Setelah menunggu untuk beberapa waktu, Ivory akhirnya kembali bersama dengan seorang dokter dan perawat yang menangani Jade. Mereka terlihat sedikit tergesa – gesa memasuki ruang pasien tersebut. Mungkin saja dokter tersebut ada jadwal operasi lainnya batin Ivory yang merasa sedikit kewalahan mengikuti langkah dokter tersebut. Ivory sempat merasa kebingungan karena tidak menemukan sosok Moniq yang sudah tidak berada di tempatnya. Jade yang melihat tingkah gadis yang sedang celingak celinguk tersebut untuk mencari sosok ibunya yang tidak kunjung ditemukannya lantas membuatnya tersenyum sendiri dan tidak berniat untuk mengusiknya ketika ia sedang membiarkan dokter tersebut untuk memeriksakan keadaannya. Berdasarkan penuturan sang dokter, kondisi pria itu memang sudah lebih membaik, bahkan pendarahan yang sempat terjadi dalam tubuh Jade pun telah berhenti. Perkembangan terbaru itu membuat hati Jade merasa lebih lega bahkan dokter pun menyatakan bahwa dalam beberapa hari kedepan ia segera diperbolehkan untuk melakukan rawat jalan.
"Setelah keluar dari rumah sakit pun kamu belum boleh banyak bergerak dulu sampai luka dalammu benar – benar pulih ya Jade. Kalo begitu saya permisi dulu dan selamat beristirahat."
"Baik dok, terima kasih," ujar Jade dan Ivory bersamaan membuat Jade kembali melirik ke arah gadis yang sedari tadi sudah membuatnya gemas.
"Kenapa lagi kamu menatapku begitu?" ujar Ivory mendengus kesal.
"Dasar tuan putri galak," ujar Jade berdecak.
"Terserah deh kamu mau ngomong apa. Yang penting aku bersyukur karna akhirnya kamu udah boleh pulang dalam waktu beberapa hari lagi. Hah…akhirnya, gak perlu tidur di rumah sakit lagi," ujar Ivory sembari menyandarkan dirinya pada kursi hitam besi yang terletak dihadapan Jade.
"Memangnya siapa yang suruh kamu tidur di rumah sakit?" ujar Jade meledek Ivory.
"Kalo bukan aku yang tidur di sini terus siapa lagi yang bisa di sini untuk menjagamu?"
"Iya deh, makasih banyak ya, tuan putri Ivory yang sudah begitu baik hati mau menjagaku," ujar Jade seraya mengelus dan mengacak rambut gadis itu, membuatnya mendengus kesal lalu segera memutar bola matanya ke sebuah panci kecil berisi sup hangat.
"Ini pasti sup dari mama. Sini kubantu dulu buat duduk, kamu juga harus minum ini biar lebih cepat pulih. Apa yang tubuhmu rasakan sekarang Jade? Apa masih sakit banget ya?" ujar Ivory seraya menyiapkan semangkuk sup dan membantu mendudukkan tubuh Jade perlahan – lahan, membuat pria itu semakin tersanjung dan terus menatap wajah gadis mungil yang begitu menarik perhatiannya hingga membuatnya tidak kuasa untuk memalingkan matanya untuk sedetik pun dari gadis itu.
"Udah jauh lebih mendingan apalagi dirawat oleh seorang perawat cantik sepertimu."
"Dasar tukang gombal. Jangan terus memandangku seperti itu. Nanti kamu gak bisa tidur lagi," ujar Ivory seraya menyuapi sesendok sup hangat untuk pria itu.
"Aku gak pernah pinter ngegombal loh. Yang kukatakan semua hanyalah fakta. Dan memang aku gak berniat untuk tidur lagi karna aku ingin menatapmu terus semalaman ini. Aku begitu merindukanmu Iv. Oh iya, ngomong – ngomong, aku ingin bertanya sekali lagi. Dengan sikapmu yang seperti sekarang ini terhadapku, apakah aku sudah mendapatkan kesempatan itu?" Tanya Jade seraya mengambil mangkuk sup dari tangan Ivory dan meletakkanya di meja lalu menggenggam tangan gadis itu, menatap lekat ke dalam matanya.
"Kesempatan…apa?" Tanya Ivory yang merasa sedikit canggung dengan pertanyaan Jade yang masih menggantung yang sepertinya adalah suatu pertanyaan yang telah bisa ditebaknya.
"Kamu tau sendiri kan seperti apa perasaanku terhadapmu. Aku hanya ingin tau apakah kamu sekarang sudah bisa menerimaku dalam hatimu?" Tanya Jade masih menatap lekat gadis itu.
"Aku…"
"Iv… Aku butuh kepastian jawaban darimu, aku hanya ingin tau bagaimana perasaanmu terhadapku sekarang, please…" ujar Jade lirih.
"Jade, maafkan aku karna selama ini telah membuatmu menunggu lama. Aku selama ini gak tau pasti bagaimana perasaanku terhadapmu apalagi dulu waktu pertama kalinya kamu mengucapkan kata itu padaku. Aku benar - benar bingung, karna selama itu aku rasa sayangku padamu hanyalah sebatas sebagai saudara. Tapi, memang kuakui selama aku berada di dekatmu aku selalu merasa nyaman dan meskipun kita sempat terpisah, aku tetap gak mampu melupakan bayanganmu dalam pikiranku padahal aku sempat berusaha membencimu karna masalah itu. Tapi nggak tau kenapa semakin aku berusaha untuk membencimu, semakin aku merindukanmu hingga akhirnya kini aku tau dan baru memahami perasaanku sendiri bahwa aku ternyata telah menyayangi dan mencintaimu. Maafkan aku yang telat menyadari perasaanku itu Jade, sungguh, kemarin itu aku begitu takut kehilanganmu. Aku pikir itu adalah terakhir kalinya aku melihatmu dan gak akan bisa memelukmu lagi, penyesalan yang kurasakan saat itu begitu menyesakkan di dada hingga akhirnya membuatku…entahlah Jade, aku benar – benar gak bisa berpikir jernih lagi waktu itu, maafin aku…" ujar Ivory terisak karena mengingat sikapnya yang selama ini telah begitu cuek dan masih merasa bersalah terhadap pria itu. Jade yang merasa begitu terharu akan perhatian gadis yang begitu dikasihinya segera memeluk mesra tubuh gadis itu dalam dekapannya.
"Maafin aku udah sempat buat kamu khawatir sayang... Aku pun gak menginginkan itu semua terjadi. Kali ini, aku gak akan mengecewakanmu lagi. Aku sangat berterima kasih buat semuanya. Terima kasih karna kamu udah mau membukakan pintu hatimu untukku. Hei, aku udah kembali kan, jadi jangan sedih lagi ya. Mulai saat ini, gak ada hal lain yang ingin kulakukan selain membahagiakan satu – satunya orang paling berharga yang kumiliki saat ini. Jadi, mulai sekarang kumohon hapuslah air matamu, karna yang aku ingin lihat dari wajahmu saat ini hanyalah senyuman kebahagiaan, karna kalo kamu masih bersedih, itu artinya aku masih gagal untuk membahagiakanmu. Aku hanya ingin ada kebahagiaan dalam hubungan kita dan tanpa kekecewaan ataupun kesedihan."
Ivory segera menganggukkan kepalanya ketika Jade menghapus air mata gadis itu lalu mencium keningnya dan kembali memeluk gadis itu. Keduanya kini terlelap dalam suasana haru biru, namun kali ini bukanlah keharuan yang menyayat hati, akan tetapi keharuan yang membawa kebahagiaan yang membawa kedamaian dalam hati mereka masing – masing.
"Terima kasih," ujar Ivory yang masih sesenggukan karena rasa harunya.
"Untuk apa?" Tanya Jade.
"Terima kasih karna udah mau bersabar menghadapi sikapku yang begitu manja selama ini, terima kasih karna udah mau bersabar menungguku dan terima kasih atas cintamu yang begitu tulus terhadapku. Kamu lekas sembuh ya, agar kita bisa keliling dunia atau ke mana pun kita mau," ujar Ivory menyandarkan kepalanya mesra pada pria itu.
"Kamu tinggal sebut aja mau ke mana, aku pasti akan membawamu, asalkan kamu gak pergi lagi dariku seperti kemarin – kemarin," ujar Jade setengah meledek gadis itu.
"Masih diungkit juga? Katanya mau move on. Kumohon jangan bahas itu lagi ya, aku gak akan pernah pergi lagi. Saat ini aku juga hanya ingin bersamamu dan aku ingin kamu menepati janjimu untuk membawaku ke taman favorit kita dan akan menghabiskan waktu bersama di sana. Masih ingat kan?"
"Pasti sayang, aku pasti akan membawamu ke sana nanti. Tapi kalo boleh tau, gimana perasaanmu terhadap Robin terakhir kalinya? Apakah kamu memang udah sempat mencintainya?"
"Waktu itu aku berusaha untuk mencintainya karna aku gak mau mengecewakan dia yang udah begitu baik terhadapku. Apalagi setelah kita berpisah, aku berusaha keras untuk melupakanmu. Tapi aku jadi merasa bersalah sama dia, karna sepertinya aku malah..."
"Sudah...Sudah...Jangan bahas soal dia lagi. Terkadang kita perlu jujur pada perasaan kita sendiri. Aku gak menyalahkanmu soal itu. Mungkin kamu juga butuh waktu untuk menerimaku, dan yang penting sekarang kamu udah menerimaku dalam hatimu. Itu udah lebih dari cukup. Ngomong – ngomong masih betah buat melek nih? Belum ngantuk? Hm? Kalo rasa ngantuk mau tidur sini aja dalam pangkuanku," ujar Jade kepada gadis itu yang kemudian membaringkan kepalanya di depan dada bidang pria itu lalu memeluknya manja. Hati gadis itu kini seakan dipenuhi oleh debaran – debaran yang bersahut – sahutan, namun ia merasa mungkin saat ini lebih baik ia menyembunyikan wajahnya yang sudah terlihat bagaikan kepiting rebus merah karena masih merasa malu terhadap apa yang selama ini terjadi diantara dirinya dan pria itu. Keduanya kini kembali bernostalgia dan mengisi kesunyian ruangan tersebut dengan cerita – cerita dan tawa lucu hingga akhirnya gadis itu telah tidur terlelap dalam pelukan Jade, membuat pria itu semakin gemas ketika menatap wajah mungil gadis dalam dekapannya itu. Melihat keadaan tersebut membuatnya tidak tega, lalu ia segera membaringkan posisi kepala gadis itu di samping ranjang agar setidaknya gadis itu bisa merasa lebih nyaman. Seraya mengelus rambut gadis dihadapannya itu, Jade kembali tersenyum kecil dan merasakan luapan perasaan bahagia yang kini seakan telah menyelimuti seluruh hatinya tanpa menyisakan ruang kosong sedikitpun. Baginya, tidak ada lagi hal lain yang diinginkannya selain memberikan kebahagiaan dengan segenap jiwa dan raga hanya untuk satu – satunya gadis yang begitu dicintainya sejak dulu kala.
Keesokan harinya Moniq, James dan Cynthia telah tiba di ruang pasien tersebut. Ketika pintu terbuka, Moniq merasa terperanjat dengan pemandangan yang ada di hadapannya. James hanya bisa menggelengkan kepala dan Cynthia hanya tersenyum kecil. Pemandangan yang membuat mereka merasa lucu dan kagum, dimana Jade memiringkan tubuhnya untuk mendekap wajah gadis itu dan bersama tidur terlelap hingga keduanya tidak menyadari bahwa mereka telah tiba di tempat tersebut.
"Mungkin kita harus menunggu sesaat lagi di depan supaya gak jadi nyamuk pengganggu ya," ujar James terkekeh, membuat kedua wanita itu pun mengikuti gelak tawanya.
Tidak berapa lama kemudian Ivory yang tanpa sengaja mendengar suara samar - samar segera terbangun dan melihat arlojinya yang telah menunjukkan angka delapan pagi, membuatnya begitu terperanjat dan segera bersiap untuk kembali, namun seketika ia melihat pria yang masih beristirahat itu membuatnya tidak tega untuk membangunkannya. Ivory hanya mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut pria itu, dan mengucapkan salam perpisahan kepadanya lalu berbalik namun pria itu telah menangkap lengan gadis itu dan berusaha menariknya kembali.
"Hanya kata permisi lalu pergi begitu saja?" ujar Jade melirik ke wajah gadis itu.
"Kamu udah bangun juga ternyata? Aku..."
"Sini dulu. Aku mau bisikkan sesuatu," ujar Jade yang masih berbaring dan tidak ingin mendengar basa basi gadis itu lantas semakin menarik turun lengan Ivory dan membuat posisi tubuhnya telah mendekati pria itu. Jade segera melayangkan sebuah kecupan pada pipi gadis itu.
"Hadiah dipagi hari untuk wanita yang paling kucintai."
Ivory yang seakan telah mengerti maksud pria tersebut dengan pertanyaan darinya lantas membalasnya dengan memberikan sebuah kecupan pada dahi pria itu lalu mengucapkan salam perpisahan padanya, membuat pria itu tersenyum lucu melihat tingkah gadis itu.
"Dan itu hadiah untuk pria yang paling kucintai. See ya."
Ivory segera meninggalkan ruangan tersebut karena tidak ingin membiarkan pria itu melihat wajahnya yang telah berubah merah seketika, namun ia begitu terperanjat ketika ia telah melihat beberapa orang dewasa yang telah bertengger dan duduk di kursi lobi luar. Gadis itu hanya menatap mereka kebingungan.