Moniq yang meratap sedih melihat sikap putrinya yang semakin menjadi – jadi membuatnya turut merasa iba dan prihatin lalu mencoba untuk menenangkan gadis itu.
"Sudah nak…Kasihan Jade, kamu jangan begini terus ya…Iv, mama begitu paham sama perasaanmu saat ini, tapi bukan begini caranya…Sadarlah…Mama yakin Jade juga gak mau lihat kamu yang seperti ini. Sekarang biarin Jade istirahat dulu ya, kita keluar dulu sekarang. Mama mau ngomong sama kamu dulu sebentar," ujar Moniq terus menenangkan gadis yang masih meronta dan tidak menyadari keadaan sekelilingnya itu hingga akhirnya gadis itu menyerah dan mengikuti langkah Moniq.
"Sini, duduk dulu. Ivy…kamu itu persis banget seperti mama dulu. Apa kamu tau, dulu mama pernah sekali kehilangan papa. Pada saat itu nenek yang udah lama menghilang dan gak pernah menghiraukan mama ataupun kakek, tiba – tiba datang ketika beliau mendengarkan kabar mengenai pernikahan kami yang akan segera dilaksanakan. Mama dipaksa untuk berpisah dari papa, karna nenek mengancam akan bunuh diri kalo mama ketauan masih berhubungan dengan papamu. Kami sempat dipisahkan demi menjaga perasaan nenek yang saat itu selalu saja membuat kekacauan dan keributan karna ternyata nenek udah mengalami gangguan kejiwaan. Mama sempat berada di titik paling bawah dalam hidup mama, karna mama pikir mungkin kami gak ditakdirkan untuk bersatu. Bahkan awalnya juga kakek sangat gak menyetujui hubungan kami. Tapi, karna ikatan cinta diantara kami begitu kuat, akhirnya kami mampu melewati seluruh rintangan itu dan akhirnya bisa bersatu juga sayang. Saat itu, papa diam – diam berkomunikasi dan menguatkan mama. Papa berpesan, kalo memang mama mencintainya, papa berharap agar mama bisa bersabar dan menunggu hingga waktu yang tepat, sampai papa bisa benar – benar menunjukkan kepada kakek dan nenek bahwa papa memang pantas untuk menjadi pendamping hidup bagi mama, apalagi papa memulai segalanya dari nol. Karna perasaan mama terhadap papa begitu kuat dan mama yakin kalo papa pasti bisa memperjuangkan cinta kami, akhirnya mama bersabar hingga papa kembali menunjukkan kepada kakek lalu meyakinkan kakek dengan segala perjuangan yang telah papa mulai dari awal. Akhirnya kakek menyetujui hubungan kami meskipun kakek sempat ribut dengan nenek hingga akhirnya beliau dirawat di rumah sakit jiwa tersebut karna keadaannya semakin parah. Jadi, untuk saat ini mama berharap banget, kalo kamu harus menguatkan dirimu ya, kamu harus makan biar sehat, kalo sampai Jade bangun nanti lalu melihat keadaanmu yang semakin memburuk kan dia pasti sedih. Kamu pastinya gak mau buat dia sedih lagi kan, kalo kamu memang benar – benar mencintainya kamu harus yakin sama dia ya, pasti dia akan berjuang untuk kembali berkumpul bersama kita lagi."
"Iya…ma, maaf udah buat mama khawatir. Jade juga bilang begitu samaku sebelumnya. Sebelum aku sadar, dia berpesan kalo dia akan segera kembali bersamaku, tapi…hiks…tapi…sampe sekarang kenapa dia belum kembali juga ma…Aku takut…"
"Sudah…sudah…Sekarang tenangkan dirimu dulu ya, mama akan tetap di sini temani kamu, sabar ya nak…Kamu gak sendirian melewati ini…" ujar Moniq mencium kening gadis itu dan memeluknya untuk menenangkannya.
"Ma…Aku izin ke taman rumah sakit dulu ya, mau cari udara segar. Kalo udah ada perkembangan dari Jade, tolong segera kabari ya…" ujar Ivory seraya berjalan perlahan meninggalkan Moniq setelah ia menganggukkan kepalanya.
Tidak berapa lama kemudian, James dan Cynthia telah kembali untuk mengunjungi Moniq dan kedua anak muda tersebut.
"Mon, gimana Jade, masih belum ada tanda – tanda ya?" ujar James khawatir, dan Moniq hanya menggeleng kepala dengan wajah lesunya.
"Dokter mengatakan kalo ia sempat mengalami luka dalam dan tusukan di dadanya sempat infeksi, tapi untungnya gak sempat mengenai bagian jantungnya."
"Hmm…Kasihan anak itu. Lalu Ivory di mana sekarang?"
"Barusan izin ke taman belakang, katanya mau cari udara segar. Udah beberapa hari ini sejak dia sadar sampe sekarang masih belum nafsu makan. Kasihan dia."
"Aku akan coba bujuk dia dulu Mon."
James kemudian berjalan menuju taman di belakang rumah sakit yang terlihat cukup luas dengan sebuah air mancur di yang menghiasi taman yang ditumbuhi dengan berbagai jenis tanaman dan bunga – bunga tersebut.
"Ivy…Apa kabarnya?"
"Eh paman, kabarku yaahhh…begitulah, seperti yang paman lihat saat ini," ujar Ivory masih dalam keadaan termenung.
"Paman ganggu kamu gak nih? Apa kamu gak kangen nih sama paman?"
"Iya kangen, ah, nggak ganggu kok paman, aku hanya lagi mau cari udara segar aja di sini."
"Kangen tapi kok gitu sih reaksi keponakanku ini. Maaf ya, paman baru sempat hari ini datang ke sini jenguk kalian. Ngomong – ngomong kamu udah makan belum? Paman laper banget nih, temani paman makan dulu yuk."
"Ah…Tapi…"
"Udah gak ada tapi – tapian, paman udah gak bisa nunggu jawabanmu. Udah laper banget. Keburu demo perut paman ini kalo nunggu kamu jawab dulu."
James tidak menunggu keponakannya itu untuk menjawab pertanyaannya lagi lalu langsung segera menggandeng lengan gadis itu untuk mengikutinya dan membawanya ke sebuah restoran favorit gadis itu. Namun sepertinya gadis itu masih belum bergeming dari lamunan dan tatapan kosongnya ketika ia melihat ke sekelilingnya. Kini mereka telah duduk di sebuah ruangan VIP yang tertutup rapat oleh pintu kaca yang kedap suara, membuat tanda tanya muncul seketika dalam pikiran gadis kecil yang sedang bersamanya itu. Tidak berapa lama kemudian, seorang pelayan telah memasuki ruangan dengan sebuah buku menu dalam genggaman tangannya, lalu terlihat James seketika memesan berbagai jenis makanan termasuk makanan favorit gadis kecil itu. Setelah pelayan menuliskan pesanan dan meninggalkan mereka berdua, gadis itu akhirnya meminta James untuk menjawab rasa penasarannya.
"Kenapa kita gak duduk di luar saja paman?"
"Ah nggak apa – apa, paman gak gitu suka keramaian aja. Dengan begitu kan kita bisa lebih bebas mengobrol. Nah, karna di sini gak ada siapapun, paman ingin mendengarkan seluruh keluh kesahmu. Apa yang kamu rasakan saat ini? Sedih, kecewa, masih sakit hati, atau marah? Ayo ceritakan dulu ke paman, karna tugas paman hari ini adalah menjadi pendengar yang baik bagi seorang tuan putri yang cantik ini."
"Ih paman bisa aja nih," ujar Ivory tersipu karena ledekan pamannya.
"Tapi akhirnya tersenyum juga kan. Paman udah rindu liat kamu tersenyum gini lagi tau nggak sih? Dulu papa kamu juga sering banget begitu. Waktu berpisah dengan mama kamu, papamu selalu uring – uringan tuh. Jalan sana sini, mondar mandir, gak nafsu makan, kalo bukan paman yang paksain makan terus mungkin papamu jadi sekurus tengkorak kali waktu itu."
"Masa sih paman?"
"Gak percaya? Nih, paman masih simpan foto papamu waktu itu. Sengaja paman diam – diam fotoin papamu waktu itu untuk meledeknya buat tunjukin kepada putri atau putranya suatu hari nanti. Dan ternyata benar foto ini berguna. Gimana? Ide paman keren bukan?"
"Astaga, paman ini bisa aja sih bercandanya."
"Hahahaha…Soalnya mama kamu sampe gak tau lagi harus gimana buat hibur kamu nak. Ivy, satu hal yang paman ingin kamu ketahui, cinta itu terkadang gak bisa ditebak. Ada kalanya kita gak akan pernah menyadari kalo cinta itu sebenarnya telah lama tumbuh dalam hati kita dan ketika kita menyadarinya, mungkin ada yang sudah terlambat dan ada yang masih sempat. Dan saat ini, kamu termasuk beruntung nak, karna kamu masih punya kesempatan itu. Hanya saja mungkin kali ini kamu harus sedikit bersabar dan tetap berpikir positif kalo Jade pasti sembuh dan akan segera kembali berkumpul bersama kita lagi. Paman aja yakin kalo dia bisa melewati masa kritisnya, masa kamu nggak? Gimana sih, calon permaisurinya Jade Lodrick ini?"
"Aduh…apaan sih paman? Bisa aja deh ngeledeknya. Iya, iya, aku akan berusaha untuk lebih tegar lagi demi Jade, mama, paman dan juga bibi. Maaf ya paman, aku udah buat kalian khawatir terus ya?"
"Nggak kok. Sedih itu adalah hal yang wajar dialami oleh setiap orang, akan tetapi gak semua orang bisa mengatasi rasa sedihnya dengan cara yang wajar. Jadi ini paman harap kamu bisa mengatasi ini semua dengan hati dan pikiran yang jernih. Paman benar – benar gak tega liat kamu yang seperti ini terus. Kali ini, demi Jade, kamu harus makan yang banyak dari semua hidangan yang udah paman pesan ini ya."
"Baiklah paman. Terima kasih banyak ya, karna paman udah mau memperhatikanku. Kalo bukan karna mama, paman dan bibi mungkin aku gak akan sekuat sekarang ini."
Ivory akhirnya bersedia untuk kembali sepuasnya memenuhi rongga perutnya yang saat itu telah meronta – ronta untuk meminta jatahnya, membuat usaha James untuk menghibur hati gadis itu tidak sia – sia dan membuatnya merasa sedikit lega. Canda tawa yang dikembangkan oleh James membuat perasaan gadis itu perlahan membaik dan bahkan mereka melanjutkannya dengan kembali bernostalgia mengenai sekumpulan cerita yang telah berlalu dan mengenai proses hukuman yang telah dijalankan oleh Nathan, hingga hal tersebut membuat hati gadis kecil itu merasa lebih lega karena kini ia tidak perlu merasa khawatir lagi akan kehadiran psikopat yang akan mengganggu ketenangan mereka tersebut. Malam itu, Ivory kembali memandangi wajah pucat pria yang masih tidur terlelap di ranjang ruangan putih itu. Ia terlihat mengusap wajah pria itu dan memandangnya iba.
"Jade, lama – lama kamu jadi mirip pangeran tidur tau nggak sih. Gak bangun – bangun terus. Kamu gak tau apa kalo aku udah kangen banget sama kamu? Kapan kamu baru bangun? Awas aja kamu ya, kalo sampe kamu bangun nanti habis lengan kamu aku cubitin. Ngomong – ngomong sebentar lagi semester baru di perkuliahan akan segera dimulai lagi loh, skripsimu udah kelar belum? Katanya mau cepat wisuda, katanya mau cepat buka usaha sendiri untuk pengembangan teknologi jaringan, mau bantu aku nerusin usaha papa juga. Apa kamu gak takut nanti aku akan direbut oleh orang lain lagi karna kamu jadi pangeran tidur terus di sini? Cepat bangun dong, sebentar lagi udah mau musim gugur loh. Kamu udah janji mau bawa aku ke tempat favorit kita dulu dan menghabiskan waktu bersama di sana. Kalo sampe kamu ingkar janji, aku akan cari penggantimu ya, untuk menemaniku ke sana nantinya. Jangan cemburu ya. Huh, bisanya cuma buat orang khawatir aja sih kamu," ujar Ivory kembali bergumam sendiri seakan ingin agar pria yang sedang terlelap tersebut bisa merasakan kesedihan dan kegundahannya di alam bawah sadarnya hingga akhirnya terlelap. Tidak berapa lama kemudian, tanpa disadari gadis itu, jari – jari pria tersebut akhirnya mulai mengalami sedikit pergerakan.