karena ikatan pernikahan Arum dan Rofiq juga Khatimah dengan Chandra.

"Sudah hampir buka puasa, tapi kenapa Farhan belum juga datang?" kata Yasin.

"Farhan ijin agak telat Mas, tadi katanya baru dalam perjalanan ke rumah sakit. Sufi baru kurang enak badan, baru mau dijemput bersama Laras juga nanti mau langsung ke sini," jawab Fatimah.

"Kenapa lagi Sufi?" tanya Yasin.

"Belum tahu, tapi katanya hanya sedikit pusing saja. Di rumah sakit juga di temani Laras kok," jawab Fatimah.

"Hebat Farhan, punya dua istri yang sangat akur," komentar Rofiq.

"Kamu gak usah ikutan Bang…!" sahut Yasin.

Tanpa disadari Yasin, ucapannya justru membuat Fatimah jadi agak cemburu. Karena mengira Yasin, masih ada perasaan dengan Arum mamah kandungnya Sidiq.

"Ehemm…care amat, care sama Bang Rofiq atau sama siapa nih?" celetuk Fatimah.

"Aku gak ikutan loh, kalau soal itu," goda Rofiq malah memanas-manasi Fatimah.

Arum jadi gak enak sendiri, karena ingat masa lalunya dengan Yasin yang pernah membuat Fatimah cemburu.

"Sama Bang Rofiq lah, jangan salah paham begitu?" ucap Yasin.

"Udah Fat, kayak anak muda saja pakai cemburu begitu," sahut Isti.

Untunglah sesaat kemudian Sidiq dan Jafar datang membawa hidangan buka puasa. Isti memperkenalkan Laila anaknya kepada Sidiq dan Jafar. Sidiq dan Jafar pun menyebutkan nama, disambut Laila anak Isti.

"Kalian ini saudara, tapi tetap bukan mahram ya. Jadi tetap harus jaga jarak, tidak boleh terlalu dekat," ucap Isti.

"Kita jodohkan saja Is, biar makin erat persaudaraan kalian nanti," goda Rofiq.

Laila anak Isti hanya tersenyum, entah apa yang dirasakan.

"Kenapa kamu hanya senyum Laila, kalau minat pilih salah satu saja," goda Rofiq.

"Ah Pakde, jangan begitu lah. Laila kan jadi gak bisa ngomong," ucap Laila memerah wajahnya.

"Laila, gak usah dengerin Pakde kamu. Dia memang suka Iseng, sama seperti ayahnya Sidiq dan Jafar," ucap Isti.

"Lah aku lagi yang jadi korban," sahut Yasin.

Tak lama kemudian terdengar kumandang adzan maghrib, kemudian mereka membatalkan puasa dan dilanjutkan sholat Maghrib. Namun sampai melaksanakan tarawih, Farhan belum juga muncul. Bahkan sampai mereka berangkat untuk tidur setelah tadarus Al-Quran sebentar.

Di dalam kamar, Fatimah bertanya kepada Yasin. Melanjutkan obrolan sore harinya.

"Mas, kenapa sepertinya kamu masih care sama Arum?" tanya Fatimah hati-hati.

"Astaghfirullah, kenapa kamu bilang seperti itu Fat?" tanya Yasin.

"Jujur, Fatimah tadi jadi agak cemburu," ucap Fatimah.

Untuk menenangkan Fatimah, Yasin pun terpaksa harus bercerita tentang dirinya. Tentang sakit yang selama ini dirahasiakan.

"Aku mau bicara jujur, tapi kamu gak boleh panik," kata Yasin.

"Soal apa?" tanya Fatimah.

Kemudian Yasin terpaksa menceritakan sakit yang dia rasakan selama ini. bahwa dirinya merasa semakin lemah,bahkan pandangan matanya sudah semakin kabur. Yasin hanya tidak ingin Arum Mamanya Sidiq menderita yang kedua kalinya. Setelah dulu menderita karena dirinya. Bukan karena Yasin ada perasaan dengan Arum.

"Itulah, kenapa aku sampai keceplosan seperti itu. Tapi kamu jangan bilang ke siapapun, apalagi ke anak anak kita," kata Yasin.

Fatimah pun balik menyesali kecurigaannya, tanpa terasa Fatimah meneteskan air mata.

"Maafkan Fatimah Mas, sudah curiga tadi. Kenapa gak bilang dari awal saja, kalau Fatimah tahu kan gak begini jadinya," ucap Fatimah sambil terisak.

"Sudahlah, aku tahu perasaan kamu. Aku sudah sangat bahagia bisa bersamamu, jadi aku gak mau membebani perasaanmu dengan tahu sakit ku," jawab Yasin.

"Mas gak boleh begitu, Fatimah gak mau cepat cepat kehilangan kamu," tangis Fatimah semakin keras, meski masih ditahan agar tidak terdengar orang lain.

Bersambung…