Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 71 - Aku Merindukanmu

Chapter 71 - Aku Merindukanmu

Seakan merasa ada yang berbeda dari diri ibunya yang tidak biasa seperti itu seakan mengundang beribu pertanyaan dalam benak Ivory. Ia sempat berpikir bahwa meskipun ingatan ibunya telah kembali seutuhnya, seharusnya ibunya sudah pasti membenci melihat sosok pria itu sebagaimana terakhir kalinya beliau melihatnya.

"Ma…mama gak membenci Robin…lagi?"

"Deq!" pertanyaan Ivory kembali menggetarkan jantung pria itu, membuatnya semakin diam membisu dan segera ingin melangkahkan kaki untuk menghilang dari pandangan Moniq.

"Untuk apa mama harus membencinya sayang… Kamu tau, justru mama merasa berterima kasih padanya. Berkat dia membawamu pergi dari rumah waktu itu, kamu jadi terhindar dari berbagai musibah yang menimpa keluarga kita. Laki – laki itu, dia telah menyiksa bahkan menceraikan mama setelah dia menjual seluruh aset milik papa. Rumah kita, perusahaan papa, dan lainnya juga semua sudah digadaikan olehnya. Dia benar – benar telah menipuku habis – habisan. Tapi waktu itu pun mama gak punya pilihan lain karna mama hanya memikirkan keselamatanmu, makanya mama terpaksa menyetujui permintaannya. Dia mengancam akan membunuhmu seperti dia membunuh papa kalo mama gak menuruti permintaannya. Mama gak mau kehilangan satu – satunya harta mama yang paling berharga yang dititipkan oleh papa, yaitu kamu. Setelah kehilangan papa, dunia mama seakan runtuh, makanya mama gak sanggup kalo harus kehilanganmu juga, hingga akhirnya terpaksa melakukan itu semua. Menikah dan membawanya masuk ke dalam keluarga kita, berpura – pura manis dihadapannya dan putrinya, lalu mama juga…terpaksa harus mengabaikanmu. Hati mama begitu sakit, tapi itu semua mama lakukan demi kamu, maafin mama ya… Kamu juga jangan menyalahkan Jade ya, karna mama yang nyuruh dia untuk menyembunyikan semua itu. Jade udah menceritakan pada mama apa yang telah terjadi sehingga kamu sampai harus memutuskan untuk meninggalkan kami. Jade gak pernah bermaksud mengkhianatimu nak. Selama ini mama adalah saksi hidup yang menyaksikan sendiri perjuangannya selama dia merawat dan melindungi mama dari orang itu, kalo gak ada Jade, mungkin mama sekarang udah gak tau gimana lagi nasibnya. Setelah ini, kalian berbaikanlah," pinta Moniq terharu seraya memeluk putrinya.

"Iya ma, Jade udah menjelaskan semuanya padaku dan aku pun udah maafin dia. Lagian semuanya udah berlalu, aku juga minta maaf karna waktu itu sempat gak mempercayai mama dan mungkin tanpa sadar udah menyakiti hati mama dengan kata – kataku. Padahal waktu itu Jade mencoba menjelaskannya padaku, tapi aku yang telah dikuasai oleh emosi lebih mengutamakan ego dan mengambil keputusan dalam keadaan emosi, padahal harusnya aku yang berada disamping mama ketika mama sedang sakit. Aku juga merasa bersalah karena telah merepotkan Jade, menyakitinya dan sempat gak mempercayainya juga. Maafkan putrimu yang telah berdosa ini ma…" ujar Ivory terisak seraya melirik ke arah Jade yang telah menganggukkan kepala terhadapnya seraya tersenyum haru memberikan sinyal pada gadis itu bahwa ia telah memaafkannya.

Kebahagiaan bercampur haru segera menyelimuti dinginnya ruangan tersebut. Keadaan tegang dan dingin membeku pun segera mencair dan kembali hangat. Robin yang menyaksikan kejadian itu merasa tidak ada gunanya untuk berada ditengah – tengah keluarga mereka dan berdiri lebih lama menjadi patung pajangan yang seakan tidak diinginkan lagi lalu segera beranjak pergi, namun Ivory yang melihatnya segera menarik lengan pria itu dan membuat langkahnya terhenti seketika.

"Bisakah kita bicara sebentar?" ujar Ivory lirih dan menatap lurus ke dalam kedua bola mata abu silver pria itu. Robin hanya pasrah dan mengangguk diam seraya berjalan keluar meninggalkan ruangan dan disusul oleh Ivory.

"Ma, tunggu sebentar ya, aku mau bicara sebentar dengannya," ujar Ivory seraya meninggalkan Moniq dan Jade, namun pria itu segera menarik lengannya dan menggelengkan kepalanya seakan memberikan sinyal pada gadis itu bahwa tidak ada lagi yang perlu dibicarakannya pada Robin. Namun Ivory hanya mengulas sebuah senyum pada pria itu dan melepaskan genggaman tangannya lalu menepuk pelan punggung tangan itu seakan memberikan sinyal bahwa semuanya akan baik – baik saja.

Ivory segera berjalan keluar menyusul Robin yang sudah menunggu di ruang tunggu depan IGD. Robin hanya terduduk diam termangu menatap ke bawah dan masih belum siap untuk menatap gadis itu. Namun tiba – tiba ia merasa tersentak karena merasakan jari – jari wanita yang telah menyusup disela – sela jari tangannya. Rasa kaget membuatnya segera memutar bola matanya untuk melihat gadis itu.

"Rob…aku minta maaf atas semua yang telah terjadi dan aku juga ingin berterima kasih pada semua yang telah kamu lakukan dan berikan pada keluargaku. Aku…akan tetap bekerja denganmu agar aku bisa melunasi semua biaya mama yang telah kamu berikan padaku."

"Iv…kamu gak perlu mengungkit soal pemberianku apalagi biaya mama kamu. Anggap saja itu bentuk tanggung jawab dari seorang atasan kepada bawahannya. Kamu mau kembali bekerja aja aku udah senang."

Keheningan kembali terjadi sesaat setelah mereka kehabisan kata – kata namun kedua bola mata yang kini saling beradu seakan saling menyampaikan pesan bahwa mereka sebenarnya masih saling merindukan dan saling menyayangi. Tidak berapa lama kemudian, mereka pun segera melepaskan rasa rindu tersebut dengan sebuah pelukan hangat bagaikan sepasang sejoli yang sudah lama tidak pernah bertemu. Seberapa kuatnya Ivory berusaha untuk melupakan bahkan menghapus bayangan pria tersebut tetap saja bayangan tersebut akan kembali dalam mimpinya serta memenuhi pikiran dan ruang hatinya. Lagi – lagi, pemandangan tersebut membuat Jade yang telah mengintip dari dalam ruangan merasakan aura panas yang seakan telah membakar sekujur tubuhnya.

"Aku begitu merindukanmu Iv. Aku benar – benar nyesal karna udah bohongi kamu, kemarin aku hanya memikirkan rencanaku sendiri demi membantumu mendapatkan semua hakmu kembali. Sungguh aku gak tau akan dijebak oleh wanita itu. Kamu mau maafin aku kan?" tanya Robin yang hanya dibalas dengan anggukan kepala gadis itu.

"Aku juga merindukanmu dan udah maafin kamu Rob, aku paham betul niat baikmu dan benar – benar kuhargai itu. Namun apa yang kamu lakukan dengan wanita itu semuanya udah terlanjur terjadi. Penyesalan yang timbul sekarang pun udah gak ada gunanya. Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih atas semua pengorbananmu selama ini. Aku sayang padamu Rob…"

"Aku lebih menyayangimu lagi, bahkan aku sangat sangat mencintaimu. Aku senang, karena rasa sayangmu telah cukup membuktikan bahwa kamu juga kini telah mencintaiku dengan tulus. Yang kuinginkan saat ini adalah aku hanya berharap agar kamu bisa kembali padaku. Akan kupastikan kalo kali ini aku gak akan pernah mengecewakanmu lagi. Apakah kamu bersedia?" Ivory segera melepaskan pelukan pria tersebut dan memalingkan wajahnya dari Robin setelah mendengar pernyataannya. Rasanya ia masih belum sanggup untuk menjawab pertanyaan dari pria itu. Jauh didalam lubuk hatinya ia merasa masih begitu menyayangi Robin, bahkan ia baru menyadari bahwa benih cinta yang disirami oleh pria tersebut dalam hatinya kini telah tumbuh sejak ia mulai belajar untuk mencintainya. Namun setiap kali mengingat bayangan pria tersebut telah melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukannya dengan wanita lain membuat hatinya terasa begitu sakit dan tidak rela, membuat gadis itu masih memilih untuk bungkam.

"Iv…?"

"Hmm… Untuk itu aku akan memikirkannya kembali Rob, aku masih butuh waktu untuk menata ulang hati dan pikiranku saat ini. Kuharap kamu bisa mengerti dan memberikanku waktu untuk berpikir dulu. Maaf…" ujar Ivory lirih dan enggan untuk menatap pria tersebut.

"It's okay dear… Aku akan menunggu jawabanmu," ucap Robin seraya mengecup mesra kening wanita itu.

Jade yang sempat mendengar pembicaraan sejoli itu segera kembali ke ruangan Moniq dan mendengus kesal dengan wajah yang terlihat murung seakan kehilangan semangat hidupnya.

"Kenapa lagi Jade…?"

"Nggak apa – apa ma. Oh ya, mama udah merasa baikan?" ujar Jade seraya berusaha untuk merapatkan kedua bibirnya membentuk seulas senyum menyerupai bulan sabit.

"Mama udah jauh lebih baikan. Kamu gak bisa bohong sama mama Jade, mama bisa lihat dari raut wajahmu. Biar begini mama dulu juga pernah muda. Kamu terlihat begitu mirip dengan papa Enrique. Penyayang, tapi juga pemikir keras dan cemburuan. Bukan hanya itu, dia adalah sosok pria yang pemalu, dan putriku mewarisi sifatnya itu. Tapi kamu gak perlu khawatir, karna waktu yang akan bisa menjawab perasaanmu nantinya. Bersabarlah, mama yakin semuanya akan indah pada waktunya. Kalo memang kalian ditakdirkan untuk bersama, kalian pasti akan bisa bersatu. Berikan dia waktu untuk memikirkan dan memahami semua permasalahan hatinya. Apalagi ini adalah pertama kali baginya untuk menyelami perasaannya sendiri. Mama gak pernah menyangka kalo putriku satu – satunya itu harus mengalami dilema seberat ini. Diusianya yang masih begitu muda, dia sudah harus kehilangan sosok papanya yang begitu menyayanginya, lalu ia harus menghadapi sosok ayah tiri yang terus menyiksanya, dan sekarang ia harus menghadapi dilema berada diantara dua pria yang begitu mencintainya. Pasti itu akan sangat berat baginya Jade, jadi mama harap kamu bisa memaklumi dulu perasaannya untuk saat ini ya," ujar Moniq seraya tersenyum pada Jade agar sosok anak tirinya itu bisa sedikit memahami perasaan seorang wanita.

Hari itu juga Moniq langsung diperbolehkan untuk kembali ke rumah. Kebahagiaan atas kesembuhan Moniq merupakan anugerah bagi keluarga Smith. Berjuta kata yang telah lama ingin diucapkan oleh gadis itu pun telah diucapkannya kepada Moniq dan ia bahkan segera menyampaikan surat yang dititipkan oleh James padanya. Wanita itu segera menutup kedua bibirnya yang sudah menganga ketika ia membaca isi surat tersebut dan tanpa disadarinya, kedua pelupuk mata yang tadinya menjadi sipit karena luapan perasaan bahagianya kini berganti dengan banjirnya genangan air mata. Ia hampir tidak mempercayai bahwa ternyata kakak iparnya itu masih hidup dan kini sedang ditahan oleh Nathan. Sebelum ia sempat meminta Jade dan Ivory untuk membantu melepaskan James, kedua anak muda itu telah lebih dulu menyampaikan rencana yang telah mereka susun untuk menolong James.

Disisi lain, Chelsea yang baru saja kembali ke rumah dengan keadaan pakaian yang lusuh dan langsung tidur di kamarnya membuat Nathan merasa curiga. Ia segera menyelidiki wanita yang masih berada dalam pengaruh alkohol tersebut dengan memeriksa ponselnya yang berisi pesan singkat dengan Robin dan ternyata Nathan telah menemukan fakta bahwa semua kekayaannya telah disedot habis oleh wanita yang baru saja tertidur itu hingga membuatnya murka. Nathan yang kehilangan kendali saat itu juga segera menghabisi Chelsea lalu mengambil alih kembali sejumlah nominal yang telah ditransferkan dari ponselnya, lalu segera membawa dan membuang serta mengubur tubuhnya di ruang bawah tanah rumah lamanya. Seorang pria paruh baya yang melihatnya segera bergidik ngeri dan menatap pria yang sedang murka dan terlihat seperti orang gila itu dengan sebelah matanya yang telah menjadi buta.

"Lihat apa lagi kamu? Apa? Kamu mau jadi pahlawan kesiangan dia juga? Hei orang cacat! Sebentar lagi pun kamu akan kubuang ke jurang, karna aku udah gak membutuhkanmu lagi. Jadi segeralah bersiap – siap untuk menghadapi ajalmu agar aku bisa memiliki tubuh istrimu yang begitu menggiurkan itu. Apa kamu tau? Kemarin kami sempat bersenang – senang dan dia begitu membuatku seakan melayang di surga. Tapi aku akan membuangmu terlebih dahulu sebelum dia menyusulmu ke sini. Jadi ketika dia sudah tiba nanti, aku akan segera membuatnya untuk menjadi ratuku," ujar Nathan seraya tertawa terbahak – bahak dan merasa menang.

"Diam kamu bajingan! Jangan pernah kamu sentuh istriku! Urusanmu hanya denganku! Jangan jadi pecundang kamu!"

"Kamu pikir kamu bisa apa dengan keadaan seperti ini? Udah cacat, gak berguna lagi! Kamu pikir wanita mana yang mau merawat dan memilih pria cacat sepertimu ini? Makanya aku dengan senang hati akan membantumu untuk segera mengakhiri hidupmu, daripada kamu hanya akan jadi beban istrimu nantinya, sementara jika bersamaku dia pasti akan bisa bahagia. Hahahaha…! Hei, kalian! Siapkan segala sesuatunya karna besok kita akan segera mengeksekusi orang cacat ini juga, setelah itu kita akan membuangnya di dasar jurang yang berada cukup jauh dari perkotaan sini. Tolong kalian cari tau tempat yang bagus dan cocok untuk kita buang sampah gak guna ini."

"Baik, Tuan."

"Pastikan tempat tersebut aman dan benar - benar tidak bisa dijangkau oleh siapapun. Ingat, jangan ada satu orang pun yang sampai melihatnya," ujar Nathan kepada beberapa anak buahnya yang sudah terlihat mulai berangkat untuk mensurvei tempat pembuangan yang pas untuk James.

James yang sedang dalam keadaan lemah tidak berdaya dan tersiksa karena ia tidak diberikan makan ataupun minum lagi oleh anak buah Nathan merasa bahwa mungkin ini telah menjadi takdirnya. Kesedihan dan keputusasaan segera menjalar menelusuri pikiran dan hatinya yang kini sedang merasa panik. Namun ia tidak mampu berujar sepatah katapun seakan dirinya telah bersiap untuk menghadapi dewa kematian. Seketika ingatan indah masa mudanya berputar kembali dalam pikirannya yang kini sedang bercampur antara rasa khawatir, pasrah, marah, kecewa, sedih, saat dirinya bertemu dengan Tuan Roderick dan istrinya, yang begitu berwibawa dan menolongnya serta memberikannya penghidupan yang baru, hingga ia bertemu dengan cinta pertamanya yang bernama Cynthia yang kini telah menjadi istrinya meskipun cinta mereka sempat diuji dan kandas di tengah jalan, pertemuannya dengan Enrique yang telah menjadi adik angkatnya hingga ia memiliki keluarga baru dan hidup bahagia berdampingan dengan keluarga kecil adiknya itu seakan menambah kesempurnaan kebahagiaan yang pernah dirasakannya dalam hidupnya. Namun bagaimana dengan Cynthia? Ia baru saja menikahi wanita yang telah lama berpisah darinya dan baru saja menikmati kebahagiaan sesaat dengan wanita itu, lantas jika ia harus menerima kematiannya sekarang maka itu berarti wanita itu harus kembali menjanda? Ia benar - benar tidak sanggup membayangkan jika ia harus meninggalkan wanita itu untuk selama - lamanya. Andaikan ada sesuatu yang bisa dilakukannya saat itu juga batinnya.