Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 100 - Pernikahan Suci (Last Chapter)

Chapter 100 - Pernikahan Suci (Last Chapter)

Acara wisuda Jade yang berjalan lancar akhirnya berakhir dengan penuh kedamaian dan sukacita, hingga malamnya James menggelar sebuah pesta kecil – kecilan untuk merayakan kemenangan mereka dan untuk prestasi Jade yang membanggakan, sekaligus ia ingin mengumumkan sebuah berita yang cukup mengejutkan bagi setiap penghuni apartemen tersebut. Malam itu, James dan Cynthia yang ternyata telah berunding sebelumnya telah mengambil keputusan untuk melamar Ivory dan akan segera menentukan jadwal pernikahan.

"Kak James, sebelumnya maaf, tapi apa ini gak terlalu cepat untuk mereka?"

"Kurasa nggak Mon, pernikahan itu adalah sebuah pengikatan yang sah terhadap kedua insan yang memang telah memutuskan untuk hidup dan mengikat janji bersama bukan? Supaya jangan ada lagi kesalahpahaman atau masalah – masalah yang mungkin akan berpotensi memisahkan mereka lagi dan aku udah menanyakannya juga pada Jade. Anakku ini pun udah mantap dengan komitmennya," ujar James mantap.

"Hmm… Terus kamu sendiri gimana nak? Apa kamu setuju?" tanya Moniq pada Ivory.

"Aku setuju kalo mama juga setuju. Mama jangan khawatir, aku pasti akan tetap menyelesaikan pendidikanku tepat pada waktunya juga dan aku juga gak akan pergi jauh dari mama bukan?"

"Bukan itu masalahnya nak, mama hanya khawatir sama kamu yang terkadang masih suka…manja dan lepas kendali. Nanti yang ada kamu malah membebani Jade."

"Nggak akan ma, aku udah memahami Ivory luar dalam dan aku pasti bisa menjaganya serta melindunginya dan bisa mengimbangi sikapnya," ujar Jade mencubit pelan hidung mancung gadis itu hingga membuatnya berdecak kesal. Moniq hanya tersenyum melihat tingkah lucu gadis kecilnya yang kini pun telah beranjak dewasa namun terkadang masih menunjukkan sisi manjanya. Akan tetapi, melihat ketulusan dan kasih sayang Jade yang selama ini begitu besar terhadap putrinya, ia merasa tidak ada lagi alasan baginya untuk menolak lamaran tersebut dan akhirnya menyetujuinya. Ucapan terima kasih kepada Moniq pun segera diberikan oleh Jade dan Ivory yang segera memeluknya, membuatnya merasakan bahwa sudah saatnya ia harus mengikhlaskan dan belajar untuk siap menerima keadaan yang ada dihadapannya.

Hari yang terus berganti seakan tiada terasa, hingga jadwal pernikahan kedua sejoli tersebut pun akhirnya tiba dan segera digelar sebulan setelahnya setelah semua persiapan selesai dirampungkan. Para tamu dari berbagai kalangan pun telah memenuhi taman yang telah dipilih oleh Jade dan Ivory sebagai tempat berlangsungnya acara pernikahan mereka yang sakral. Taman Bougenville, taman favorit yang berada di seberang Pantai Florida, gabungan kedua tempat yang penuh dengan kenangan indah kedua sejoli itu kini telah dipersiapkan untuk kedua sejoli tersebut mengikatkan cinta suci mereka. Taman yang merupakan tempat dimana kedua sejoli tersebut sering menghabiskan waktu bersama dan pantai di seberang merupakan tempat di mana Gubuk Rahasia Cinta dibangun oleh James. Taman tersebut kini terlihat didesain dengan lampu hias yang dihubungkan dari arah pintu masuk lalu menjulang ke arah perbatasan pantai, dengan sebuah meja kecil dan dua tiang dengan sebuah penyangga dibagian atasnya yang dihias penuh dengan rangkaian bunga – bunga anggrek, lily dan mawar yang berwarna warni dengan sebuah meja persegi kecil di bagian bawahnya dan sebuah kotak berisi dua buah cincin permata di atasnya. Tapak yang terlihat menghadap ke arah pantai, di mana kedua mempelai akan saling bertukar cincin dan mengucapkan janji sucinya. Diikuti pula dengan dua anak tangga di bawahnya yang kemudian menurun ke bawah, lalu terbentang hamparan rerumputan hijau sebelum dua anak tangga kecil tersebut pun telah terdapat hiasan kuntum bunga mawar yang dibentuk persegi dan menyelimuti bagian dari rerumputan tersebut, lalu dibatasi dengan dua batang tangkai pohon yang juga telah dihiasi dengan rangkaian bunga mawar, lily dan anggrek. Pada kedua sisi hiasan tersebut, terdapat ratusan bangku – bangku putih yang telah disusun sedemikian dan menghadap ke arah pantai untuk para tamu undangan yang terdiri dari keluarga, kerabat, teman dan berbagai kolega dari kedua pihak mempelai. Di sebelah sisi barat sebuah band musik pun telah dipersiapkan untuk mengisi acara dan juga disebelah sisi timur sebuah meja yang telah dihiasi dengan taplak putih pun telah tertata berbagai makanan siap saji dan minuman dari resto ternama di kota tersebut. Selang beberapa jam kemudian, hampir seluruh bangku kosong tersebut telah penuh diisi oleh para tamu hadirin, dan pastor yang akan memberkati pernikahan tersebut pun telah hadir dan terlihat sedang berdiri di atas tapak tempat kedua mempelai akan melangsungkan pemberkatan.

"Ivy, karna papa udah gak ada, hari ini paman akan mewakili papa Enrique untuk mengantarkanmu ke sana ya," ujar James sebelum mengantar gadis itu ke tempat pelaminan.

"Iya paman, terima kasih atas semua ini ya. Paman memang adalah yang terbaik setelah papa. Andaikan papa masih ada, pasti papa akan bahagia banget hari ini," ujar Ivory lirih.

"Calon menantuku gak boleh bersedih ataupun menangis hari ini ya. Ingat, ini adalah hari pernikahanmu sayang, udah saatnya kamu berbahagia dengan cinta yang telah menunggumu di sana. Simpanlah semua masa lalu itu dan jadikanlah ia sebuah kenangan jauh di dalam lubuk hatimu, cukup biarkan ia bersemayam di sana karna sekarang udah saatnya kamu menatap ke depan untuk menyambut hari esok yang penuh dengan suka cita bersama cinta sejatimu. Mari, paman antar ke sana," ujar James menggandeng tangan gadis kecil itu.

Gaun pengantin mermaid yang menutupi dan membentuk lekuk tubuh gadis itu dengan belahan di bagian depan paha serta potongan bagian gaun yang memperlihatkan pinggang gadis itu membuat wanita itu terlihat begitu anggun terutama ketika sinar matahari teduh menyinari manik – manik pada ukiran gaun pengantin tersebut. Rambut blonde gadis yang dibuat terurai dan bergelombang serta dihiasi dengan hiasan bunga mawar berwarna pink yang ditutupi oleh sehelai penutup wajah pengantin yang tipis membuat wajah manis gadis itu masih bisa disorot dari kejauhan. Degup jantung Jade saat melihat wajah sang mempelai wanita yang terlihat bagaikan bidadari itu segera berdebar begitu cepatnya, begitu juga dengan yang dirasakan oleh gadis itu ketika ia telah melihat penampilan Jade yang begitu tampan dengan setelan jas pengantin prianya yang membuatnya kini terlihat begitu elegan. Hidung mancung pria itu dan mata abu silvernya yang khas dengan rambut kecoklatannya seakan menambah kesan maskulin dan macho pria itu. Semua mata seakan tertuju pada segala keindahan sang gadis yang sedang berjalan masuk ke tempat pelaminan bersamaan dengan James. Moniq dan Cynthia serta Catherine yang telah berada di barisan paling depan telah bersorak ketika melihat gadis itu berjalan mendekati mereka, membuat ekspresi gadis itu begitu bahagia dan segera melambaikan tangan pada mereka.

Kini telah tiba saatnya Jade menyambut pengantin wanita tersebut lalu mereka kini telah berjalan ke atas dan berdiri dihadapan Pastor yang telah menunggu untuk memberkati pernikahan mereka.

Ya Tuhan, Engkau memilih cinta kasih suami istri untuk melambangkan rencana cintaMu dan perjanjian yang Kauikat dengan umatMu. Lambang ini Kau beri arti sepenuhnya dalam perkawinan kaum beriman yang menandakan hubungan cinta antara kedua mempelai. Kami mohon, ulurkanlah tanganMu dengan rela atas kedua mempelai (Jade Swan dan Ivory Smith) ini, dan berkatilah mereka. Tuhan, kedua mempelai ini telah saling menerima sakramen perkawinan. Semoga mereka saling menyalurkan anugerah cinta kasihMu dan saling menandakan kehadiranMu dalam kerukunan yang akrab mesra. Semoga mereka membangun rumah tangga yang bahagia, mendidik anak-anaknya menurut ajaranMu dan akhirnya layak memasuki keluargaMu di surga. Tuhan, sudilah melimpahkan berkatMu kepada mempelai wanita, Ivory Smith, supaya ia memenuhi tugasnya sebagai istri dan ibu, menciptakan suasana akrab dalam rumah tangganya dan menghiasi diri dengan keramahan dan sopan santun. Tuhan, berkatilah juga mempelai pria, Jade Swan, semoga ia melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai suami yang setia dan ayah yang bijaksana dari anak – anak mereka nantinya. Ya Tuhan, kedua mempelai ini telah menikah di hadapanMu. Semoga mereka kelak senantiasa hidup harmonis, damai dan tenteram serta senantiasa berada dalam lindunganMu."

"Untuk kedua mempelai, ucapkanlah janji suci ini secara bergantian, dari Jade lalu Ivory" :

"Saya Jade Swan, mengambil engkau, Ivory Smith, untuk menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang dan sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

"Saya Ivory Smith, mengambil engkau, Jade Swan, untuk menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang dan sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

Setelah janji suci diucapkan oleh kedua mempelai, kini mereka diminta untuk saling bertukar cincin dan mempelai pria pun dipersilahkan untuk mencium mempelai wanita. Cumbuan mesra antara kedua mempelai tersebut pun kini mengundang tepuk tangan meriah yang segera mengisi keheningan suasana di pesta taman tersebut lalu disertai dengan sorakan para tamu. Senyum bahagia yang kini terpancar di wajah kedua mempelai tersebut kini semakin memperindah suasana romantis dan keindahan di tempat itu, lalu keduanya kini terlihat telah saling berpelukan. Acara tersebut dilanjutkan dengan acara pelemparan buket bunga pengantin yang telah dipegang oleh kedua mempelai, membuat semua tamu undangan semakin memanas untuk memperebutkan bunga indah tersebut hingga buket bunga dilayangkan di udara lalu terjatuh di tangan gadis yang tidak lain adalah Catherine sendiri selaku adik mempelai pria. Tepuk tangan meriah kini kembali mengudara dan mengundang kehebohan para tamu.

"Wah...selamat yaa Cath...Semoga cepat nyusul kakak ya..." seru Jade dari tempatnya berdiri.

Catherine menunduk dan tersipu malu akan seruan Jade, dan juga terhadap setiap insan yang sedang menatapnya iri, membuat dirinya ingin segera menyembunyikan dirinya dari kerumunan, bahkan membuat kedua mempelai itu akhirnya tertawa lucu melihat tingkahnya. Melihat Ivory yang sedang tertawa lepas, Jade pun turut merasa bahagia.

"Rasanya udah lama banget aku gak liat kamu yang bisa tertawa lepas gini sayang, aku begitu merindukan senyum dan tawamu ini, semoga setelah kita hidup bersama aku bisa terus mengisi hari – harimu dengan tawa bahagia seperti ini. Bahkan, hari ini istriku terlihat begitu anggun dan sempurna," ujar Jade menggenggam kedua tangan gadis itu lalu mencium keningnya.

"Begitu juga dengan suamiku. Terima kasih untuk semua kebahagiaan yang telah kamu berikan padaku ya sayang," ujar Ivory memeluk erat tubuh pria itu. Bersama – sama mereka kini menatap ke arah pantai yang sedang dipenuhi oleh desiran ombak kecil yang terlihat sedang berdesir ke pesisir dan kembali mundur, pantai yang terlihat membentang luas dengan hamparan warna biru yang berkilau itu sungguh merupakan pemandangan yang begitu sempurna. Cuaca yang begitu indah hari itu pun seakan melengkapi kebahagiaan mereka, apalagi ketika sinar mentari terlihat hendak kembali ke asalnya dan menenggelamkan dirinya ke dasar lautan, membuat pemandangan saat itu terlihat begitu indah dan memukau. Fotografer pun segera mengabadikan setiap momen dari pesta pernikahan yang begitu mengesankan dan mengharukan itu dengan hiasan siluet pemandangan sekitar yang menjadi latarnya.

Malam itu seakan menjadi malam yang begitu panjang bagi pasangan suami istri baru tersebut, namun perasaan mereka yang kini telah menyatu segera menghalau segala rasa lelah yang dirasakan. Tiba – tiba James, Moniq dan Cynthia telah menghampiri mereka yang sedang duduk santai untuk merenggangkan otot sejenak di kursi taman. Kini mereka terlihat sedang menyerahkan sebuah bingkisan berbentuk persegi panjang berbalutkan kertas kado berwarna emas metalik dengan hiasan pita emas dibagian atasnya, membuat kado tersebut seakan terlihat begitu menyilaukan mata.

"Ini apa paman?"

"Eits...Kok panggil paman lagi, bukannya kamu kini telah menjadi menantu kesayanganku?" ujar James meledek.

"Oh iya, maaf...pa, aku belum terbiasa aja. Tapi aku senang, akhirnya aku bisa merasakan kembali rasanya memiliki seorang papa ya," ujar Ivory terharu dan memeluk James manja.

"Makanya itu, mulai dari sekarang anggap aja papa ini seperti papa Enrique. Asal kamu tau, papa begitu menyayangi sosok papamu itu, makanya papa udah menganggapnya seperti adik papa sendiri. Jadi berikutnya kalo kalian butuh apa – apa kabari papa ya, jangan sungkan – sungkan. Sekarang kalian bukalah kado itu bersama – sama," ujar James. Karena didorong oleh rasa penasaran yang begitu kuat, Jade dan Ivory kini telah membuka kado tersebut dan betapa terperanjatnya mereka ketika melihat isinya.

"Pa...Ini kan..."

"Ya Jade, karna kalian udah menikah, papa hanya bisa menghadiahkan itu untuk kalian. Pertama, apartemen milik papa Enrique itu adalah wasiat yang memang telah diperuntukkannya dan mama Moniq untukmu, dan kalian udah bisa menempatinya sekarang sebagai pasangan suami istri yang sah. Kedua, perusahaan Lunatech beserta seluruh saham kepemilikannya memang merupakan pemberian mendiang papa Enrique kepada Ivory, dan yang ketiga adalah mobil baru yang nantinya akan kalian temui di parkiran, itu adalah hadiah dari papa dan mama Cynthia dan mulai saat ini sertifikat kepemilikan itu semua telah papa dan mama serahkan kepada kalian, jadi kalianlah yang sekarang berhak menyimpannya," ujar James tersenyum.

"Tapi pa, apakah ini gak terlalu berlebihan?" Tanya Ivory penasaran.

"Nggak sayang, itu memang pemberian mama dan papa. Terimalah," ujar Moniq tersenyum.

"Lalu mama?" tanya Ivory penasaran.

"Mama akan tetap tinggal bersama papa James dan mama Cynthia nak, jangan khawatir ya. Kamu udah dewasa, jadi udah saatnya kamu hidup berdampingan dengan suamimu yang akan senantiasa membimbingmu. Kalo kamu mau ketemu mama kan dekat aja apartemen kita sayang, kalian juga masih bisa sering – sering mengunjungi kami kok," ujar Moniq memeluk gadis itu terharu.

"Pasti ma, pasti. Aku pasti akan bersama Jade sering – sering mengunjungi kalian semuanya. Terima kasih untuk semua yang telah mama berikan padaku hingga sekarang ma," gadis itu pun kini tenggelam dalam rasa harunya.

"Sayang, tersenyum dan tetaplah berbahagia ya, duh...putri mama udah jadi istri orang tapi masih manja aja. Jade, mulai saat ini mama titip putri kesayangan mama ini padamu ya. Yang sabar ya, kalo dia masih manja gini," ujar Moniq terkekeh.

"Pasti ma, aku pasti akan selalu bersabar menemani dan membimbingnya serta menjaganya dengan segenap jiwaku. Mama jangan khawatir ya, kami pasti akan sering – sering berkunjung ke apartemen kalian juga. Terima kasih untuk semuanya ma, aku pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi segala kebutuhannya dan terima kasih juga atas kepercayaan yang mama berikan padaku," ujar Jade memeluk Moniq.

Ucapan perpisahan akhirnya diucapkan setelah drama panjang yang mengharu biru diantara mereka berakhir. Jade yang malam itu ingin memanjakan gadis kesayangannya itu terlihat sedang membantu melepaskan sepatu hak tinggi gadis itu lembut dan menentengnya lalu ia menggendong tubuh gadis itu ke dalam mobil berlogo Honda berwarna abu yang kini telah terparkir dengan begitu indahnya dengan hiasan pita dan rangkaian kombinasi bunga mawar pink dan merah di atas dan bagian depan kap mobil.

"Sayang, kan malu kalo ada yang lihat kamu gendong aku gitu..." ujar Ivory yang telah duduk di sebelah kemudi mobil.

"Sayang...aku gak peduli apa kata orang atau penilaian orang. Yang aku pedulikan saat ini cuma satu yaitu dirimu. Seharian ini kamu pasti udah capek banget, jadi biarkan suamimu ini memanjakan permaisurinya. Oke?" ujar Jade menangkup wajah gadis itu, dan menatapnya lekat lalu segera menjalankan kemudinya hingga mereka kini telah tiba di hadapan sebuah apartemen tempat mereka pernah tinggal sebelumnya sedari kecil hingga sekarang dan bahkan tempat tersebut kini telah dihias dengan ribuan kuntum bunga mawar merah di sepanjang jalan masuk ke dalam ruang tamu bahkan hingga ke dalam kamar, berbagai hiasan lampu dan bunga mawar merah pun seakan menjadi hiasan menyilaukan dimata kedua insan tersebut.

"Ternyata ini semua benar – benar telah dipersiapkan untuk kita sayang. Orang tua kita sungguh memanjakan kita ya," ujar Jade yang perlahan - lahan menurunkan gadis yang telah digendongnya sedari tadi lalu memeluk pinggangnya dari belakang.

"Iya sayang, aku benar – benar terharu dan bahagia banget hari ini," Ivory pun segera memeluk kedua lengan pria tersebut.

"Mungkin itu karna istriku ini adalah satu – satunya kesayangan bagi mereka. Aku pun mulai sekarang ingin belajar seperti mereka yang mampu memberikanmu segalanya sayang. Aku akan berusaha lebih giat lagi untuk mencukupi semua kebutuhanmu, karna kini istriku ini adalah satu – satunya harta yang paling berharga untukku dan aku akan memastikan kalo kamu gak akan kekurangan apapun sayang. Izinkanlah aku untuk mengembalikan kebahagiaanmu yang sempat hilang dulu. Aku mungkin gak bisa mengembalikan mendiang papa Enrique padamu, tapi aku akan memberikan segalanya yang kupunya demi kebahagiaanmu karna kebahagiaanmu kini adalah segalanya bagiku. Itu adalah janjiku padamu, sesuai janji suci yang kuucapkan tadi. Aku sangat mencintaimu istriku...," ujar Jade mencium kedua tangan gadis itu dan keningnya.

"Iya sayang, aku percaya padamu. Aku juga mencintaimu. Terima kasih ya untuk semuanya," ujar Ivory pun menatap pria itu lekat. Jantung pasangan suami istri itu kini kembali berdegup semakin kencang tatkala kedua bola mata mereka telah bertemu satu sama lainnya. Sentuhan kulit diantara keduanya kini segera menyatukan mereka dalam satu aliran napas yang saling berpacu dan pagutan cinta kasih yang mendalam, serta membawa mereka kian terbang ke awan dan membawa mereka menjulang tinggi ke angkasa hingga tingkat yang paling tinggi. Kini hanya dindinglah yang menjadi saksi bisu kisah cinta mereka yang akan menembus cakrawala baru yang akan membawa mereka pada satu titik kehidupan rumah tangga yang suci dan tulus.

Dua tahun kemudian...

Wanita itu kini terlihat begitu beda dengan penampilannya memakai seragam toga yang lengkap dan akan segera diwisuda setelah seluruh perjalanan penyusunan skripsinya selesai. Lulusan Cumlaude dengan nilai IP tertinggi pun diraihnya, seakan ia tidak mau kalah dari suami tercintanya, Jade. Cinta suci yang semakin lama semakin tumbuh mendalam dan tidak pernah memudar membuat Jade, sang suami kian protektif terhadap wanita itu, hingga ketika ia melihat salah seorang alumni pria yang ingin mendekatinya pun segera dihadangnya.

"Hai bro, salam kenal ya. Aku Jade, suaminya Ivory."

"Oh...Maaf Iv, aku gak tau kalo kamu udah nikah ya ternyata?"

"Iya John, aku barusan mau ngasih tau kamu, tapi gak nyangka suamiku udah di sini aja. Ya udah John, aku duluan ya, kasihan anakku masih kecil dan udah nunggu maminya di situ. Selamat juga ya untuk kamu," ujar Ivory melambai kecil kepada teman kuliahnya, lalu Jade segera berjalan sembari memeluk pinggang wanita yang kini telah menjadi istrinya itu.

"Sayang, kamu gak boleh begitu donv sama temanku. Kasihan dia jadi bingung tadi," ujar Ivory mengelus wajah pria yang sedang berjalan bersamanya.

"Aku gak suka aja lihat kamu dekat – dekat sama pria lain selain aku sayang. Nanti mereka kira kamu masih single lalu macam – macam lagi sama kamu."

"Astaga sayang, itu gak mungkin lah. Aku kan udah punya kamu, dan suamiku selamanya hanya kamu, gak akan ada lagi yang lain. Jadi jangan cemburu gitu lagi ya, karna cintaku untukmu selamanya dan gak akan pernah berubah," ujar Ivory mencium pipi pria yang sedang dibakar api cemburu itu.

"Tapi aku bisa liat dari sorot matanya kalo dia juga menyukaimu sayang, apa kamu gak bisa liat itu tadi? Dia sepertinya berusaha mendekatimu untuk menyatakan perasaannya dan aku gak mau kesalahpahaman yang sama terjadi untuk kedua kalinya," ujar Jade yang masih tersulut api cemburunya.

"Iya deh suamiku tercinta...Sekarang siapa yang hamil siapa yang lebih sensitif ya..." ujar Ivory terkekeh melihat sikap suaminya yang begitu sensitif terhadap pria manapun yang terlihat berusaha mencoba untuk menarik perhatian sang istri tercinta.

"Hai...Baby Calvin...Udah lama yaa...nunggu mami...Cup...Cup...Cup...

Sini, mami gendong dulu ya... Ma, makasih yaa...udah bantu gendongin Baby Cal... Mama sendirian aja ya? Papa dan Mama Cynthia ke mana ma?"

"Mama Cynthia hari ini ada tugas keluar kota, jadi Papa James mendampinginya dan akan kembali minggu depan."

"Kalo gitu mama nginap aja dulu di tempat kami. Apakah...mama masih teringat akan masa lalu itu?"

"Nggak sayang, lebih tepatnya mama gak mau masa lalu itu kembali mengingatkan mama akan semua yang pernah terjadi di sana. Mama masih belum bisa menghilangkan trauma itu. Gak apa - apa kan sayang?"

"Iya ma, aku ngerti kok..."

"Oh ya, gimana kehamilanmu yang kedua ini? Semua baik - baik aja kan? Ada sering check up ke dokter gak?"

"Ada kok ma, dan kata dokter semuanya aman."

"Bener ma, jadi mama tenang aja, ada papa Jade yang senantiasa menjaga mama Ivy dengan sebaik mungkin, iya kan nak?" ujar Jade seraya membusungkan dada dan membuat lelucon kecil di hadapannya membuat sang Calvin kecil tersenyum dan terkekeh melihat tingkah sang ayah.

Seiring berjalannya waktu, nama Lunatech yang sebelumnya telah berada di ujung tanduk dan diporakporandakan, kini akhirnya telah kembali tenar berkat usaha dan kerja keras kedua pasangan suami istri itu. Ivory merasa bangga karena pada akhirnya ia mampu mewujudkan impian sang ayah sempat redup dan kini telah kembali bersinar. Ivory menatap foto Enrique yang sedang tersenyum manis dihadapannya. Bayangan sewaktu pria itu memeluknya sejak kecil hingga akhir hayat hidupnya membuatnya begitu merindukan sosok tersebut. Air mata yang tiba - tiba kembali berlinang itu seakan mengiringi rasa pilu dalam hatinya karena menyayangkan sosok sang ayah yang tidak sempat turut merasakan kebahagiaan putrinya saat ini.

"Papa...Apa kabarnya di sana? Kuharap papa baik - baik saja ya. Papa gak perlu khawatir, karna sekarang putrimu ini sudah ada yang menjaga. Feeling papa benar, Jade adalah pilihan yang tepat untukku. Andaikan papa masih di sini..." ujar Ivory menahan isak tangis yang ditahannya ketika ia mendengar pintu kaca tersebut telah diketuk dari depan.

"Sayang...Kamu kenapa? Apa perutmu kram lagi?" tanya Jade yang baru memasuki ruangan dan melihat mata sang istri yang sedang berkaca - kaca.

"Nggak kok sayang, aku baik - baik aja. Ada apa sayang?"

"Hmmm...Aku tau, pasti mengenang foto papa lagi ya..." ujar Jade seraya memeluk wanita itu dalam dekapannya seakan ia berusaha untuk menjadi sosok sang ayah bagi gadis itu.

"Kalo kamu kangen sama papa, katakan aja, dan aku akan berusaha untuk menjadi sosok papa bagimu. Sekarang, kamu siap - siap karna kita akan segera meluncur ke Venesia. Aku baru mendapatkan tiket liburan ke sana dari salah satu kolega kita sebagai ucapan terima kasihnya atas kerja keras kita selama ini menangani proyeknya sayang. Sekalian kita berbulan madu di sana. Kamu mau kan?" ujar Jade yang kebahagiaannya saat ini tengah meluap, dan mendapatkan respon positif dari sang istri.

Kini Ivory akhirnya menyadari bahwa meskipun kegelapan tidak akan pernah menghilang, namun akan selalu ada mentari pagi cerah yang akan segera menggantikan sang malam dan kembali menyinari kehidupan ini. Begitu pula dengan kenangan masa lalu yang kelam pun akan tergantikan oleh indahnya masa depan yang dipenuhi oleh cinta kasih tulus yang seakan bersinar cerah dan mengobati segala luka dalam hati setiap insan.